logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Be My Lady

Be My Lady

mamaezaaa


Chapter 1 Ancaman Bapak

Gendis .
"Anak gadis jangan suka melamun, makin jauh nanti jodohnya." seru Mbak Menik mengejutkan ku, padahal aku sedang tidak memikirkan apapun hanya saja setelah selesai menyiapkan piring yang akan kami gunakan untuk sarapan sekeluarga aku memilih duduk di kursi dan memilih berdiam diri sehingga tampak seperti orang yang sedang melamun .
"He.." kujawab dengan seringai kecil di bibirku.
"Piye Ndis sudah ketemu belum Arjuna mu ?" seloroh Ibu tiba-tiba dari arah pintu ruang makan menuju dapur sambil membawa belanjaan yang dibelinya dari Mas Tono, penjual sayur keliling yang biasa berhenti di depan rumah "ayo ndang dibawa kesini dikenalkan sama kami sebelum Bapakmu nekat jodohin kamu sama anaknya Pak Tarjo loh." lanjutnya.
"Hmmmm masalah itu dan itu lagi "pikirku, apa mereka semua tidak bosan menyuruhku menikah?, sedangkan aku sendiri tidak tahu harus menikah dengan siapa, bahkan sebenarnya meskipun belum menikah aku tetap bahagia dengan diriku, tidak ada alasan buatku untuk tidak bahagia hanya karena belum menikah, apa sebegitu mengenaskan diriku sehingga jodoh saja perlu dicarikan , selama ini meskipun aku berasal dari keluarga yang berkecukupan dan dilimpahi materi yang lebih dari cukup oleh keluargaku, namun aku juga bisa meraih semuanya dengan usaha kerasku sendiri, aku bisa berada di posisi yang cukup penting di perusahaan penyedia jasa pengiriman luar negeri dengan menggunakan kapal laut, tanpa bantuan siapapun, meskipun menjadi manager keuangan di salah satu perusahaan PMA besar di negeri ini bukanlah perkara mudah, buatku tak ada alasan untuk mengasihani diri sendiri hanya karena di ujung usia dua puluhan belum menemukan jodoh terbaik buatku.
"Gapapa lah dek dijodohkan, siapa tahu cocok, jangan lupa mbak Menik dan mas Bayu juga dijodohkan bapak, Alhamdulillah sampai sekarang kami masih langgeng sampai mau punya buntut tiga niy." sahut mbak Menik yang kurasa seperti sebuah kipas yang memperbesar bara panas yang sedang kurasakan karena perbincangan ini.
"Ya kali mbak Menik ho'oh aja di dijodohin sama mas Bayu, secara mbak Menik sudah lama ngincar mas Bayu dari SMP pas mas Bayu dan keluarganya baru jadi tetangga kita. " balasku dengan sedikit nada ketus akhirnya setelah dari tadi berdiam diri dan semakin merasa tersudut mendengar celoteh ibu dan mbak Menik .
"Hahahahaha." dibalas tawa panjang mbak Menik.
"Nah terus kamu mau tunggu apa lagi toh ndis, umur kamu dua bulan lagi sudah tiga puluh tahun, kerjaan juga udah enak bahkan sudah punya jabatan yang bagus di kantor, pokoknya kalo sampai ulang tahun kamu ke tiga puluh belum juga bawa calon suami yang kamu kenalkan sama kami, mau tidak mau bapak akan jodohkan kamu sama anaknya pak Tarjo si Yanto yang dari dulu udah ngejar-ngejar kamu tapi ga pernah kamu tanggapi." suara bapak kencang dari ruang makan, ternyata dari tadi ada bapak ikut mendengarkan obrolan kami.
"Nggih pak." jawabku singkat,karena tidak mau semakin panjang kalau membalas ucapan bapak barusan.meskipun ingin rasanya kubalas seperti yang lalu-lalu , namun percuma sebab bapak tidak akan mau mengerti yang ada malah ujungnya aku semakin sakit hati dengan kalimat-kalimat berikutnya, padahal sebenarnya aku tahu bapak bukan type orang yang suka memaksa anak-anak nya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya, dan bapak juga orang yang sangat mencintai keluarga, tapi entah mengapa masalah jodoh sepertinya membuat bapak seperti bukan orang yang kukenal selama ini, buatku kali ini bapak jadi menyebalkan, aku mengerti sebenarnya apa alasan bapak sampai bertingkah begitu menyebalkan , beliau tak ingin melihat aku selalu menjadi bahan ghibahan saudara dan teman-teman nya setiap kali mengetahui anak gadisnya belum menikah , pun begitu bapak selalu merasa kasihan jika harus melihat ku yang selalu kebingungan saat menjawab pertanyaan yang sama setiap berkumpul dengan keluarga besar, meskipun sudah kuyakinkan padanya bahwa aku baik-baik saja namun tetap saja beliau tak rela jika aku menjadi bahan perbincangan mereka. Bulu kudukku bergidik membayangkan jika saja apa yang diucapkan bapak menjadi kenyataan, selama ini Yanto anaknya pak Tarjo itu selalu mengejar -ngejar ku sejak dulu dan selalu ku abaikan, bagaimana bisa aku menerima laki-laki kurus tinggi dengan gigi emas yang selalu ditunjukkan setiap tersenyum dan selalu merasa keren dengan celana model cutbray yang selalu tabrak warna dengan atasan kemeja motif bunga yang dipakainya,setiap hari aku selalu kucing-kucingan dengannya yang selalu standby di depan gang masuk rumahku setiap aku mau berangkat kerja,
"Hiiii sereeemmm." gidikku seraya menggoyangkan pundak dan kepalaku, tak terbayang kan setiap hari kulit ku harus bersentuhan dengan kulitnya, melihat wajahnya pertama kali setiap mulai membuka hari, dan diakhiri dengan wajahnya pula sebelum menutup hariku, membayangkan saja tak rasanya tak sanggup.
"Yasudah Gendis mau mandi dulu ya buk mbak , udah jam setengah 7 , daripada telat masuk kantor." seloroh ku meninggalkan ibu dan mbak Menik di dapur sambil mencomot sepotong tempe yang sudah digoreng mbak Menik.
Selepas mandi aku langsung bersiap-siap untuk pergi ke kantor, segera ku ganti pakaian dengan pakaian kantor celana model lurus warna abu-abu dan atasan pendek putih kututup dengan blazer wanita berwarna senada dengan celana yang kupakai, ku oleskan sunblock tanpa warna lalu menepuk-nepuk bedak tabur Mars*k warna pink serta lipstik peach tipis-tipis ke bibirku, rambut kusisir dan kuikat ekor kuda, yah inilah style ku saat pergi ke kantor,tak pernah menggunakan make up berlebihan.
Keluar kamar kuhampiri bapak, ibu, mbak Menik dan keluarga kecilnya sudah ada di meja makan bersiap untuk sarapan, lalu kuambil tempat di kursi kosong sebelah ibu , kuambil piring dan mulai menyendok nasi dan lauk pauk yang dimasak ibu dan mbak Menik tadi , segera kusuapkan ke mulutku setelah membaca doa .
"Masak anak bapak yang cantik gini belum punya calon suami." ucap bapak memulai obrolan yang lagi-lagi tentang diriku, sementara aku cuek meneruskan suapanku , pembicaraan seperti ini sudah sangat terbiasa mampir ke telinga ku, jadi aku sudah tidak kaget mendengarnya , dulu mungkin aku akan merasa nelangsa mendengar topik ini, dan berpikir apakah belum menikah adalah dosa besar yang harus segera dihilangkan sehingga terus menerus harus mendengar ceramah tentang ini, apakah aku harus bertaubat atas dosa belum menikah, bukannya aku tak ingin menikah tapi kenyataannya memang belum menemukan orang yang tepat, bukan aku tak mencoba untuk serius dengan laki-laki, beberapa kali aku mencoba menjalin hubungan dengan lawan jenis tapi semuanya kandas di tengah jalan, beberapa diantaranya mundur begitu tahu bahwa aku seorang manager accounting di sebuah perusahaan PMA di bidang ekspedisi dengan kapal laut keluar negeri. Tapi kini aku sudah terbiasa mendengar ocehan-ocehan semacam ini, bagaimana tidak terbiasa, aku sudah mendengar ini sejak usiaku memasuki 25 tahun dan kini usia ku hampir 30 tahun,artinya kurang lebih 5 tahun aku mendengarnya obrolan seputar jodoh yang kudengar hampir setiap hari.
Seusai makan aku berpamitan pada bapak ibu untuk berangkat kerja, kucium tangan mereka dan tak lupa berpamitan kepada mbak Menik dan suaminya dan si kembar Alea dan Nikita.
"Dadah sayang, onty berangkat kerja dulu ya." sambil ku cium pipi keduanya bergantian.
"Dadah onty hati-hati ya, semangat kerjanya ya." balas dua gadis kecil berusia 5 tahun itu yang juga bersiap-siap pergi ke sekolah.
"Dah semua pergi dulu assalamu'alaikum." ucapku dengan menutup pintu pagar,dan kudengar samar jawaban salamku dari semua yang ada di meja makan.
"Waalaikumsalam....hati2" balas seisi ruangan.

Book Comment (72)

  • avatar
    ZakiaMiftahul

    aku lebih suka membaca navel ini

    3d

      0
  • avatar
    Aleeya

    👍🏻👍🏻

    11d

      0
  • avatar
    FadillahRehan

    bagus

    17/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters