logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Kiriman

“Cinta? Siapa lelaki brengsek yang berani mengatakan itu kepada Qila?” batin Erzan, dia naik pitam.
“B…” Erzan berhenti dan menutup telepon itu. Karena disaat yang bersamaan Qila bergerak, keningnya berkeringat.
“Erzan.” Qila mengigau.
“Ya, kamu kenapa Qila. Kenapa keringat kamu banyak sekali?” Erzan panik saat melihat dari kelopak mata Qila, bola matanya bergerak-gerak tapi tetap terpejam.
“Erzan.” Qila mulai menangis dalam tidurnya.
“Ya sayang, kamu kenapa?” tanya Erzan, dia semakin kalut.
Qila tersadar, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Erzan yang cemas. Dia segera mencengkram lengan Erzan erat.
“Jangan tinggalkan aku Erzan,” ucapnya sembari menangis sesegukan.
“Aku tidak akan meninggalkan kamu, Qila. Tidak akan pernah.” Erzan membalas pelukan Qila. Dia bisa merasakan tubuh Qila yang gemetar.
“Sebenarnya apa yang terjadi, apa yang ada di dalam mimpinya,” batin Erzan.
“Tenang Qila, aku ambilkan air minum dulu untuk kamu.” Erzan melepas pelukannya.
Qila menarik kembali tangan Erzan, “Jangan kemana-mana,” ucapnya dengan mata sendu.
Siapa yang bisa beranjak jika sudah melihat mata sendu milik Qila dipenuhi genangan air mata.
“Aku tidak akan kemana-mana.” Erzan kembali memeluk Qila hingga Qila tertidur lagi.
Dengan pelan Erzan menggendong Qila dan membaringkannya ke dalam kamar. Waktu semakin berlalu, Erzan menyelesaikan pekerjaannya sembari menunggu Qila bangun.
Erzan melihat jam tangannya, sudah pukul 18.00. Dia menyudahi pekerjaannya dan pergi ke dapur. Dia menyiapkan bahan-bahan makanan sesuai dengan resep yang sudah dilihatnya dan mulai memasak dibantu oleh melihat video di youtube.
Erzan sempurna dalam segala hal kecuali memasak. Dia pernah membuat wajan penggorengan gosong karena menggoreng sebutir telur. Terakhir, Erzan pernah hampir membakar rumah karena memasak mie instan.
Sempurna? Erzan tidak sesempurna itu. Selain fisik dan cara kerjanya, Erzan sama seperti manusia biasa. Memang tempramen Erzan sangat tidak baik, dia seorang bos yang galak, perfeksionis, sangat amat bersih, dan disiplin.
Erzan tidak bisa melihat sedikitpun sampah apalagi debu di kantor. Namun, perlahan sikap itu berubah saat dia mulai mendekati Qila. Erzan jadi lebih ramah dan mudah tersenyum. Di hadapan orang lain Erzan seperti harimau tetapi di depan Qila dia bertingkah seperti kucing kecil yang rapuh.
“Erzan, kamu sedang apa?” tanya Qila yang baru bangun.
Erzan segera berlari menghampiri, “Qila, kamu sudah mendingan? Ada yang sakit?” tanyanya.
Qila menggeleng sambil memperhatikan Erzan yang mengenakan celemek dan kedua tangannya penuh dengan sisa-sisa adonan.
“Yakin kamu baik-baik aja?” Erzan bertanya lagi.
“Ya, kamu masak?”
“Hm,” jawabnya dengan bangga sambil tersenyum.
“Masak apa?” tanya Qila berhati-hati.
“Sup,” jawabnya.
“Sup pake tepung?” tanya Qila lagi. Alisnya terangkat sebelah.
“Ayo, kamu coba.”
Qila tampak tertekan, apalagi saat melihat sup yang terlihat mengerikan, “Kamu mau aku makan ini?” tanya Qila.
“Ya!”
Qila ragu, namun melihat Erzan yang tampak senang dia akhirnya mencoba masakan Erzan. Meskipun tahu dia tidak bisa memasak tapi dia dengan usahanya untuk mencoba membuat Qila terharu.
“Erzan, kamu memang lebih tampan jika duduk di kursi CEO daripada di dapur.” Qila membukakan celemek Erzan dan menyuruhnya duduk di sofa.
Qila membuka kulkas, “Kosong? Kamu masak semuanya?” tanya Qila.
Erzan mengangguk. Qila hanya melihat bagian belakang Erzan, dia menunduk.
Qila mendekat, dia jongkok di depan Erzan, “Erzan, kamu sedih?” tanya Qila.
“Kamu bilang kalau kamu paling menyukai lelaki yang bisa masak,” ucapnya.
Qila tersenyum, itu adalah perkataannya dulu saat berusaha menolak Erzan dan menggunakan kelemahan Erzan. Qila tidak menyangka situasi seperti ini tiba juga untuknya.
“Aku tarik kembali perkataanku. Aku paling menyukai lelaki yang berjuang dan bersemangat kerja apalagi lelaki yang bernama Erzan yang sekarang menjadi pacarku. Aku sangat-sangat menyukainya," ucap Qila.
Sudut bibir Erzan naik, senyumnya kembali.
“Jadi, aku tidak perlu memasak lagi?”
“Ya, kita pesan makanan aja.”
Setelah memesan makanan dan makanan pun datang. Kini, Erzan memesan makanan kesukaannya agar Qila tahu. Mereka banyak bercerita dan bercanda. Erzan senang melihat Qila ceria lagi. Hatinya hancur melihat Qila menangis sesegukan dalam mimpinya. Mimpi apa yang berani mengganggu pacarnya yang begitu cantik itu.
Setelah makan, Erzan mengantar Qila pulang karena sudah larut malam dan besok mereka harus kembali bekerja. Erzan menyuruh Qila istirahat malam ini dan tidak memikirkan apapun.
“Qila, kamu tahu kenapa aku bahagia saat selesai memasak tadi?” tanya Erzan di tengah kesunyian jalan.
“Karena kamu berhasil membuat supnya,” jawab Qila.
“Hm, itu salah satunya. Tetapi, yang paling membuat aku bahagia itu karena aku tidak sampai membakar rumah.”

“Astaga!” Qila memukul lengan Erzan. Erzan mengelus lengannya.
“Erzan, kita hampir jadi terkenal!” seru Qila.
“Terkenal? Kenapa?” tanya Erzan heran.
“Pertama, karena rumah seorang CEO perusahaan ternama terbakar karena memasak. Kedua, karena sekretaris dan CEO nya ketahuan berduaan sampai larut malam bahkan di rumah CEO, wah ini akan menjadi berita nomor satu selama dua bulan. Ketiga, karena…” ucap Qila terhenti karena tidak sengaja memandang wajah pacarnya yang sedang serius melihat ke jalan.

Erzan menoleh sebentar karena Qila tidak melanjutkan ucapannya dan hanya melihat ke arah Erzan. “Kenapa?” tanya Erzan.
“Ketiga karena kamu terlihat tampan.”
Pipi Erzan terasa panas mendengarnya. Selama pacaran, Qila tidak pernah berprilaku seperti ini.
"Aku tidak mau orang lain tahu dan aku tidak mau kamu menjadi terkenal. Kamu hanya untuk aku," imbuh Qila.
“Qila, kamu..sakit?” tanya Erzan.
“Gak! Kamu kenapa sih dipuji juga!” ucap Qila malu-malu.
“Aku gak pernah denger kamu bicara seperti itu. Kamu yakin baik-baik aja?” tanya Erzan sekali lagi ia memastikan.
“Iya, aku baik-baik aja!” Qila sedikit kesal. Dia cemberut.
“Baguslah dia tidak kenapa-napa. Setidaknya dia bisa bahagia saat bersama ku. Apa aku bawa saja Qila untuk tinggal bersamaku? Aku tidak tega jika melihat dia menangis seperti saat bermimpi tadi,” batin Erzan.
“Tapi, apa aku tidak terlalu cepat untuk mengatakan itu? Aku takut Qila mungkin akan salah paham,” pikir Erzan.
Saat itu, Erzan terdiam membatu. Sebuah kecupan manis mendarat di pipi Erzan bersamaan dengan Erzan menghentikan mobilnya.
“Aku masuk dulu,” ucap Qila. Dia tidak mampu menatap mata Erzan dan langsung pergi.
Erzan masih membatu, dia termangu cukup lama bahkan sampai Qila menghidupkan lampu kamarnya dan melihat Erzan dari jendela.
Dia hanya terdiam kemudian beberapa beberapa detik setelahnya dia seperti meleleh. Tubuhnya yang semula kaku kini lunglai seperti tidak bertenaga. Dia juga menutup wajahnya karena malu. Erzan sangat senang hingga ia bersenandung di sepanjang jalan pulang.
Sementara itu, Qila dikejutkan oleh sesuatu saat sampai di apartemen studionya. Satu buket besar bunga mawar merah menunggunya di depan rumah beserta bingkisan yang entah isinya apa.
Qila heran, karena di bunga itu tidak ada nama pengirimnya. Tidak mungkin dari Erzan karena Erzan tidak pernah memberikannya mawar merah.
Ia pun bersusah payah untuk membawa bunga itu masuk. Saat membuka paper bag dan di dalamnya ada sebuah boneka kecil yang membawa sebuah tas. Qila memperhatikan dan sepertinya di dalam tas kecil itu ada sesuatu.
Qila membukanya dan ia dikejutkan dengan isinya. Sebuah liontin yang harganya tidak murah ada di sana beserta kartu ucapan kecil.
“Qila, akhirnya aku menepati janji.” Isi tulisan di kartu itu.
“Janji? Siapa? Erzan? Tapi, aku dan Erzan tidak pernah punya janji yang berkaitan dengan kalung,” ucap Qila, dia bertanya-tanya dan kebingungan.
Di saat yang bersamaan, Qila menerima sebuah notifikasi pesan di ponselnya. Nomor pengirim pesan tersebut masih membekas di ingatan Qila. Nomor yang pernah Qila hubungi seharian dengan rasa putus asa.
“Apa kamu suka hadiah dari aku?” Isi pesan itu.
Tanpa sadar, Qila melempar ponselnya. Seluruh tubuhnya gemetar menahan marah.
Bersambung...

Book Comment (163)

  • avatar
    AriantiNi Kadek ica

    bagus

    8d

      0
  • avatar
    YuliandaFitra

    crtnya bgus

    14d

      0
  • avatar
    DestriantoRegi

    👍😎bagus

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters