logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3

"Memang jika keadaannya berubah, bahkan jika kamu sendiri berubah keadaannya. Apa yang akan kamu lakukan?" Lyla tersenyum tipis, dirinya sama sekali tidak akan tau apa yang dia lakukan pada Mark, jika saat ini keadaan mereka berbalik.
"Memang kamu pikir aku akan melakukan apa? Aku hanya berpikir mungkin Mark bisa merasakan apa yang pernah aku rasakan. Kamu tahu sendiri bagaimana dirinya, itu akan menjadi angan-angan saja!" Tatapan mata Lyla begitu kosong ketika bibirnya mengatakan hal itu, tentunya Rania yang sedari tadi memperhatikan Lyla hanya diam.
"Bagaimana dengan hadiah yang aku berikan?" Mendengar ucapan Rania membuat Lyla bingung harus mengatakan apa, karena secara dirinya sama sekali belum membaca buku pemberian dari Rania dan hal itu benar-benar membuat Lyla merasa bersalah.
"Cukup bagus!" Rania mengerti jika saat ini Lyla sedang berbohong, melihat bagaimana Lyla sama sekali tidak berani menatap matanya. Dirinya harus apa? Karena terkadang Rania memiliki keinginan kuat membuat Mark menerima konsekuensi apa yang telah dilakukan laki-laki itu dengan selalu melakukan aksi pembullyan, terutama pada Lyla. Namun, apa yang harus dirinya lakukan? Mark adalah orang yang cukup berkuasa dengan reputasi kedua orangtuanya yang merupakan pengusaha sekaligus pemilik kampus tempat mereka belajar. Rania menarik napas sesaat, Kemudian bibirnya mencoba untuk tersenyum berusaha membuat Lyla agar tidak semakin merasa bersalah dengan apa yang telah terhadap.
"Jangan khawatir, kamu bisa mendapatkannya lagi lain kali. Aku rasa kamu harus benar-benar memberikan pelajaran untuk laki-laki itu!" Rania menatap penuh senyum tipis kearah Lyla yang saat ini benar-benar merasa begitu buruk.
**
Mark tersenyum penuh kemenangan, ketika saat ini dirinya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Matanya beberapa kali menatap kearah kaca spion memberikan selebrasi atas kemenangan di atas rute jalanan balap liar yang sedang dia lakukan.
"Wow, tidakah kamu memiliki niat untuk mentraktir kami. Aku pikir saat ini dompetmu sangat tebal!" Mark berdecak pelan kemudian mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celananya dan melemparnya begitu saja kearah Lucas.
Setidaknya saat ini dirinya tidak memberikan pukulan pada Lucas yang dengan begitu ringannya meminta traktir pada dirinya, Mark sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal itu dirinya hanya masih merasa kesal dengan apa yang telah dilakukan Lyla dengan membuang buku yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya. Mark sendiri bukanlah orang yang tertarik membaca buku, dirinya lebih tertarik mengikuti balapan liar dibandingkan harus melihat banyaknya baris kalimat yang begitu membosankan. Tetapi, untuk buku yang saat ini berada pada tangannya sedikit berbeda.
Buk....
Mark dan Lucas memandang penuh bingung ketika dari belakang merasakan seseorang telah melempar sesuatu dari arah belakang kearah Mark. Begitu mengetahui pelakunya Mark dan Lucas mendengus pelan, menatap Rania yang jelas saat ini melempar tatapan tajam pada dua orang laki-laki yang tidak pernah habis-habisnya membully Lyla.
"Kenapa kamu melakukan itu?" Rania masih diam ketika Lucas memberikan pertanyaan itu pada dirinya.
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu pada kalian! Kalian benar-benar orang yang tidak berguna, kenapa harus melakukan pembullyan? Terutama Kamu!" Rania menunjuk kearah Mark yang hanya diam, karena kali ini mereka sedang menjadi pusat perhatian.
"Kamu benar-benar seorang pengecut, bagaimana bisa melakukan hal itu pada Lyla. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, kamu benar-benar menghancurkan hatinya! Aku tidak pernah melihat orang segila dirimu, kamu lebih menjijikan dari lubang kloset kamar mandi sekolah!" Selesai mengatakan hal itu Rania dengan kesal menatap buku yang saat ini berada di tangan Mark, dengan kesal Rania merebutnya begitu saja, sebelum akhirnya pergi begitu saja.
"Dia telah berani melakukan hal itu padamu!" Komentar singkat Jack salah satu pembalap liar yang beberapa saat lalu melakukan balapan liar dengan Mark yang saat ini hanya diam.
Lucas yang melihat aura kemarahan yang begitu jelas terpancar dari mata Mark hanya bisa diam, memikirkan cara agar Mark tidak bertindak apa yang saat ini sedang dirinya pikirkan. Terkadang, Mark benar-benar tidak bisa berpikir jernih ketika marah. Bahkan terkadang Mark bisa melakukan apa saja untuk melimpahkan rasa kekesalannya.
"Jangan dengarkan dia! Aku yakin kamu tidak akan meladeni perempuan itu, dia hanya tidak terima kita melakukan hal itu pada temannya!" Mark diam melirik kearah Lucas yang kini menepuk bahunya, dengan kesal Mark segera menepis tangan Lucas bahkan terdengar beberapa kali Mark sedikit mengeluarkan kata-kata penuh umpatan.
"Wow, benar-benar rendahan sekali. Lebih menjijikan dari seekor binatang, jadi ini apa yang telah seorang Mark lakukan dengan melakukan pembullyan?" Decih Jack benar-benar memancing amarah Mark yang kini benar-benar sudah habis batas kesabarannya hingga pada akhirnya, Jack dan semua orang dibuat terkejut ketika Mark secara tiba-tiba mencekik leher Jack. Namun, hal itu bukanlah hal yang mengherankan bagi Lucas yang saat ini hanya bisa menghela napas pasrah saat Mark yang kini dengan penuh amarah mencekik Jack yang hanya diam menyeringai pelan.
"Apa kamu pikir itu membuat diriku takut? Cih dasar pengecut!" Jack melontarkan ucapan itu semakin membuat hati Mark terasa semakin panas saja.
"Urusan ini belum selesai!" Mark mengucapkan hal itu dan segera masuk kedalam mobilnya dan pergi dari tempat itu juga, meninggalkan semua orang yang hanya bisa diam memandang mobil Mark yang sudah tidak terjangkau dari mata mereka.
**
Lyla terbangun dari tidurnya dengan rasa lapar yang benar-benar membuat dirinya terganggu. Dirinya menghela napas kesal ketika membuka lemari es, sama sekali tidak ada satupun bahan makanan yang bisa dirinya olah dengan cepat. Lyla segera berjalan kearah kamarnya untuk mengambil ponsel dan jaketnya. Lyla berjalan dengan langkah sesekali melihat kearah sekitar jalanan yang dirinya lewati terlihat begitu sepi, walaupun masih terlihat beberapa kendaraan melintas di depannya. Hingga pada akhirnya langkahnya terhenti di depan jembatan, pikirannya benar-benar di penuhi dengan rasa bersalah terhadap Rania yang telah memberikan dirinya hadiah di saat semua orang melupakan jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Hanya Rania saja yang mengingatnya, apa dirinya harus bicara apa yang telah terjadi? Tidak, Lyla benar-benar merasa ragu jika harus bicara seperti itu pada Rania.
Lyla tidak memiliki niat apapun untuk segera melangkahkan kakinya kearah tujuannya, yaitu minimarket. Walaupun jarak dirinya berdiri saat ini, benar-benar begitu dekat dengan minimarket yang letaknya diseberang jalan sana. Lyla memutusnya untuk lebih lama berdiri di pinggir jembatan, walaupun rasa lapar pada dirinya masih menganggu tetapi ada yang lebih menganggu dirimu saat ini. Mark, hanya satu nama itu yang membuat dirinya benar-benar merasa menyerah dengan hidup, entah masalah apa yang membuat dirinya merasakan semua ini. Apa dirinya telah membuat kesalahan pada kehidupan sebelumnya, hingga dirinya harus merasakan semua ini? Pertanyaan itu benar-benar mengisi pikirannya saat ini, sembari matanya sesekali menatap kearah aliran air bawah jembatan yang begitu deras.

Book Comment (60)

  • avatar
    Faisal MubarakDevin

    he bat

    3d

      0
  • avatar
    Abdul Rizal

    bagus ceritanya

    27d

      0
  • avatar
    Sarlita Karel

    sangat bagus ceritanya

    13/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters