logo
logo-text

Download this book within the app

3-4

Semua telah pergi, tinggal Mawar yang berada di kediaman. Mendengar suara tukang sayur dia bergegas keluar, karena Maura memerintah belanja bahan makanan. Rasa kesal masih bersemayan di hati, ia tidak terima saat akan diperkenalkan sebagai pembantu saja.
"Mang, tunggu!" teriak Mawar.
Mawar berlari mengejar tukang sayur yang tak mau berhenti. Lalu yang berjualan itu berteduh saat ada beberapa Ibu-Ibu memanggil.
"Ish, Mamang nih apa-apaan sih! Sudah Mawar panggil malah nyelonong terus," cecar Mawar.
Dia bergabung dengan Ibu-Ibu yang memilih bahan pangan. Mereka langsung bergeser menjauh, saat ada di dekat Mawar membuat wanita itu mengeryit heran.
"Maaf, Neng, disuruh istri Mamang. Jangan deket-deket ama Neng, Neng pelakor soalnya. Harus jauh-jauh kalau enggak, bisa kagak dikasih jatah Mamang," sahut Kang sayur.
"Mamang ini apa-apaan sih, mana mau Mawar ama Mamang. Inget umur, Mang!" ledek Mawar lalu menjulurkan lidah.
"Gak sopan kamu ngomong sama orang yang lebih tua, ternyata sikapmu yang asli seperti ini. Sangat menjijikan!" hina salah satu Ibu-Ibu yang memakai daster bercorak bunga.
"Apaan sih, Bu. Sewot aja, Mawar, kan, cuma bercanda. Iya, kan, Mang," ujar Mawar.
Dia ingin membela dirinya tetapi, tidak didukung kang sayur itu.
"Cantik-cantik kok pelakor, menyedihkan sekali, kasihan ibunya yang berusaha agar anaknya sukses di Jakarta," seru salah satu yang bertetangga dengan Mawar di kontrakan Ce Idah.
"Mah, Rania pengen sayur bayem nanti pulang sekolah," pinta Rania yang terbalut seragam SMP mendekati Ce Idah.
"Iya sayang, yang pinter ya belajarnya," balas Ce Idah sambil menyodorkan tangan agar Rania cepat pergi tanpa menyapa Mawar.
"Hai, Kak Mawar," sapa Rania.
Sang anak menyapa Mawar, membuat Ce Idah merasa kecewa. Ia langsung menarik lengan Rania, agar tidak mencium punggung tangan Mawar.
"Nia, jangan deket-deket Kak Mawar! Dia itu jahat, udah nyakitin Tante Maura," tutur Ce Idah membuat Mawar kesal.
"Ceu ini, apa-apaan sih?" Mawar tak terima.
"Emang bener, kan, kamu tuh pelakor. Sampah masyarakat!" hina Ce Idah sambil menunjuk wajah Mawar.
"Ceu ... Anda gak sopan nunjuk-nunjuk seperti itu!" Mawar menepis tangan Ce Idah.
"Kamu memang pantas diperlakukan bak sampah, cepat pergi dari kontrakanku! Barang-barangmu sudah diluar," usir Ce Idah.
Mawar membulatkan mata mendengar itu, ia langsung bergegas berjalan menuju kontrakan.
"Astaga," pekik Mawar terkejut. Barang-barang berantakan, pakaian berserakan di lantai.
"Cepat pergi sana, Pelakor! Jangan di sini, bikin malu aja, apa profesi lo pelacur," ucap seseorang yang melihatnya Mawar.
Beberapa penghuni kontrakan langsung keluar saat mendengar suara makian seseorang yang tau bertuju ke siapa.
Perempuan itu tak berdaya, tidak mungkin bukan! Jika dia melawan mereka. Bisa-bisa bonyok wajahnya kalau berantem, dengan kilat ia memasuki pakaian ke koper lalu berjalan keluar. Tetapi langkahnya terhenti saat banyak penghuni kontrakan melemparkan sampah ke arahnya.
"Pergi jauh sana, Pelakor! Beruntung Mbak Maura baik, tidak mengarak kau yang bugil semalam," hardik salah satu yang lalu melemparkan telur membuat pecah di kepala Mawar dan menyerbak bau amis.
"Iya, dasar gak tau diri! Pelakor begini harus di basmi," sahut yang lain.
Dengan langkah cepat Mawar berlari, menghindar dari perlakukan mereka. Tubuh kotor, semua memperlakukan dia sangat tidak berperikemanusiaan. Apakah kesalahannya terlalu besar sampai diperlakukan seperti itu, Mawar hanya mengejar cinta pertama saja.
"Apa salahku, padahal aku hanya menjalin hubungan dengan pria yang kucintai, kami juga sama-sama mencintai," ucap Mawar lirih seraya mengusap air mata yang menetes.
BAB 4
Maura menggandeng tangan kecil sang buah hati saat turun dari taksi dan menuju rumah. Lengan mungil yang halus, tawanya membuat disekitar ikut mengembangkan bibir. Maura lekas mengeluarkan kunci dari tas dan bergegas membuka pintu, Delia lanhsung berhampuran bermain mainanan baru di karpet dari Oma.
"Delia, mau Bunda buatkan susu?" tanya Maura ikut selonjoran di karpet bulu tebal.
Gadis kecil itu mengangguk tanda setuju, sangat fokus bermain sampai tidak mengalihkan tatapannya. Maura tertawa melihat tingkah menggemaskan sang buah cinta dari Mas Hamdan dan dirinya. Ia bergegas ke dapur membuatkan pesanan yang tersayang. Berusaha menguatkan hati, agar selalu melihat kebahagiaan Delia.
"Aku harus semangat demi Delia," kata Maura. Dia lalu mengembangkan senyuman saat menyuguhkan sebotol susu ke anaknya.
"Ayo, Sayang diminum sampai habis ya, jangan dibuang-buang! Ingat ada yang lebih susah dari kita, kamu harus bersyukur karena memiliki semua ini," nasehat Maura membuat gadis itu mengangguk walau di kepala kecilnya hanya ada kata bermain, makan dan tidur.
"Bunda, Ayah mana?" tanya Delia saat dirinya tengah berbaring di paha Maura sambil menonton televisi yang menayangkan kartun.
"Ayah, kan, kerja, Sayang." Maura melirik ponsel yang berkedip, ia mendapatkan pesan dari suaminya.
[Sayang, aku pulang sedikit malam. Mawar menangis sedari tadi ditelepon, karena mendapatkan bully-an. Gosip cepat sekali beredar.] - Hamdan
[Kamu pulang jangan sampai terlambat! Delia menunggumu, awas saja kalau pulang larut malam, suruh Mawar habis ngampus langsung pulang.] - Maura
Maura menaruh handphonenya lagi, ia kesal karena Hamdan ingin berdua dengan Mawar secara tidak langsung. Dia melirik jam sudah siapa, lekas menyiapkan makanan untuk dirimya dan Delia. Gadis kecil itu makan sangat lahap.
"Pelan-pelan, Sayang. Makanan kamu tidak akan lari kok." Maura membelai rambut Delia, hanya gadis kecil ini yang mampu memperbaiki suasana hatinya.
Di lain tempat Mawar tengah berdecak kesal, karena Hamdan membatalkan pergi ke hotel bersama. Padahal ia ingin berdua dengan sang suami, mencurahkan segala keluh kesah. Kejadian ini membuat banyak orang yang menghina.
"Kenapa jadi aku yang selalu disalahkan oleh mereka, harusnya Mbak Maura dong. Dia, kan, gak bisa jaga suaminya," gerutu Mawar. Perempuan itu berada di kampus, dikira tidak akan mendapatkan bully-an lagi orang karena dia kuliah. Ternyata dugaannya salah.
Suara dering ponsel membuat Mawar tersadar, matanya melihat nama yang tertera di layar. Setelah mengatur emosi dan nada suara, ia langsung mengangkat telepon. Memamerkan senyuman walau sang empu tak melihat.
"Walaikumsalam, Bu." Mawar benar-benar berusaha agar nada suara tidak bergetar.
"Kamu di mana sekarang? Nduk. Kata Ce Idah kamu udah gak di kontrakan lagi, karena saat Ibu mau bayar uang kontrakan dia gak mau," cecar
"Anuuuu, Bu. Mawarrr ...." Ucapan Mawar gemetar takut diomeli oleh wanita yang melahirkannya. Apalagi mendengar hina mereka yang bertemu dengan dia.
"Ibu kamu pasti malu karena memiliki anak pelakor!" Perkataan seseorang terngiang-ngiang di benaknya, sampai sang ibu memanggil berkali-kali baru tersadar.
"Kamu kenapa, War? Sekarang kamu tinggal di mana?" pertanyaan itu terucap bersamaan masuknya kampus membuat Mawar tersenyum lega.
"Bu, sudah dulu ya. Aku harus masuk kampus. Assalamualaikum." Setelah mendengar jawaban sang ibu, Mawar langsung mematikan sambungan telepon.
Jam sudah menunjuk angka setengah lima, Mawar bergegas untuk pulang. Karena tubuh yang benar-benar letih, ia langsung mendorong pintu membuat Delia yang hendak membuka terjatuh. Mawar terkejut sedangkan Maura berada di dapur menyiapkan susu untuk anaknya lekas berlari ke arah suara.
"Astagfirullah ... kamu kenapa, Sayang?" pekik Maura membawa Delia dalam gendongannya, terlihat kening gadis itu benjol.
"Maaf, Mbak. Mawar gak tau," ucap Mawar membela dirinya. Dia takut dituduh sengaja melukai anak kakak madunya.
Maura menatap tajam Mawar, lalu beralih pada Delia yang menjerit kesakit. Berusaha mendiamkan sang anak, sedangkan Mawar mengikuti langkah mereka. Rasa kantuk hilang berganti menjadi rasa takut.
"Awas kamu, anakku sampai benjol gini!" hardik Maura sambil mengompres kening Delia seraya meniup-niup.

Book Comment (185)

  • avatar
    John WayneZahorine

    πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ

    18d

    Β Β 0
  • avatar
    Nur Ayu

    bagus novel nya

    19/04

    Β Β 0
  • avatar
    SuryadiSitimariyam

    bagus crritanya

    18/02

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters