logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Bohong

"Masih jauh tempat kosnya?" tanya Raja saat mereka sudah melewati perbatasan.
"Nanti aku kasih tau kalau sudah dekat, A," jawab Cahaya melihat ke arah Raja yang menoleh sekilas, Raja mengangguk.
"A!"
"Ya?" Raja melihat sebentar, lalu fokus lagi ke depan.
"Boleh nanya?"
"Apa?"
"Kenapa Aa belum nikah?"
"Nunggu kamu!" jawab Raja enteng tanpa menoleh, sedang Cahaya jadi sedikit kesal mendengar jawabannya, yang menurut Cahaya hanya bercanda.
"Yang serius jawabnya, A!"
"Aku serius banget, Sayang!"
"Tau, ah!"
"Emangnya, aku kelihatan lagi bercanda?"
"Nggak tau!" Raja terkekeh mendengar Cahaya, yang terus menjawab dengan ketus.
"Jangan marah, jelek! Aku belum nemuin yang bisa membuka hati aku sejak perpisahan kita dulu, Ya."
Cahaya menatap Raja yang tetap fokus mengendarai mobil. Lelaki itu siap melanjutkan kata-katanya.
"Berkali-kali aku mencoba memberi kesempatan, pada wanita yang ingin menjadi pacar, bahkan Ibuku pernah mengenalkan pada beberapa gadis anak temannya, tapi aku selalu menolak karena tak bisa melupakan kamu. Jadi sekarang, aku tak ingin melepas kesempatan yang ada. Kita harus nikah!"
Hati Cahaya semakin bahagia mendengar pengakuan Raja, tapi kata yang keluar dari bibirnya mengatakan hal berbeda. "Dih, maksa!"
"Emangnya kamu nggak mau?"
Raja menoleh, menatap Cahaya yang memalingkan wajah melihat keluar jendela.
"Beri aku waktu ya, A!"
"Baiklah." Raja kembali mendesah pasrah. Dia harus memikirkan cara yang lebih tepat untuk mendapatkan hati Cahaya seutuhnya, mengganti sosok Kim yang katanya sudah Cahaya lupakan, namun kenyataannya masih bertahta di hati Cahaya.
"Belok ke kiri, A!" seru Cahaya saat komplek tempat kosnya sudah dekat.
Raja mengangguk, mengikuti perintah Cahaya memasuki jalan kecil.
Mobil yang dikendarai Raja mulai memasuki komplek tempat kos Cahaya. Komplek yang sengaja diperuntukkan buat karyawan. Dulu sebelum Alya menikah, mereka kos bareng. Tapi sekarang memilih tinggal di rumah Andri di daerah Sukatani, yang masih terjangkau oleh bis jemputan.
"Berhenti di depan, A," seru Cahaya, yang dituruti Raja dengan menepikan mobilnya di depan tempat kos Cahaya.
"Di sini?" Raja menatap sekitar tempat kos Cahaya, sebuah komplek kos yang cukup aman menurut Raja, karena terdapat pintu pagar sebelum masuk ke bangunan utama.
"Iya, Aa nggak usah turun, aku sendiri saja!" ucap Cahaya saat Raja akan membuka pintu, membuat lelaki itu menghentikan gerakannya.
"Yakin?"
"Iya."
"Baiklah kalau begitu, aku langsung pulang. Udah magrib juga."
Cahaya mengangguk. "Iya, A. Makasih, ya?!"
"Sampai jumpa besok, Sayang!" Raja meraih jemari Cahaya lembut sebelum membuka pintu, senyum manisnya terukir di bibir. "Jangan lama kasih jawaban, ya?! Aku nggak mau nunggu lama lagi." Raja menatap penuh harapan, Cahaya mengangguk.
"Iya, A. Aku pamit, ya?"
"Iya, Sayang. I love you!" lagi, Raja mengungkapkan perasaan cintanya.
"I love you too!" keduanya tersenyum, lalu dengan berat hati, Raja melepaskan genggaman tangannya pada jemari Cahaya.
Cahaya segera membuka pintu, berdiri di tepi jalan sambil melambaikan tangan pada Raja, sebelum perlahan mobil Raja menjauh.
*****
Suara ketukan pintu, membuat Cahaya yang sedang merebahkan badannya beranjak bangun. Kejadian hari ini membuat Cahaya mengenang semua hal yang sudah lama dia coba lupakan. Pertemuannya kembali dengan Raja sungguh di luar dugaan, pernyataan lelaki yang pernah dia tolak cintanya dulu, kembali memintanya kembali bersama. Dan sekarang, mereka menjadi kekasih kembali. Sungguh cerita cinta yang menurutnya tidak tertebak sama sekali.
Sebegitu besarkah cinta Raja untuknya?
Hingga walau telah Cahaya sakiti pun Raja masih saja mengharapkannya?
Bahkan, Raja belum menikah hanya karena tidak bisa melupakannya. Bolehkah dia berbangga hati?
"Aya!" suara seseorang memanggilnya, disertai suara ketukan yang semakin kencang.
"Siapa? Tunggu sebentar!"
Bergegas Cahaya memburu pintu, sebelum orang yang mengetuknya semakin berteriak kencang.
Siapa sih? Tapi, dari suaranya seperti suara Alya.
"Lama amat sih, Neng, buka pintunya?! Jangan bilang kamu lagi nge khayalin a Raja?"
Cengiran dan suara Alya langsung tampak setelah pintu terbuka, mengabaikan wajah Cahaya yang dongkol karena ulahnya, mengetuk pintu dengan kencang tadi.
"Apaan sih kamu, Al? Bukannya salam. Udah gitu bikin rusuh ngetuk pintu kenceng banget, kalau rusak bisa-bisa aku disuruh benerin sama ibu kost nanti," sungut Cahaya lalu membalikkan badan membiarkan Alya masuk.
"Hehe... iya maaf. Abis kamu lama buka pintunya. Ke luar, yuk?! Anter belanja bulanan." Alya melangkah masuk lalu duduk di karpet depan TV kost Cahaya.
"Kamu sendiri? Andri kemana?" tanya Cahaya sambil mendudukkan bokongnya tak jauh dari Alya, matanya menatap Alya yang langsung mengambil toples berisi kacang yang tersedia di dekat meja TV.
"Sama Andri, dia nganterin tadi. Tapi, mau ketempat Adrian dulu. Ayo, antar aku ke belanja. Nanti Andri jemput di sana."
"Aku lagi malas, Al."
"Ayolah... eh, tadi sama a Raja kemana? Gimana udah balikan? Dia beneran belum nikahkan?"
"Nggak kemana-mana, kata dia sih, belum."
"Terus?" Alya semakin penasaran dengan cerita Cahaya, yang menurutnya setengah-setengah.
"Apanya, Al? Ya, begitu..."
"Ish… kamu! Cerita yang bener kenapa?!" Alya melempar kacang ke arah Cahaya kesal.
Cahaya mengelak sambil tersenyum, puas bisa membuat sahabatnya itu penasaran dengan ceritanya.
"Kami... sudah balikan, Al." jawab Cahaya malu-malu.
"Aaa! Selamat ya, Ya?! Aku seneng banget dengarnya. Terus gimana?" pekik Alya girang dengan wajah terlihat antusias mendengarkan cerita Cahaya.
"Apanya yang gimana? Ya udah gitu aja."
"Maksud aku, kapan kalian nikah? Kan udah balikan."
"Tidak semudah itu, Alya. Aku harus memikirkan langkah kami selanjutnya. Pernikahankan bukan hanya sekedar saling cinta aja."
"Tumben kamu mau ngakuin, kalau kamu juga cinta sama dia? Biasanya nyangkal terus?!" Alya mengejek Cahaya yang mengedikkan bahu acuh.
"Serah deh."
"Lagian perlu waktu buat apalagi sih, Ya? Tiga tahun emang belum cukup, buat ngebuktiin kalau Raja beneran cinta sama kamu? Sampai-sampai dia belum nikah. Jangan bilang kamu masih belum bisa lupain Kim?" Alya menatap tajam Cahaya.
"Kenapa sih, hari ini banyak sekali nama itu disebut? Tadi Raja, sekarang kamu. Kamu nggak tau Al, bagaimana aku berusaha melupakan dia. Tapi dengan mudahnya kamu dan Raja menyebut nama itu." Cahaya menundukkan wajahnya. Hatinya kembali berdenyut sakit setiap nama itu disebut.
Mengingat Kim Young Jin, lelaki keturunan Korea-Indonesia yang dikenalnya saat dia magang selama setahun di Korea, atasannya di tempat ia kerja. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta, namun harus menyembunyikan rasa itu karena Alya juga ternyata mencintai lelaki itu, hingga datang Raja yang langsung menyatakan cinta di hari pertama mereka jumpa. Namun akhirnya Cahaya mengkhianati Raja, saat mengetahui kalau Kim juga mencintainya. Mengabaikan Raja yang tulus mencintai, lebih memilih Kim yang lebih dulu mengisi hati. Padahal keduanya adalah sahabat baik, sebelum kisah mereka membuat persahabatan itu rusak.
Hubungan persahabatan Kim dan Raja pun menjadi renggang setelah kejadian itu. Raja yang datang ke Korea sebagai utusan dari perusahaan cabang di Indonesia, akhirnya dengan lapang dada melepaskan Cahaya untuk sahabatnya sendiri.
Cinta Cahaya dan Kim yang awalnya mendapat restu, entah apa sebabnya tak berakhir indah, menjelang kepulangan Cahaya ke Indonesia, Kim menghilang tanpa ada keputusan akan hubungan mereka. Setelah, menjanjikan akan datang ke Indonesia untuk meresmikan hubungan mereka. Namun hingga tiga tahun berlalu, Kim tak pernah datang untuk membuktikan semua janji dan cintanya, cinta mereka berakhir tanpa kata bahagia.
Melihat Cahaya yang tiba-tiba berubah sedih, Alya merasa bersalah. Dia mendekat dan memeluk Cahaya, dia yang tahu dengan pasti perjalanan cinta Cahaya, Kim, dan Raja. Bahkan dirinya pernah berada di antara ketiga orang tersebut. Alya juga sempat menaruh hati pada Kim, bahkan dia sempat menjadi penyebab sakit yang dialami Cahaya parah, karena didera rasa cemburu.
Bagaimana Kim yang waktu itu sangat marah pada Alya, saat mendapati Cahaya pingsan di dalam kamar apartemennya yang tidak terkunci padahal dalam keadaan sakit, badannya panas. Kini kisah Cahaya-Kim berakhir duka.
"Ya... maaf ya. Aku nggak ada maksud buat ngingetin kamu sama si oppa brengsek itu. Cuman aku pengen kamu bahagia. Apalagi aku tau a Raja sangat cinta sama kamu, cobalah membuka hati kamu. Terimalah a Raja dengan tulus, aku tau kamu juga mencintai Raja sedalam dia mengharapkanmu, tapi kamu terlalu gengsi untuk mengakui. Sekarang waktunya kamu bahagia, Ya!"
Cahaya membalas pelukan Alya erat, sebagian hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Alya, dia juga mempunyai rasa cinta yang besar untuk Raja, tapi tertutupi oleh rasa malu karena sikap egoisnya dulu.
"Iya, Al, kamu benar. Aku akan coba membuka hati, dan melupakan semua tentang masa lalu. Apalagi... dia masih begitu mengharapkan dan mencintaiku. Bahkan alasan dia sampai saat ini belum menikah, juga karena belum bisa melupakan aku katanya."
Alya melepaskan pelukannya.
"Ciee... segitunya!"
Blush... pipi Cahaya merona mendengar Alya menggodanya.
"Ish, apaan sih kamu?!"
"Udah ah, pokoknya anterin aku sekarang, mungpung masih jam tujuh biar ngga kemalaman pulangnya. Takutnya Andri udah duluan. Ayo!"
"Aku males, Al"
"Nggak mau tahu, udah cepetan ganti baju sana!" Alya mendorong badan Cahaya. Dengan malas Cahaya bangun dari duduknya, dan melangkah ke kamar untuk mengganti baju.
****
"Kamu lama amat sih, Yang?" Andri yang menunggu Alya di depan pintu masuk swalayan, langsung menyambut kedatangan Alya dan Cahaya. Tangannya memeluk pundak istrinya dengan lembut memberi perlindungan.
"Maaf, Yang. Ini nih, bujukin Neng Geulis, susah banget!" jawab Alya sambil menunjuk Cahaya yang melangkah di sisinya, tangannya memeluk pinggang Andri dengan manja.
"Mulai deh... nyesel aku ikut kalau cuma buat lihatin kemesraan kalian. Hargain dikit napa yang jomblo? Hayati juga pengen kan dipeluk!" Cahaya merajuk sambil berjalan mendahului mereka.
"Dih, ngaku jomblo! Udah taken juga sekarang!" seru Alya, yang dibalas kibasan tangan Cahaya di udara.
"Taken? Sama siapa? Kok, nggak bilang-bilang?" tanya Andri penasaran dengan perkataan Alya.
"Iya, udah taken. Sama a Raja, mereka balikan tadi."
"Wah, syukur deh. Emang kayaknya mereka berjodoh sih, Yang." Andri ikut senang dengan kabar yang disampaikan oleh Alya.
"Aamiin, mudah-mudahan. Ayo masuk, tuh Cahaya udah nyelonong aja, tadi pas diajak males-malesan. Sekarang?" tunjuk Alya pada Cahaya yang sudah membawa keranjang belanja. Andri tertawa, lalu mengikuti Alya menyusul Cahaya masuk ke dalam swalayan.
"Makanya buruan nikah sama pak Raja, biar ada yang meluk!" kata Andri tepat di belakang Cahaya, lalu berjalan ke arah tempat troli, mengabaikan Cahaya yang menatap istrinya dengan tajam.
"Kamu bilang, Al?"
Alya melangkah tanpa perduli dengan Cahaya yang kesal, karena dia sudah menceritakan hubungannya dengan Raja pada Andri.
"Dasar ember!" Cahaya menggerutu menyusul calon orang tua itu, mereka berjalan beriringan dan mulai berbelanja.
Alya memilih ke tempat penjualan sayur bersama Andri, sedang Cahaya mencari susu. Saat melewati rak penjualan susu ibu hamil, Cahaya melihat seseorang yang dirasa dia kenal tengah memilih salah satu merk susu.
'A Raja? Sedang apa dia di sana?'
Tiba-tiba, dari arah depan muncul seorang anak perempuan kira-kira berumur lima tahunan, dengan rambut dikuncir dua berlari ke arah Seseorang yang diyakini Cahaya sebagai Raja.
"Papa!" panggil anak itu kepada objek yang sedang menjadi tatapan Cahaya.
Lelaki itu menoleh, dan segera membungkukkan badan tingginya di depan anak tersebut.
"Iya sayang?" dari jarak yang cukup jauh itu Cahaya dapat mengenali suara itu, suara seseorang yang tadi sore menyatakan cinta padanya, seseorang yang sudah menjadi kekasihnya.
A Raja?
Papa?
Bukankah dia belum menikah'
Tapi ini?
Kenapa Raja bohong?

Book Comment (153)

  • avatar
    atiqah iqa

    besttt

    6d

      0
  • avatar
    Lina devanaReva

    support qu sht dn sukses selalu berkarya nya kk!!!

    8d

      0
  • avatar
    SubaktiAgus

    bagus banget

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters