logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Ternyata Karena Ini?

Dua jam sebelum perdebatan di rumah, Qila menunggu kedatangan Aditya.
"Sampai jumpa besok Qila!"
Lambaian tangan Deswita menjadi perpisahan mereka saat itu. Sekolah dipulangkan 2 jam lebih awal dari biasanya. Kata Deswita mereka akan menyiapkan segala hal untuk besok. Kata Deswita lagi mereka akan menyewa orang-orang profesional hanya untuk acara besok siang.
Dan segala hal yang Qila tau memang bersumber dari Deswita. Bukan mencari tahu kok, Qila diberi tahu secara cuma-cuma alias Deswita nyerocos tiap detiknya.
"Lagi-lagi gue masih pengen masuk dalam golongan orang yang nggak diundang." Qila bergumam sambil menunggu Aditya atau sopir yang biasa menjemputnya datang.
Dia tak bisa menelepon karena sekarang dia membawa ponselnya sendiri, bukan ponsel pemberian Aditya. Jadi dia tak bisa menelepon Aditya karena tak tau nomor Tuan Muda itu. Nggak banget kan kalau Qila menghafalkan nomor laki-laki sinting itu?
Lagian kalau dia membawa ponselnya dia tak mau mengganggu Aditya. Tuan Muda-nya itu moodyan. Dikit-dikit baik dikit-dikit lagi galak.
"Qila?" sapaan hangat itu sampai ke telinga Qila.
Ah, suaranya merdu sekali. Qila senang mendengarnya.
"Ya?"
"Wah kamu masih belum pulang? Padahal ini sudah sepi," ujar Arga sembari tersenyum manis.
Iya, yang memanggilnya tadi itu Arga. Padahal ini pertemuan kedua mereka setelah acara undangan tadi pagi.
Namun, Arga sudah bersikap se-ramah ini padanya seolah mereka sudah kenal begitu lama. Qila dibuat terpana karena hal itu. Andai dia seekor anjing mungkin sekarang dia akan menggoyang-goyangkan ekornya ke kanan-kiri karena sedang berbunga-bunga hatinya.
Untungnya, Qila hanya manusia yang dianggap boneka. Bukan anjing temannya serigala.
"Hmm aku masih menunggu jemputan." Qila mengangguk-anggukan kepala nya saat menjawab pertanyaan dari Arga tadi. "Lalu kamu sedang apa?"
Haish, pertanyaan bodoh yang harusnya tak Qila ajukan. Memangnya untuk apalagi Arga tetap di sekolah jika tidak untuk mempersiapkan acara ulang tahunnya besok?
"Hanya sedang mengawasi mereka." Arga menunjuk rombongan orang yang jumlahnya sekitar ratusan. Mereka sedang bekerja keras mendekor sekolah ini agar terlihat mengagumkan. Qila ber-wahh dengan mulut menganga. Haha, dirinya ini katrok sekali memang.
Maklum biasanya saat ada yang ulang tahun yang dia lihat hanya pelemparan tepung dan penceplokan telur saja.
"Ah iyah aku hampir saja lupa. Untuk undangan tadi, mengapa kamu sendiri yang memberikannya padaku?"
"Oh ... Itu undangan khusus tamu VIP. Biasanya undangan itu dipakai untuk keluarga besar atau orang yang tersayang," jelas Arga santai.
Ahahaha, bodoh jika Qila tak paham maksudnya. Dia paham, sangat paham kemana arah pembicaraan mereka saat ini. Jadi yang sekarang Qila lakukan hanyalah diam sambil tersenyum.
"Syaqila!" Suara tegas dan sangat menjengkelkan.
Qila tak perlu menjelaskan darimana asal suara itu. Karena kalian pasti sudah tahu sendiri jawabannya.
Aditya melangkah tegap ke arah Qila dan Arga berdiri saat ini. Kemejanya digulung sampai siku dengan dua kancing atas yang terbuka membuat Qila meneguk salivanya berkali-kali. Melihat ketampanan milik Aditya dia selalu saja terpesona.
Untungnya Qila punya ego yang tinggi. Jadi dia tidak blak-blakan soal perasaannya ini.
"Qila, dia ini ... kakakmu?"
Belum sempat Qila menjawab tangannya sudah dicekal lalu dia diseret paksa oleh Aditya. Arga sendiri hanya diam memandangi hal itu karena jujur dia takut pada tatapan tajam milik Aditya tadi.
Di sana sebelum masuk dalam mobil Aditya, Qila masih sempat melambaikan tangan pada Arga sambil tersenyum manis seolah mengatakan, 'Sampai jumpa lagi besok'.
Dan tentu saja Aditya makin naik pitam karenanya!
***
Aditya turun dari mobil terlebih dahulu lantas menyeret Qila lagi. Qila diam saja. Entah, dia tak tahu apa salahnya. Jadi dia hanya diam saja.
Aditya berhenti melangkah di ruang tamu. Mendengar keributan semua pelayan berkumpul di sana. Mereka langsung menunduk saat melihat Aditya datang.
Mata Aditya terus menatap tajam Qila. Namun, yang ditatap justru menunduk sambil memainkan sepatunya.
"Coba sebutkan apa salahmu?" Aditya bertanya begitu tenang namun seluruh orang yang ada di rumah itu tau bahwa laki-laki itu sedang murka sekarang.
"Saya tidak tau," jawab Qila jujur. Dia memang tidak tahu, jadi dia jawab saja apa adanya.
"Kutanya sekali lagi, Qila. Katakan apa kesalahanmu!?"
"Saya tidak bersalah, Tuan!"
"OMONG KOSONG MACAM APA ITU SYAQILA!?" bentak Aditya tepat di depan Qila. Qila sedikit melangkah mundur karena merasa ketakutan.
"KATAKAN SEKARANG! APA SALAHMU!?" Tak mendapat jawaban membuat Aditya kesal.
"KAMU BERBICARA DENGAN PRIA LAIN! TERSENYUM UNTUK PRIA LAIN! DAN KAMU BAHKAN MELAMBAIKAN TANGAN UNTUK PRIA LAIN!" Nafas Aditya ngos-ngosan hanya dengan mengucapkan serentetan kesalahan calon istrinya itu.
"Bahkan hukuman mati pun tak akan sanggup melunasinya!" lanjut Aditya lagi.
Ah, Aditya itu ... posesif sekali.
Tapi bukankah dia terlalu hiperbola?
Qila mau menunduk menalikan tali sepatunya. Namun, belum sempat saat Aditya lagi-lagi membentak dengan suara yang membuat orang ketakutan itu.
"APA YANG KAU LAKUKAN!?" Qila menutup telinga mendengar teriakan Aditya. Dia tau dia salah. Tapi bukan seperti ini. Qila tak terlalu terbiasa dibentak karena sekeras apapun ayahnya dulu dia tak pernah membentaknya seperti ini.
"Saya tidak tau, Tuan."
Dalam hatinya Qila mengomel, sudah tau mau nali sepatu tapi masih nanya.
"KAMU—" Aditya menjeda kalimatnya.
Matanya yang tadi menatap nyalang ke arah Qila kini beralih menatap para pelayan yang menunduk dengan tubuh yang gemetar lantaran ketakutan.
Aditya memberi perintah untuk tak memberinya makan. Hal itu membuat Qila yang juga menunduk berusaha meredam emosinya. Bagaimana bisa Tuan Muda itu berbuat sekejam ini padanya?
Lagipula dia tak sampai berciuman dengan pria lain bukan?
Lalu kenapa Aditya itu jahat sekali padanya?
"Ba—baik tuan."
Semua pelayan segera pergi setelah mendengar teriakkan Aditya. Mereka bahkan lari terburu-buru karena tak mau diamuk lagi. Huft, saat ini sang singa terbangun dari tidurnya dan hewan macam apapun yang ada di depannya akan dilahap habis!
***
Yang Qila lakukan hanya berguling kesana-kemari. Jam di ponselnya menampilkan angka 22.39. Dan demi anjing yang mirip serigala Qila hanya makan sekali dalam sehari ini!
Harusnya dia makan di sekolah tapi selera makannya tadi hilang saat Deswita memberinya thai tea rasa motcha. Dan jadilah dia hanya makan sekali saat sarapan. Itupun hanya dua lembar roti panggang.
Waw daebak!
Qila memecahkan rekor yang sangat hebat.
Gadis berusia 16 tahun itu mendengus saat perutnya keroncongan lagi. Dia lapar, ya Tuhan, Qila lapar sekali malam ini. Rasanya dia tak bisa hidup lebih lama lagi.
Dia ingin makan.
Makan apa aja. Asal cacing di perutnya ini tak lagi berdemo.
Asal dia bisa membuat tubuhnya tak selemah ini lagi.
Hukuman ini terlalu berat untuk bayi mungil sepertinya. Dia terlalu rapuh untuk dihukum. Qila menggulingkan badannya lagi hingga terjatuh ke lantai. Dingin ubin kamarnya membuat perut Qila sedikit membaik. Rasanya benar-benar menyejukkan berada di sini.
Malas beranjak ditambah matanya yang sudah memberat lantaran kelaparan membuat Qila tetap berbaring di atas lantai tanpa selimut apapun. Mata gadis itu mulai terpejam dan perlahan nafasnya mulai teratur.
Qila tertidur beberapa menit kemudian tanpa selimut tebal dan dalam keadaan perut yang keroncongan. Tak lama setelahnya suara seseorang yang membuka pintu terdengar pelan.
"Qila, maaf, tapi melihatmu saat ini seluruh kemarahan yang ada sirna. Kamu ini suka sekali membuat saya makin cinta."
-Bersambung....

Book Comment (183)

  • avatar
    Yuie0ica

    HAIIII ,NICEE STORRYY GL FOR YOU

    2d

      0
  • avatar
    comelnona

    bagus

    17/07

      0
  • avatar
    Zeti Durrotul Yatimah

    Qla harus bersikap lebih dewasa

    10/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters