logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 4. Kedatangan Mak Ijah

Aku dan Bang Bayu pun berjalan menuju kamar lbu. Sesampainya di sana, ternyata lbu memang tak ada di kamarnya.
"Tuh, kan, Yang, benar lbu gak ada di kamar."
"Lo, kan lbu gak bisa jalan, Yang. Kamu kan dengar sendiri dari Santi, lbu lumpuh setelah penyakit itu datang dua minggu yang lalu."
"Entahlah, Yang, aku juga gak ngerti. Mungkin sekarang lbu sudah bisa jalan." ucapku.
"Tadi, sebelum tidur pun, lbu minta makan lagi, tapi tak habis, Yang."
"Yuk, ah, kita cari lbu di luar. Mungkin lbu tidak sadar jalan keluar rumah."
Kami keluar dari kamar lbu. Namun, belum sempat keluar, Santi sudah masuk ke kamar dengan menuntun lbu.
"Lo, San, kamu dan lbu dari mana?" tanya Bang Bayu.
"Ibu ada di luar Bang, duduk di teras. Saat tidur, Santi mendengar sayup-sayup lbu memanggil, Bang."
"Lalu, keluarlah aku. Ku lihat kamar lbu terbuka dan pintu luar pun terbuka. Langsung lah aku menuju pintu luar dan melihat lbu duduk di teras."

"Kapan kamu keluar dan melihat lbu?" tanyaku lagi.
"Baru aja, Kak. Makanya langsung ku bawa lbu masuk ke dalam."
Aku semakin bingung, apakah Santi tidak melihat kami ada di kamar lbu? Sedangkan kami di kamar lbu sekitar sepuluh menitan!
"Kamu gak lihat kami di sini, San? Sepuluh menit yang lalu, lo, kami di kamar ini." tanyaku makin heran.
"Gak, Kak. Tadi kan aku lihat kamar lbu kosong, jadi langsung kucari keluar. Kebetulan pintu luar terbuka."
Aku tak habis pikir, kejadian ini membuatku merinding sekaligus penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi.
Apa yang terjadi denganku, sangat berbalik setelah Santi dan Bang Bayu tahu. Seolah-olah aku berkata bohong pada Bang Bayu.
Hhmmm ... aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah Bang Bayu dan adik-adiknya memang tak tahu, atau hanya berpura-pura.
Aku harus merahasiakan setiap kejadian yang terjadi padaku, dan menyelidikinya. Walau pun agak sedikit takut, aku tetap harus tahu penyebab semua ini.
****
Pagi yang cerah, aku sudah membersihkan diri dan bersiap untuk ke pasar membeli sayur dan lauk untuk hari ini.
"San, biar aku dan Nanda aja yang ke pasar. Aku juga ingin tahu pasar di sini. Kamu beberes rumah ya," ucapku.
"Iya, Kak." sahut Santi.
Ku lihat Nanda baru bangun dari tidurnya.
"Nan, ayo cepat mandi sana. Kita ke pasar membeli keperluan hari ini."
"Eh, iya, Kak. Hehehe ...." Nanda hanya cengengesan.
Tak berapa lama, Nanda sudah siap dan kami pun berangkat ke pasar.

Saat menuju pasar, aku melihat para ibu-ibu berkerumun di warung Bu Yeyen.
"Eh, Mir, menantunya Mak Saroh, sini." salah satu ibu-ibu memanggilku.
Merasa di panggil, aku menghampiri mereka.
"Iya, Bu, ada apa?" tanyaku.
"Mir, tadi malam lbu Mertuamu ada di rumah nggak?" tanya salah satu dari mereka.
"Emang kenapa, Bu?" tanyaku balik.
Padahal, bersamaku ada Nanda, tapi mereka kok bertanyanya padaku, bukan ke Nanda. Ah, mungkin mereka mengharagaiku sebagai menantu pertama di rumah itu.
"Anu, Mir ...." mereka ragu untuk mengatakan. Para ibu-ibu itu saling berpandangan.
Atau mungkin karena ada Nanda bersamaku, sehingga mereka ragu untuk mengatakannya.
"Anu, Mir, lbu Mertuamu itu tadi malam duduk di teras rumahku sekitar jam satu atau dua an gitu deh."
"Iya, Mir, di teras rumahku juga."
"Di teras ku juga, Mir."
Ada sekitar lima orang ibu-ibu yang mengatakan, kalau lbu duduk di teras rumah mereka.
"Nan, kamu jangan terkejut, ya, kenapa lbumu bisa duduk di teras rumah mereka." kata Bu Yeyen pada Nanda.
Nanda hanya menganggukan kepalanya.
"Eh, Mir, temuin Mak Ijah deh, mumpung dia udah datang dari kota bersama suaminya. Pak Rohmat kan ustadz di kampung kita. Mungkin mereka tahu penangkalnya."
"Ibu Mertuamu itu harus di 'talak', Mir, biar gak tersiksa gitu hidupnya."
Para ibu-ibu itu memberikan masukan dan nasehat pada kami.
"Iya, Bu, nanti akan kami temui Mak ljah. Terima kasih atas masukannya. Kami permisi dulu, mau ke pasar." pamitku pada mereka.
"Iya, hati-hati tuh. Ingat pesan kami, biar gak kelamaan tersiksanya." ucap salah satu dari mereka.
Aku dan Nanda hanya menganggukan kepala.
Sepanjang jalan menuju pasar, kami hanya bungkam. Terfokus hanya pada pemikiran kami masing-masing.
Setibanya di pasar, aku jadi bingung apa yang harus di beli.
"Eh, Nan, beli apa kita, Kakak jadi bingung nih?" tanyaku pada Nanda.
"Nanda juga, Kak, bingung mikirkan lbu."
"Ya, nanti kita ke tempat Mak ijah seperti yang mereka bilang. Mungkin Mak ljah tahu."
"Iya, Kak." wajah Nanda terlihat sangat sedih.
Kami pun segera membeli perlengkapan untuk keperluan hari ini.
****
Sepulang dari pasar, ku lihat sudah ada beberapa orang yang bertamu ke rumah. Namun, aku tak tahu siapa saja mereka, karena aku baru di kampung ini.
Karena ada tamu, aku dan Nanda masuk lewat pintu belakang. Kami mengelilingi rumah sampai pintu dapur.
Rumah Mertuaku terbuat dari kayu ulin berbentuk panggung. Tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu rendah. Tinggi rumah panggung sekitar tinggi anak-anak umur delapan tahun.
Memiliki tiga buah kamar tidur, ruang tamu dan ruang tengah menyatu berbentuk huruf L, dan dapur agak menurun. Jadi bagian dapurnya gak terlalu tinggi dari tanah.
Kamar pertama di tempati oleh lbu yang bersebelahan dengan ruang tamu. Kamar kedua di tempati aku dan Bang Bayu, sedangkan kamar yang ketiga, di tempati Santi dan Nanda.
Rumah lbu Mertua terlihat lumayan besar. Karena sebelumnya, almarhum Bapak Mertua memiliki usaha yang bagus dan maju pesat.
Entah, kenapa sekarang kehidupan mereka turun begitu drastis. Beruntung, Bang Bayu dan kedua adiknya tidak hidup dalam kemewahan. Sehingga mereka tidak manja setelah kehidupan ini.
Di dapur, terlihat Santi sedang sibuk menyediakan beberapa gelas teh manis untuk para tamu.
"San, itu siapa yang datang?" tanyaku pada Santi.
"Itu Mak ljah dan suaminya, Kak, beserta tetangga kampung yang lainnya."
"Ooo, jadi itu Mak ljah." terlihat Mak ljah masih duduk di ruang tengah bersama dengan yang lainnya. Dan sedang berbincang dengan Bang Bayu.
Tak berapa lama, Mak ljah dan suaminya masuk ke kamar lbu. Sedangkan yang lainnya, masih berada di ruang tengah.
Mak ljah emang sudah terlihat tua. Mungkin usianya setengah abad lebih. Lebih tua dari lbu yang berusia lima puluh satu tahun.
"Ayo, Kak, Santi perkenalkan dengan Mak ljah." ajak Santi padaku.
Santi membawa nampan yang berisi beberapa gelas teh hangat, sedangkan aku membawa nampan yang berisi kue basah dan kue kering, yang sudah terlebih dulu di beli oleh Bang Bayu.
Air dan kue itu kami letakan di ruang tamu, dan mempersilahkan yang lain untuk menikmati apa yang kami suguhkan.
"Mari silakan, di makan ya kuenya," ucap Santi.
"Kak, yuk, kita ke kamar lbu. Biar tahu apa yang sebenarnya terjadi sama lbu." ajak Santi.
Kami melangkah menuju kamar lbu dan memasuki kamar itu.
"Assalamualaikum ... Mak ljah." Santi mencium punggung tangan Mak ljah dan Pak Rohmat, suami Mak ljah.
"Waalaikum salam. Eh, Santi."
"Mak, kenalkan, ini lstri Bayu, Mirna namanya." Bang Bayu memperkenalkan aku pada Mak ljah dan suaminya.
Aku mencium punggung tangan Mak ljah dan suaminya.
"Beruntunglah, Bay, kamu dan lstrimu sudah pulang. Kasihan lbumu." ucap Mak ljah.
Aku yang sudah penasaran, mencoba untuk menahan keingintahuanku. Tapi, tak berhasil.
"Ibu kenapa, ya, Mak?" akhirnya pertanyaan ituun keluar dari mulutku.
Mak ljah terlihat menghembuskan nafasnya dengan perlahan.
"Ini akibat ibumu yang gak bisa di nasehati."
Mak ljah tertahan dengan kalimatnya dan menggelengkan kepalanya perlahan.
"Udah sering Mak nasehati, tetap saja lbu mu tak peduli. Ya, akhirnya begini."
"Dia takut, kalau Bapakmu akan berpindah ke lain hati. Tapi, tidak takut dengan akhir yang akan terjadi. Ya, inilah akhirnya."
"Lalu Mak?" aku tak sabar ingin mendengar cerita selanjutnya.
"Sabar, Nak." Mak ljah memberi kode dengan mendelikan matanya ke arah lbu.
Saat ku lihat ke arah lbu, lbu menatapku dengan sangat tajam.
Seketika, tubuhku bergetar, kakiku lemas, mulutku terbungkam, tengkuk ku merinding ngeri, saat melihat tatapan tajam lbu ke arahku. Seakan ia ingin menelanku bulat-bulat.
.

Book Comment (370)

  • avatar
    baihaqyBrian

    sangat bagus

    8d

      0
  • avatar
    Ezrah Mgzk

    good

    11d

      0
  • avatar
    dahjubai

    500 poi

    14d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters