logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 13

Berkali-kali aku bisa menerima diriku dibenci semua orang. Tapi terkadang aku hanya anak kecil yang bisa mengeluh, kenapa? Apa artinya aku kurang bersyukur?
Aku memungut, dua bahan yang bikin senang dan terduduk di atas ranjang.
Aku memeriksa lenganku yang banyak bekas garis-garis. Jika kalian depresi cobalah untuk melakukan hal ini rasanya sangat menyenangkan. Aku mulai mencoret dari bagian kiri menyayat hingga kanan dan melihat darah segar langsung keluar. Aku tersenyum. Kalian penasaran rasanya sakit? Tidak! Rasanya gatal, membuatku ingin menancapkan lebih dalam dan mengahasilkan luka yang lebih dalam dan darah yang banyak. Kalau boleh, darahku sampai satu liter keluar malam ini, aku bisa kehabisan darah dan mati sekarang.
"Ah, enak sekali." gumanku. Ponsel sialan berbunyi. Aku lupa, kalau ponselku belum kuperiksa saat terkena hujan tadi. Dengan sisa kesadaran dan kegilaan membuatku harus memeriksa ponselku. Masih aman, hanya layarnya berembun dan menurut mitos aku harus meletakan dalam beras. Besok mungkin aku bisa melakukan hal ini.
+6283185780006
Hey, udah tidur? Langsung tidur ya. Goodnite. Have a sweet dream. 🍯🍯🍯🍯.
Aku tidak tahan untuk memutar bola mataku. Si norak, kenapa ia harus repot-repot memberi pesan padaku? Tapi senyumku terbit sendiri, dia baik, dia hangat. Dia mampu mengalihkan perhatianku dari kejamnya hidup yang aku rasakan.
Aku melihat lenganku yang terasa gatal, tapi jari-jariku lebih gatal untuk  membalas pesan itu.
DelishaMara : 😴😴😴.
+6283184780006
Goodnight sweety🍯🍯🍯. Mau aku jemput besok?
DelishaMara : Jangan! 🤬🤬🤬
+6283184780006
Kenawhy? Biar kamu nggak susah cari angkot.
DelishaMara : No thanks! 😴😴😴
Dan nyatanya aku mengantuk sekarang. Aku langsung membuang pisau dan beling tadi, jika aku membutuhkannya aku akan mencari sendiri.
Aku mencoba menutup mataku, tapi masih terpikirkan oleh pesan tadi. Kenapa laki-laki itu begitu baik padaku? Aku bisa melihat, jika ia tulus padaku. Tapi, kita tidak benar-benar tahu topengnya, apalagi aku hanya mengenalnya atau melihatnya beberapa kali. Bukan bertahun-tahun. Bahkan, orang yang sudah saling percaya selama bertahun-tahun saja masih bisa dikhianati. Apalagi, aku baru mengenalnya, dan ia begitu baik. Apa ia memang tulus atau ada maksud dari semua ini? Dan bagaimana aku membuktikannya?
Aku jadi frustasi memikirkan ini. Bagaimana cara membuktikan, dan bagaimana para iblis ini berhenti membenci diriku. Karena aku juga mulai benci pada mereka sekarang.
Mulai sekarang, Delisha Makara tidak akan memaafkan para iblis itu alias orang tua setan yang membuat hidupku hanya sengsara di dunia ini.
Camkan baik-baik dari seorang anak kecil yang haus perhatian dan kasih sayang.
___________________________
"Pagi ini dingin bangat. Kamu harusnya pakai jaket atau sweater." Aku tak menghiraukan ocehan jelek itu dan langsung naik ke atas motornya.
Semalaman aku bertukar pesan bersama cowok ini.
"Aku lupa lagi nama kamu." Akuku jujur padanya, cowok tinggi itu berbalik padaku yang siap memasukan helm dalam kepalanya
Aku suka dengan wanginya, wangi tubuhnya menyenangkan.
"Ayden baby."
"Ewhhhh..." Aku mencibir kesal. Dasar norak dan alay.
Akhirnya Ayden mulai melajukan motornya. Semalaman kami memang tidak tidur, aku dan dia saling bertukar pesan sampai subuh hari. Saat pukul 4.37 ia menyuruhku mandi dan pergi sekolah pagi buta. Dan kedengarannya sangat menggirukan, pergi ke sekolah saat masih pukul 6. Aku pun, langsung mandi. Dan sekarang, belum genap jam dan kami sudah menuju sekolah, di saat yang lain mungkin masih bergumul dengan selimut.
"Peluk aja kalau dingin." Aku tersenyum dan memeluk cowok itu. Punggungnya juga membuat nyaman. Aku menutup mata dan menghirup aroma tubuhnya yang wangi. Jalanan juga masih lengang, kecuali para pedagang di pasar yang mau berjualan di pasar dengan membawa barang dagangan dan ibu-ibu yang mau masak.
Cowok itu melajukan motornya dengan pelan, lagian mau buru-buru ke sekolah juga pasti pagar sekolah belum dibuka.
"Kamu ngantuk nggak?"
"Uhmm. Sedikit."
"Mau tidur?"
"Kan kita mau sekolah?"
"Masuk jam 8. Kita punya waktu 2 jam untuk tidur." Mataku langsung terasa berat. Benar juga, lagian aku bodoh sekali kenapa tak tidur semalaman padahal sudah meneguk obat tidur dan berakhir begadang, chatting tak jelas dengan tak ada ujungnya.
Cowok itu membelokan motornya ke rumah panjang yang berjejeran. Kos-kosan? Aku melihat sekeliling, dan kos masih pada tutup. Mungkin semua orang masih tidur.
"Ini rumah siapa?"
"Rumah orang?"
"Hey, kenapa harus di rumah orang?"
"Ayo."
"Ahhhhh..." Aku langsung terpekik kaget saat cowok itu langsung mengendong tubuhku. Dia mengira tubuhku nangka busuk. Hufh... Sialan!
Cowok itu, langsung membuka pintu warna coklat yang terbuat dari kayu keras, aku menduga dari kayu jati.
Kos itu terasa sempit. Walau kamar dan rumahku seperti neraka, tapi kamarku lebih baik dari kamar kos ini. Dalamnya sempit dan terasa sumpek? Mungkin karena tidak ditinggali.
Aku melihat ada dispenser, ada kasur kecil, dan kamar mandi di dalam, yang setelah kuintip sangat sempit. Ada TV begitu kecil, ada printer. Ada kipas berdiri berwana hijau.
Cowok itu membuka jaketnya dan dia memakai seragam sekolah. Kukira, ia mau bolos. Aku selalu suudzon padanya, padahal ia tidak jahat.
Cowok itu menghidupkan kipasnya.
"Kamu udah sarapan?" Aku menggeleng. Alasan aku berangkat pagi buta karena tak ingin melihat wajah para iblis itu yang membuatku secepatnya ingin mengakhiri nyawaku sendiri.
"Yaudah, aku beli sarapan dulu. Tidur aja."
"Aku ikut?" Aku menawarkan diri setelah melihat keadaan sekeliling kamar kos yang sedikit horor. Keadannya membuat tak nyaman.
"Tunggu aja, nggak lama kok. Paling beli bubur ayam di depan gang." Aku mengangguk, mencoba memegang kasur tipis tersebut.
Aku merebahkan tubuhku, rasanya tulangku remuk semua padahal tidak ada perkejaan berat yang kulakukan. Mungkin karena telalu banyak pikiran yang membuat banyak menguras energi.
Aku mencoba menutup mataku, dan mengingat wajah para iblis dan senyum kebahagiaan di wajah Mereka dan saat mereka tertawa bahagia ketika melihat aku pergi dari kehidupan mereka selamanya. Benar, tergambar jelas mereka ingin aku mati!
Aku mengepalkan tanganku. Walau di luar udara dingin menusuk, sekarang keadaan kos yang sempit membuat tuhuhku berkeringat. Atau karena memikirkan para iblis itu membuatku tak nyaman. Jika sudah besar, aku takkan pernah mengenal mereka. Mungkin, aku akan hidup sendiri mengungsi di suatu tempat yang nyaman dan semua orang di masa lalu dan yang tak ada yang mengenalku di tempat baru. Astaga aku masih terlalu kecil untuk memikirkan itu.
Lelah sendiri, aku memilih untuk memikirkan hal yang indah. Hanya dengan berkhayal aku bisa menemukan kebahagiaan dan juga ketenangan dalam hidupku. Dan berharap di ujung dunia sana, atau ada satu tempat yang menjanjikan dunia yang indah padaku, tanpa para iblis tersebut.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters