logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 10

"Ini kemana?" tanyaku panik, saat tahu kami berada di sebuah tempat yang sepi. Sebuah jembatan, dengan banyak batu besar di bawahnya dan airnya sedikit. Seperti musim kemarau panjang, hingga air di sungai ikut kering. Jarak antara jembatan dan jurang ke bawah begitu jauh, jadi aku bisa menjamin siapa yang yang jatuh ke bawah sengaja ataupun tidak, nyawanya ikut melayang.
"Tuh lihat di sebelah jembatan ada kuburan." Benar, saat aku melihat di samping jembatan, ada banyak kuburan disana.
"Itu adalah bekas orang-orang yang meninggal karena jembatan ini. Saat itu, hujan terus sampai banjir dan orang yang disini saat nyebrang maupun yang tinggal di sini banyak yang terhanyut, jadi jasad mereka di makamkan di sampingnya."
"Oh ya?" Aku menatap cowok di sampingku yang tersenyum, rambutku terus tertiup angin yang begitu kencang saat berdiri di sekitar sini.
Tiba-tiba cowok itu mengeluarkan rokoknya dan menyalakan api, padahal angin bertiup kencang. Aku tak suka orang merokok. Aku hanya menutup hidungku dari asap yang masuk ke paru-paruku yang masih bersih. Baiklah, hatiku sudah menghitam, karena keadaan keluargaku.
Cowok itu memeluk leherku. Aku langsung menepuk tangannya, hufh ... Dia rese sekali.
"Kamu cantik." Aku melihat ke arahnya, yang masih memandang ke bawah dengan dua jari mengapit rokok. Apa enaknya sih merokok?
"Ayo jalan."
"Heh kemana?" pekikku saat tubuhku sudah ditarik dari jembatan dan menuju pinggir jembatan. Ia membawaku ke semak-semak, banyak tumbuh ilalang yang begitu tinggi. Sebenarnya ini pinggir jalan, tapi sepi kendaraan yang melewati.
"Kita mau ke kuburan."
"Hih. Takut." Cowok itu terkekeh, dan mengacak rambutku. Dia suka mengacak rambutku, membuatku hanya mengerucutkan wajahku karena kesal. Sambil memukul tangannya.
"Ayo." Ia pun menarik tanganku, sambil berlari kecil. Aku juga mengikutinya, berlari-lari seperti anak kecil, tapi rasanya menyenangkan walaupun norak.
Tiba-tiba kami sudah masuk ke dalam semak-semak tinggi tadi. Di dalamnya tidak menyeramkan seperti terlihat dari luar. Kami masuk ke dalam dan terdapat sebuah lapangan yang sedikit lapang hanya sekedar duduk ditutupi oleh hanyak ilalang, yang tumbuh di sekitarnya.
"Baring sini." Cowok itu menunjuk lapangan luas di sampingnya. Aku hanya melototkan mataku, tidak mau! Kukitku akan terasa gatal dan banyak batu-batu tajam kecil yang akan menusuk tubuhku.
"Ayo cepat kesini." Perlahan aku mendekatinya. Ia duduk, dan aku ikut duduk di sampingnya.
"Bukankah berbaring seperti ini indah?"
"Tapi, aku nggak mau. Nanti gatal-gatal badannya."
"Baring di atas tubuh abang dek." Aku hanya tertawa, saat cowok itu menepuk dadanya. Dia rese tapi suka menghibur juga. Entah berapa kali bersamanya, aku terus tertawa.
Akhirnya, aku duduk di sampingnya tiba-tiba ia menggenggam tanganku, aku menoleh ke arahnya. Ia tersenyum padaku, aku hanya diam. Dia tampan, senyumannya manis. Tangannya terasa dingin, tapi juga menghangatkan. Ia membawa tanganku dalam mulutnya, dan menciumnya disana. Aku mencium aroma rokok dari tangannya.
Kemudian, aku menurut saja saat ia membawa tubuhku berbaring di rumput tadi. Aku menurut, dan ekspektasi batu-batu kecil tajam yang menusuk tidak ada. Aku tetap berbaring, tanpa merasakan kesakitan, rupanya rumputnya sedikit tebal.
Tangan kami saling bertaut dan berbaring di rumput, sambil menutup mata karena silau dengan matahari.
Aku menutup semua mataku, dan memikirkan keluargaku yang berantakan. Bukan! Aku saja yang berantakan. Kehadiranku, tidak diterima oleh mereka. Aku mencoba mengingat dari kecil, apa pernah disayang? Rasanya tidak ada. Saat aku tahu bagaimana kejamnya dunia, aku tahu aku selalu dibedakan oleh saudara-saudaraku. Saat Meisha yang berbuat salah, maka aku yang disalahkan. Selalu seperti itu, apalagi jika aku berbuat salah, mama akan lebih murka padaku, bahkan aku masih ingat mama menamparku hingga berdarah.
Aku menggigit bibirku, dan hampir meneteskan air mata. Mataku sudah memanas, walau aku menutup mata. Tahu dunia begitu kejam padaku yang manusia hina, dunia tidak pernah berpihak padaku. Dunia senang menghukumku, atas kesalahan yang aku sendiri tidak tahu.
Saat sadar, aku meniduri tas dan di bawahnya ada pena yang bisa patah, aku bangun dan melepaskan tas milikku, sambil duduk. Kepalaku pusing, berbaring di tempat yang rata dan keras tak ada bantal.
"Lihat burung-burung disana. Mereka seperti tak ada beban, bebas terbang ke angkasa tanpa berpikir PR, berpikir tentang kesalahan yang mereka lakukan." Aku mengangguk mengiyakan, bahkan hidup burung lebih berguna dari hidupku.
Cowok itu tiba-tiba memeluk pinggangku. Awalnya aku risih, tapi aku hanya diam, dan kami terdiam dengan memikirkan masalah kehidupan masing-masing.
Aku terlalu sibuk dengan kerasnya hidupku, sampai aku seperti tak pernah menikmati hidupku sebagai seorang remaja. Padahal katanya, masa remaja adalah masih paling indah, dari semua fase kehidupan manusia. Saat remaja, kita hanya disibukkan dengan masalah cinta. Perasaan yang berbalas, atau mempunyai pacar yang brengsek. Tapi, hidupku terlalu keras membuatku tak sempat berpikir kesana. Dan juga, aku tak ingin berpacaran, karena semakin menambah beban dan masalah di hidupku nanti. Aku mencoba meminimalisir permasalahan di kehidupanku.
"Masih panas nggak?" tanya cowok itu, aku hanya menggeleng. Aku masih memikirkan nasibku dan keluargaku. Panas seperti ini, tidak sepanas di rumah yang terasa seperti neraka buatku.
"Mau pulang?" Entah kenapa aku menggeleng. Dunia seperti menolakku untuk pulang ke rumah yang penuh neraka. Biarkan aku seharian berada di luar, dan merasakan sedikit kelagaan dalam berpikir dan bernapas. Saat berada dalam rumah, aku merasa seperti napasku dicekik.
"Yaudah, disini panas. Mau ke rumahku?"
"Heh ngapain?"
"Makan?" Aku menatap cowok itu, dia sebenarnya tulus atau tidak.
"Kamu tulus berteman sama aku?" Aku menatapnya dalam. Ia menatapku tapi mata itu, selalu tak bisa dibaca. Cowok itu menarik napas panjang. Jika dia tulus berteman bersamaku, tidak ada salahnya aku berteman bersama dia dan aku mungkin bisa menceritakan sikap keluargaku atau apa yang aku rasakan. Sejujurnya, aku butuh teman untuk berbagi.
"Iya. Ayok."
Cowok itu berdiri dan menarik tanganku. Aku mengikutinya dan berdiri. Matahari yang tadinya meninggi, sekarang seperti malu-malu bersembunyi di balik awan. Panas tadi yang menyengat, tiba-tiba terasa kelam sekarang. Langit berubah, jika hatiku sedang sedih sekarang aku dengan senang hati mengizinkan hujan turun sekarang dan aku bisa menangis di bawah guyuran hujan dari langit.
"Mendung." Cowok itu mengandeng tanganku sambil memandang ke atas. Aku hanya diam, belum sempat kami berlari dari kuasa alam. Hujan sudah turun. Cepat sekali hujan turun? Padahal, baru saja tadi aku merasakan panas.
Akhirnya dengan buru-buru kami menaiki motor cowok itu, sambil menerobos hujan. Aku memeluk jaket kulitnya yang basah. Aku hanya mampu menunduk, saat merasakn bulir-bulir hujan yang sangat besar menumpahi diriku dan rasanya sakit.
Aku tahu, sekarang tubuhku sudah basah. Hufh, dan bagaimana dengan buku-buku yang ada dalam tas.
"Nanti jemur dulu bajunya."
"Hah?" Aku tak terlalu medengar jelas karena hujan sangat deras, dan cowok itu melaju sangat kencang. Aku semakin mencengkram jaket miliknya sambil bersembunyi di balik punggungnya.
Saat motornya melaju perlahan, aku tahu saat itu kami sudah memasuki rumahnya. Aku mengangkat wajahku melihat rumahnya, rumah cowok ini cantik dan bisa dibilang mewah. Ia tinggal di kawasan yang khusus rumah cantik.
Saat membuka pintu pagar, kami masuk ke dalam rumahnya. Halaman depan rumahnya banyak bunga dengam berbagai macam warna, dan ada pohon mangga di depannya. Rumahnya cantik.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters