logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 54 KEDATANGAN ANWAR

Bibir Yanti tertawa mencibir. Gadis itu seakan tak memiliki rasa gentar sedikit pun menghadapi kemarahan Alif.
"Kenapa Om? Kenapa Om lebih memilih wanita itu! Sementara aku ini juga ponakan Om, yang masih sedarah daging dengan Ayahku. Kenapa Om memilih wanita murahan yang berpura-pura baik di hadapan Om saja. Asal Om tahu, dia itu bermuka dua! Bahkan, dia itu wanita munafik!" maki Yanti sambil menuding muka Aira.
Tiba-tiba saja, Aira menghempas belanjaan yang dibawanya. Langkahnya bergegas menghampiri Yanti yang sedari tadi berteriak-teriak memancing orang untuk melihatnya.
Sedetik kemudian, wanita yang biasanya terkenal kalem dan ramah itu, melayangkan kelima jarinya pada pipi bocah tengil itu.
Tangan yang biasanya gemulai dan penuh kasih sayang itu, kini telah mencengkeram erat rambut bagian atas milik Yanti.
"Sudah baik aku tidak memperkarakan dirimu yang mempermalukanku. Aku juga tidak mengadukanmu ke polisi, atas dugaan pencemaran nama baikku. Tetapi, masih juga kamu berani datang dan menginjak-injak harga diriku. Sebenarnya maumu apa?" cecar Aira pada gadis itu.
"Jangan dikasih hati. Sudah, ceburin saja di sungai depan. Biar bercampur dengan sampah busuk lainnya."
Orang-orang mulai berteriak-teriak kalap. Membuat suasana semakin keruh. Anehnya, gadis tak tahu diri itu, masih terus berani melawan Aira.
"Apa kamu bilang? Jika tidak kamu hasut Om Alif, mana mungkin dia lebih membelamu. Jangan-jangan, kamu juga memberinya jampi-jampi. Agar bisa kamu kuasai sendiri!" cicit Yanti dengan bibir terangkat sebelah.
Aira nampak semakin menghentak cengkeraman tangannya pada ubun-ubun gadis itu. Pada akhirnya, membuat cengkeraman itu lebih kuat. Serta membuat wajah gadis itu menatap matanya.
"Sekali lagi berani kamu membuka mulut, tak segan tangan ini membuatmu babak belur. Jangan kamu menganggap bisa meremehkanku terus. Kubuat pulang tanpa baju sehelai pun, bisa kulakukan jika aku mau! Sayangnya, aku tidak serendah dirimu!" cemooh Aira hingga membuat gadis itu tersungkur.
Alif tampak menghampiri, istrinya. Dipeluknya Aira dengan satu sisi tangannya.
"Pergi kamu dari sini. Seperti permintaanmu, kita bukan saudara lagi! Sampai kapan pun itu! Jangan lupakan, peejanjian yang kamu buat denganku dulu. Karena sanpai hari ini aku masih menyimpan rekaman suaramu itu," cicit Alif pelan tapi tegas.
"Satu lagi, jangan pernah memanggilku Om. Mulai sejak hari itu, aku pun tidak pernah menganggapmu keluargaku! Camkan itu!"
Yanti tampak tersentak kaget dari tempatnya jatuh tadi. Penuh tertatih dia mencoba berdiri. Tak seorang pun merasa iba dengan keadaannya. Bagaimana bisa dia melupakan, tentang rekaman suaranya. Yang menekankan, bahwa Alif bukan keluarganya lagi.
"Aku akan datang membalas perbuatan kalian! Ingat itu!"
"Yantiii! Apa yang kamu lakukan di sini!?"
teriak seorang pemuda yang tiba-tiba menerobos kerumunan orang banyak.
Semua mata mengawasi pemuda itu yang terus menghampiri Yanti. Pemuda itu tak lain Anwar, calon suami Yanti.
Anwar berusaha mengulurkan tangannya, membantu Yanti untuk bangkit. Namun, Yanti menolaknya.
"Aku bisa berdiri sendiri. Jangan turut campur dengan urusanku!" tepisnya kasar pada Anwar.
"Sudah cukup! Jangan mempermalukan dirimu sendiri. Mari kita pulang," ajak Anwar pada calon istrinya itu.
"Aku belum puas mencaci wanita itu!" tunjuknya pada Aira.
Aira nampak terkejut, melihat Yanti yang masih berani menentangnya. Namun, Anwar dengan sigap menyeret tubuh Yanti, agar segera berlalu dari tempat itu.
Semua orang meneriaki Yanti seperti paduan suara. Anwar merasa semakin malu karena perlakuan orang-orang tersebut.
Tiba-tiba saja, tangan Yanti terlepas dari genggaman Anwar. Bocah tengil itu hendak melempar sepatunya ke arah Aira. Namun, sebuah tangan telah lebih dulu menampar pipi bocah itu.
"Bik Tika! Apa yang kamu lakukan padaku?"
"Pulang atau kubuat malu kamu di sini?"
"Bibik kejam! Kenapa Bibi kebih membela wanita sialan itu!"
"Anwar, tolong bawa dia bilang," titah Tika pada calon suami Yanti itu.
Tika nampak menghampiri Aira dan Alif. Tetapi, keduanya sudah keburu masuk ke dalam rumah.
"Ma'afkan atas kelakuan, Yanti!" teriak Tika dari balik pintu gerbang.
Namun, Aira dan Alif sudah tidak memperdulikannya. Mereka malu atas kejadian pagi ini. Bagaimana bisa jadi tontonan gratis orang sekampung.
~~~~~
Sementara itu, Anwar membawa pulang Yanti ke rumah Bibinya, Murni. Rencana Anwar tadi mau bertandang ke rumah Bi Murni, untuk memutuskan pertunangannya dengan Yanti.
Belum juga turun dari motornya, Bi Murni telah memberitahunya, kalau Yanti ada di rumah Tantenya. Bergegas saja Anwar menuju ke sana. Entah kenapa, instingnya mengatakan akan terjadi sesuatu.
Benar pula rupanya dugaan pemuda itu. Dilihatnya Yanti begitu kalap. Yang membuatnya miris, calon istrinya itu benar-benar tidak punya sopan santun dan tak tahu malu.
Membuat Anwar semakin teguh untuk melepasnya. Tak ada yang bisa diharapkannya dari gadis itu. Bagaimana nanti jika harus berkumpul dalam satu rumah bersama Mamanya yang sangat disiplin orangnya.
Sepanjang perjalanan, berkali-kali Anwar menarik napas dalam. Dia sungguh kecewa hari ini. Sementara, Yanti yang duduk di boncengan, masih bersikap mesra seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Yanti langsung turun dan masuk ke dalam kamar Sella begitu tiba sampai di rumah Murni. Anwar juga mengikutinya masuk, tetapi dia memilih duduk di ruang tamu.
Murni duduk bersama suaminya, disusul Tika yang baru datang juga. Napas Tika terlihat memburu, karena luapan emosinya tadi.
"Gimana tadi Kak?" tanya Murni tak sabar.
"Untung tadi aku segera datang. Kalau Anwar saja, pasti sudah kewalahan menghadapi bocah sableng itu."
"Bibi tahu dari mana kalau ada kejadian seperti tadi."
"Bu Aziz, besan Murni yang ngabarin tadi. Kalau gak ada yang ngabarin, bagaimana kami bisa tahu."
"Untung pula tadi ada kamu, Nak Anwar. Ma'af, sudah membuatmu ikut repot."
"Tak mengapa Bi Tika, selama saya bisa bantu saja, ya saya bantu," ujar Anwar tulus.
"Aira ma Alif gimana, Kak tadi?"
"Aku datang ketika Yanti sudah diseret Anwar, jadi aku tidak tahu persisnya. Namun, kudengar orang-orang itu menyoraki Yanti. Terlihat sekali kalau bocah tengil itu yang membuat masalah.
Tadi, sebenarnya aku mau nyamperin Aira ma Alif ke dalam rumahnya. Tetapi, mereka keburu masuk. Sepertinya, malu sekali atas perbuatan Yanti."
"Terang saja malu, Bi. Saya tadi sempat menasehati Yanti agar tidak berbuat yang berlebihan. Eh, malah Yanti menjelek-jelekkan Tantenya di depan banyak orang. Om Alif sampai ikutan pula. Malah dia tadi, sampai mengharamkan Yanti memanggil namanya."
"Wah, sampai sebegitunya, Nak Anwar? Berarti ramai betul tadi?" tanya Murni keheranan.
"Pokonya bikin malu saja anak itu! Harus dikasih pelajaran Yanti itu. Biar tahu sopan santun!" timpal Tika dengan emosi.
"Nak Anwar sendiri, sengaja janjian sama Yanti atau bagaimana?" selidik Murni, karena merasa heran saja, melihat Anwar datang pagi-pagi ke rumahnya.
"Niat saya tadi ke sini, memang ada perlunya sama Yanti, juga sama Bi Murni. Dan kebetulan juga ada Bi Tika pula"
"Padahal, Bibi juga mau ketemu orang tuamu. Ada hal penting yang mau Bibi sampaikan pada mereka. Soal tanggal pernikahan kalian," ucap Tika.
Anwar tersentak kaget mendengar penuturan Tika. Dia sampai menegakkan punggungnya dari sandaran tempatnya duduk. Dalam benaknya, bagaimana pun juga, Anwar harus membatalkan rencana pernikahannya bersama Yanti.
"Ma'af Bi sebelumnya, sengaja saya ke sini memang ada hal penting yang ingin saya bicarakan bersama Bibi berdua. Soal pertunangan saya dan Yanti."
"Nah, kebetulan, Bibi pun rencananya memang mau menemui kedua orang tuamu juga. Rupanya, sudah keduluan kamu sendiri yang ke sini," terang Tika.
"Tapi, Bi, kedatangan saya ini, untuk mem-batalkan rencana pernikahan ka-mi," tutur Anwar dengan terbata.
Holla kesayangan semua💖Ingat ya, sebelum baca, like dulu ya. Jangan lupa juga kasih koment bawel kalian. Biar Author makin semangat yang lanjutin cerita ini lho. Terima kasih yang tak terhingga buat kalian yang sudah ikutin cerita ini sampai di sini. Moga sehat selalu dan diberikan limpahan rezeki ya. Aamiin allahumma aamiin🤗❤💖😇


Book Comment (84)

  • avatar
    KurniawanAgung

    agus

    11h

      0
  • avatar
    pepekgamingpepekgaming

    ceritanya hampir sama seperti cerita teman saya 🥰

    13d

      0
  • avatar
    ShahIqbal

    best cerita dia ni

    20d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters