logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Menyapanya

"Duluan, Pak! Ya!" Adrian yang sudah menyelesaikan makannya berdiri, mengangkat sebelah kakinya agar bisa keluar kursi, mengabaikan dua orang yang duduk mengapitnya.
Raja melihat Adrian yang sudah berdiri, dan akan beranjak pergi. Kata-kata pamit yang Adrian sampaikan pada gadis yang tadi sudah dia kira Cahaya, semakin membuatnya dipenuhi rasa tidak percaya.
"Ngobrol dulu, Yan!" Raja mencoba menahan niat Adrian.
"Pindah tempat duduk kalau begitu, biar Bapak sama Cahaya bisa ngobrol dengan tenang," kata Adrian penuh pengertian, mengingat bagaimana kisah pelik cinta mereka dulu, Adrian yakin ada banyak hal yang pasti ingin Raja dan Cahaya bicarakan.
Menatap dalam tanpa peduli sekitar, Raja memindai penampilan Cahaya sekarang. Walau tidak bisa dengan jelas melihat wajah cantik Cahaya, Raja yakin, Cahaya tetap memukau seperti pertama dia melihatnya.
"Disapa dong, A! Jangan diliatin saja, emang nggak kangen?" celetuk Alya santai, menyuapkan suapan terakhir makan siangnya.
Raja menoleh sekilas pada Alya, hatinya bersorak gembira bisa bertemu dengan Cahaya kembali, walau sambutan gadis itu tak sehangat yang dia sangka. Cahaya seakan enggan menatapnya, dan lebih memilih duduk terdiam menundukkan kepala.
"Ya! Angkat kepala napa? Itu A Raja sampe nggak kenal kamunya nunduk terus!" Alya melemparkan kata pada Cahaya, membuat Raja kembali menatapnya dalam penuh rasa penasaran.
"Aya.. Cahaya? Ini kamu, Sa-yang?" terbata Raja mengucapkan kata terakhirnya, pelan tapi jelas di telinga Cahaya. Panggilan sayang yang selalu dia gunakan pada Cahaya, badannya mengarah pada Cahaya yang masih setia dengan diamnya.
Ada kehangatan yang dirasakan Cahaya saat Raja memanggilnya SAYANG. Tapi, denyut sakit pun mengiringi kehangatan itu. Masih pantaskah panggilan itu Raja sematkan padanya?
Perlahan Cahaya mengangkat kepalanya, dan menampakkan wajahnya yang sudah sembab oleh air mata. Ya, Cahaya menangis untuk alasan yang tidak diketahuinya. Bahagia? Atau justru memang sedih bisa bertemu lagi dengan Raja?
Beruntung suasana kantin mulai sepi ditinggalkan oleh karyawan, yang sudah selesai makan siangnya.
"Apakabar, A?" tanya Cahaya sambil mengusap pipinya yang basah. Raja terkejut melihat Cahaya menangis, dia bahagia bisa melihat gadis yang selalu dia rindukan.
Gadis yang pernah membuatnya tergila-gila, bahkan sampai detik ini. Terakhir kali bertemu, Gadis itu kembali menolaknya. Menolak cinta yang ditawarkan tulus padanya. Raja pikir setelah pertemuan itu Cahaya akan bahagia dengan pilihannya, bahagia dengan Kim, lelaki yang sudah merebutnya dari sisi Raja.
Lalu apa mereka sudah menikah? Tapi... di mana, Kim? Kenapa Cahaya tidak tinggal di Korea? Apa Kim yang tinggal di Indonesia? Lalu apa mereka sudah menikah?
Berbagai pertanyaan berputar di kepala Raja.
"Kabar baik, Ya. Kamu kenapa nangis? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Raja, sambil menoleh ke arah Alya dan yang lain, seolah meminta jawaban dari teman Cahaya. Alya dan yang lainnya hanya mengangguk.
"Loh, Pak Raja nggak makan? Saya sudah habis malah." pak Iman yang sudah selesai dengan makan siangnya, mengajukan pertanyaan saat melihat Raja malah terus berbicara dengan Cahaya, tanpa menghiraukan makanan di depannya.
"Oh, iya, Pak. Sebentar," jawab Raja melihat sebentar ke arah pak Iman.
"Saya duluan ngga pa-pa, Pak? Ada perlu," ucap Pak Iman lagi.
"Iya silahkan, Pak. Saya mau ngobrol dulu sama Cahaya," jawab Raja sambil tersenyum.
"Baiklah, semuanya saya duluan ya?!" pamit pak Iman lalu bangun dan berlalu.
"Kami duluan juga ya, A. Kalian ngobrol aja dulu. Ayo, Sayang. Yan, kamu ikut kan?" tanya Alya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Adrian.
"Oh, iya. Kita ngobrolnya nanti aja ya, Pak?" ujar Andrian yang langsung bangun, diikuti Andri yang kemudian membantu Alya berdiri.
Mereka langsung pergi meninggalkan Cahaya dan Raja yang masih canggung.
Raja menatap Cahaya yang kini sudah terlihat lebih santai. Sesekali tangan Cahaya mengaduk nasi yang ada di depannya. Selera makannya hilang entah kemana. Perutnya kenyang oleh kejutan yang didapatnya hari ini.
Begitu pun Raja. Bertemu kembali dengan Cahaya, membuatnya seakan menemukan semangat hidupnya yang pernah hilang.
"Emm.. Kim? Apa kabarnya, Ya? Dimana dia sekarang?" pertanyaan Raja menghempaskan perasaan Cahaya, mengingatkan dia pada sosok yang tidak ingin diingatnya kembali.
Kenapa A Raja malah menyebut nama Kim? Apa aku harus berbohong? Ya, itu lebih baik.
"Oppa, baik-baik aja, A. Dia... di Korea," jawab Cahaya yang membuat Raja berpikir, kalau Cahaya sudah menikah dengan Kim, dan mereka sedang berpisah untuk sementara waktu.
"Kamu kenapa nangis tadi?"
"Oh, aku-aku... cuma merasa malu sama Aa," jawab Cahaya sambil mengusap pipinya dari sisa air mata.
"Oh, kenapa? Aku bahagia bisa bertemu kamu lagi, Ya. Senang banget!" Cahaya tersenyum ke arah Raja, namun matanya tak berani menatap Raja.
"Aku juga senang, A. Makan dulu, A. Nanti kita ngobrol lagi." Cahaya mencoba menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
"Iya, Ya!" Raja mengikuti Cahaya yang mulai menyuap makanan, walau sudah tidak berselera lagi.
Sungguh ini bagaikan mimpi bagi Cahaya, bisa bertemu, dan melihat Raja lagi. Apalagi Raja terlihat semakin tampan, dengan bulu-bulu halus yang dibiarkan tumbuh di pipi sampai dagunya. Sedang mata itu masih seperti tiga tahun yang lalu, tatapannya masih selembut dulu. Menenangkan.
Satu yang disesalkan Cahaya, kenapa Raja harus menanyakan soal Kim? Di saat dia sudah bisa melupakan semuanya, dengan mudah nama itu disebut oleh Raja.
Lalu... Apa Raja masih sendiri?
'Kenapa aku harus bertanya? Laki-laki dengan ketampanan di atas rata-rata itu, pastilah sudah menikah. Bukankah aku yang dulu dengan sombongnya, menolak cinta yang ditawarkannya?'
Cahaya menghabiskan makan siangnya dengan malas, kalau saja tidak mengingat mubazir. Cahaya berpikir Raja benar-benar sudah melupakan masa lalu mereka, terbukti dia terlihat begitu bahagia dengan hidupnya kini. Bahkan tanpa sungkan, sesekali Raja menggodanya.
'Tapi... Bukankah Raja memang sosok yang selalu ceria?'
'Beruntung sekali wanita yang bisa memiliki Raja. Apakah Norri? Atau yang lain? Dan yang pasti... Itu bukan aku!'
'Ayolah Cahaya, cukup!'
Raja menjauhkan nampan bekas makannya, meraih botol minumnya, dan menghabiskan setengah dari isinya. Lalu menghadapkan badannya ke arah Cahaya. Menatapnya dalam.
Cahaya mencoba menenangkan debar di dada, yang entah mengapa berdebar dengan kencang. Jarak mereka yang lumayan dekat, membuat Cahaya merasa gugup. Untunglah suasana kantin sudah sepi ditinggalkan sebagian karyawan, hanya petugas catering yang mulai membereskan meja yang sudah kosong.
"Aa, kerja di sini?" Cahaya coba mencair kan suasana, dengan membuka percakapan terlebih dahulu, pertanyaan yang dia sendiri rasa tidak penting.
"Iya, Ya. Hari ini mulainya, aku pikir nggak bakalan diterima. Ini perusahaan anak cabang yang di Korea kan? Soalnya waktu itu aku nggak tau, sepulangnya dari Korea yang kedua langsung resign."
"Iya, A. Emm, kenapa Aa resign waktu itu?" tanya Cahaya ingin tau alasan Raja keluar dari perusahaan, saat karirnya sedang menanjak, dengan seringnya dia dikirim ke luar negeri.
"Aku... takut dikirim ke Korea lagi! Nanti ketemu kamu sama Kim lagi. Takut sakit hati." Raja terkekeh, menertawakan alasan dia dulu berhenti kerja.
Deg!
Kata-kata Raja menohok hati Cahaya. Sebegitu sakit hatikah Raja, hingga harus mengorbankan pekerjaannya agar tidak bertemu dengannya lagi?
Cahaya tersenyum getir, "Tapi sekarang malah ketemu lagi ya, A? Apa Aa juga akan mengundurkan diri, setelah tau aku kerja di sini, A?" tanya Cahaya, yang langsung dijawab kekehan kembali oleh Raja.
"Nggak lah, Ya. Aku bukan anak kecil. Lagiankan itu sudah lama berlalu, aku senang kamu akhirnya bisa berjodoh dengan Kim, berarti pengorbananku tidak sia-sia. Kamu bahagia kan, Ya?" Raja semakin dalam menatap Cahaya. Penampilan baru gadis yang kini mewarnai rambutnya itu, membuat Raja harus terus menyadarkan dirinya, kalau Cahaya milik orang. Istri Kim.
'Seandainya itu yang terjadi, A. Sayangnya itu tidak pernah terjadi.'
"I-iya, A. Aku... bahagia!" entah kenapa Cahaya masih berbohong. Benar kata orang, sekali berbohong maka kita akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Tapi, Cahaya tidak perduli, biarlah.
"Syukurlah," Raja tersenyum tulus, "Terus kenapa kamu tidak tinggal di Korea, Ya? Apa Kim tidak kasihan kalian harus LDR-an? Nggak kangen gitu?"
"Tentu saja, tapi ini yang terbaik"
"Sudah punya anak?"
Uhuk!
Cahaya tersedak saat minum, mendengar pertanyaan Raja.
"Hati-hati, Ya!" Raja menepuk punggung Cahaya pelan.
Cahaya mengusap bibirnya dengan punggung tangan, sebelum mengeluarkan sapu tangan dari saku baju seragamnya, mengatur napas yang mendadak sesak karena tersedak tadi.
Mata Raja menatap tajam pada sapu tangan yang dipakai Cahaya, dia tau betul sapu tangan itu. Itu miliknya yang dulu pernah diberikan pada Cahaya. Hatinya berdesir mengenang saat pertama pertemuan mereka, dia juga senang Cahaya masih menyimpan sapu tangan itu, meskipun sekedar untuk kenangan saja.
"Belum, A!" drama berlanjut, Cahaya sedang mempermainkan hatinya sendiri
'Bod*h kamu! Kenapa berbohong?'
'Loh, memang belum punya anak kan? Nikah aja belum, bagaimana mau punya anak?'
"Oh, maaf, Ya." Raja pikir Cahaya tersedak tadi karena tersinggung oleh ucapannya, jadi merasa perlu minta maaf, "Sabar ya? Mungkin belum saatnya punya."
"Nggak pa-pa, A. Aa sendiri, sudah nikah?" tanya Cahaya mengalihkan pembicaraan yang dari tadi seakan memojokkannya, dengan pertanyaan Raja tentang dia dan Kim.
"Belum, Ya."
Cahaya tersentak kaget, walau senang hatinya, saat mendengar pengakuan Raja.
'Pertandakah?'
"Kenapa?" Cahaya semakin ingin tahu tentang kehidupan Raja, setelah mereka berpisah begitu lama.
"Belum ketemu yang cocok saja," hati Cahaya semakin senang, ada penyesalan tadi sudah berbohong, dengan mengatakan sudah menikah dengan Kim. Tapi sudah terlanjur.
'Nyesel lagi kan?'
Cahaya melihat sekeliling kantin yang makin sepi, tinggal petugas catering yang sedang membereskan bekas jamuan. Melihat jam yang melingkar di tangan, cukup lama juga ternyata dia berbicara dengan Raja, tiga puluh menit lagi ke waktu masuk kerja.
"Em, waktu istirahat setengah jam lagi, A. Aku belum sholat juga," ucap Cahaya bangun, dan mendorong kursi yang diduduki ke belakang, Raja mengikuti tanpa menjawab.
"Boleh minta nomor ponselnya, Ya?" tanya Raja, saat mereka melangkah keluar dari kantin.
"Boleh."
Mendengar jawaban Cahaya, Raja merogoh ponselnya di saku kemeja, lalu mengulurkan pada Cahaya.
Cahaya membelalak saat melihat tampilan wallpaper ponsel Raja, dia tidak salah lihat. Wallpaper ponsel Raja seperti.. photonya? Benarkah?
Tapi, belum sempat Cahaya bertanya, Raja mengambil mengambil kembali ponselnya dengan tergesa, saat menyadari apa yang sudah Cahaya lihat di sana,
"A... itu--"
"Maaf, kamu-kamu... sebutkan saja nomornya!" Raja tampak gugup, sesuatu yang berusaha dia tutupi terbuka begitu saja. Kenapa dia bisa lupa?
"Itu .. seperti..."
"Berapa, Ya?" Raja memotong perkataan Cahaya, wajahnya terlihat merona.
'Duh, Raja... ketahuankan?'
Tak ingin bertanya kembali, apalagi melihat Raja yang tampak gusar, Cahaya menyebutkan satu persatu nomor ponselnya.
"Makasih, Say--ah... Ya, sesekali aku bolehkan menghubungi kamu?" tanya Raja setelah nomor Cahaya disimpannya.
"Tentu, A. Baiklah, aku ke departemenku dulu," di ujung kantin Cahaya langsung pamit, karena jalan menuju ke kantor, dan tempatnya kerja berbeda.
"Iya, Ya. Aku-aku senang bisa ketemu kamu lagi,"
'Walau statusmu sudah berubah, Sayang. Ternyata... Allah tidak mendengar do'aku.' Raja mengeluh dalam hati, akhir penantiannya tentang cinta Cahaya, sudah dia dapatkan jawabannya. Dia... kalah!
Raja menatap Cahaya, tinggi tubuhnya membuat Cahaya harus mendongak, agar bisa membalas tatapannya dalam jarak yang cukup dekat.
Dan di mata itu, kalau Cahaya boleh berharap, masih ada cinta untuknya.
'Benarkah?'
"Aku... juga senang, A. Ya udah, aku duluan ya?" pamit Cahaya, tak sanggup rasanya menatap mata teduh Raja terlalu lama.
"Iya," jawab Raja singkat.
Perlahan Cahaya melangkah meninggalkan Raja. Setelah dirasa cukup jauh melangkah, hati Cahaya berbisik agar dia menoleh, hanya ingin memastikan apa Raja masih memperhatikanya, atau tidak.
Jantungnya kembali berdebar, saat melihat Raja masih berdiri di sana. Memperhatikannya. Melambaikan tangan. Cahaya menganggukkan kepala, dan tersenyum. Lalu kembali memalingkan muka melanjutkan langkah, dengan wajah yang terasa panas, merasa tersanjung.
'Ah... a Raja, kamu tidak berubah.'
Cahaya terus menyusuri koridor menuju ke tempat kerjanya. Saat sampai, Alya yang sedang duduk ditemani Andri dan Adrian, langsung menggoda begitu dia mendekat.
"Ciee yang sudah ketemu mantan!"
"Kayaknya bakalan ada yang CLBK nih!"
"Baguslah, jangan jomblo terus!"
Risih juga kalau trio A ini sudah menggoda, dan Cahaya merasakan wajah semakin menghangat.
'Oh, ayolah!'
"Apaan sih kalian ini?" Cahaya mencoba menghindar.
"Lama amat Neng, makan siangnya? Kangen ya?" tanya Alya yang semakin bersemangat menggoda Cahaya, apalagi melihat wajah Cahaya yang merona.
"Ngobrolin apa aja tadi?" Andri menimpali, ternyata dia juga sama penasarannya.
"Bisa aku minta tolong pada kalian?" tanya Cahaya sambil menatap trio A bergantian.
"Apa?" tanya Alya, yang dianggukki oleh Andri dan Adrian.
"Kalian... jangan bilang, kalau aku belum nikah sama A Raja!"
"Apa?"
"Loh, kenapa, Ya?" Alya dan yang lain tampak terkejut dengan permintaan Cahaya.
Ya, Cahaya akan membiarkan sangkaan Raja, kalau dia sudah menikah dengan Kim, dan menjalani hubungan jarak jauh.
"A Raja pikir, aku sudah menikah... sama Kim Oppa, dan LDR-an."
"APA?" kali ini ketiganya kompak berteriak, membuat Cahaya memejamkan mata.
"Nggak... nggak! Itu salah. Kenapa harus bohong sih, Ya? Aku tidak setuju!" protes Alya sambil mengangkat telunjuknya, begitu juga dengan Adrian, dan Andri yang tidak menyetujui kebohongan yang Cahaya buat.
"Iya, Ya. Salah itu!" Andri menimpali perkataan Istrinya.
"Aneh aja kamu, Ya!" tambah Adrian yang semakin menyudutkan Cahaya .
"Tolonglah!" pinta Cahaya meminta pengertian sahabatnya.
"Aku tadi sudah mengiyakan perkataan Raja. Jadi biarlah dia dengan keyakinannya itu. Ya? Kalian mau kan, demi aku!" ketiganya kompak menggeleng, tanda tidak setuju dengan pemikiran Cahaya.
"Please!"
"Kalau Pak Raja sendiri, apa dia sudah menikah, Ya?" tanya Adrian ingin mengetahui apa penyebab Cahaya memilih berbohong.
"Katanya sih... Belum, Yan,"
"Nah!" Cahaya terkejut saat Alya berteriak, mengusap dada menetralkan degupan jantungnya kembali.
"Al!" geram Cahaya kesal, namun tak ditanggapi sama sekali oleh Alya.
"Berarti kalian jodoh, Ya! Buktinya sampai sekarang A Raja juga belum nikah. Apa kamu belum bisa lupain Oppa? Buat apa coba? Dia aja mungkin sudah menikah, bahagia sama Istrinya. Lah kamu? Malah bohong saat cinta lama kamu datang lagi. Jangan berbuat bodoh, Ya!"
"Alya benar, Ya. Salah kalau kamu bohong," kata Andri lagi.
"Sudahlah. Pokoknya aku minta kalian menutupi saja, kalau Raja mencoba bertanya tentang kehidupan pribadiku ya? Tapi, sepertinya dia nggak bakalan nanya lagi kok sama kalian, kan aku sudah bilang tadi." Cahaya tetap dengan pendiriannya, membiarkan Raja berpikir kalau dia sudah menikah.
"Terserah kamu, Ya. Tapi kamu jangan sampai menyesal aja kalau nanti A Raja malah menikah sama orang lain." ada rasa sakit di hati Cahaya, saat mendengar Alya mengatakan itu.
Benar, kalau sampai hal itu terjadi, apa aku tidak akan menyesal? Sementara bukti yang aku lihat tadi, setidaknya mengatakan kalau A Raja masih mencintaiku. Tidak, ini sudah benar. Aku harus tetap berbohong untuk sementara waktu.
"Aku akan bilang kalau waktunya tepat nanti, yang penting kalian tutup mulut saja ya?"
"Terserah kamu saja, Ya!" kata Alya, dia tampak kesal dengan keputusan Cahaya, yang menurutnya tidak masuk akal. Sedang Andri dan Adrian hanya bisa diam, tak ingin terlalu banyak bicara. Mereka yakin Cahaya punya alasan sendiri, kenapa melakukan itu.
Cahaya merasa beruntung punya sahabat seperti mereka. Mereka selalu ada di belakangnya, mendukungnya, menjadikannya kuat, dengan semua kejadian yang menimpa hidupnya.

Book Comment (153)

  • avatar
    atiqah iqa

    besttt

    6d

      0
  • avatar
    Lina devanaReva

    support qu sht dn sukses selalu berkarya nya kk!!!

    9d

      0
  • avatar
    SubaktiAgus

    bagus banget

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters