logo
logo-text

Download this book within the app

6

Suasana pagi hari sudah seperti medan perang di rumah Azura. Setelah bangun pagi ia sudah siap dengan peralatan perangnya. Wajan sudah berada di atas kompor dan tangan kanannya sudah memegang spatula. Sebelum anak - anaknya bangun sarapan pagi wajib tersedia di atas meja makan.

Sebelum ia masak nasi goreng mentega terlebih dahulu masak air panas untuk si kembar mandi. Sambil menunggu air nya mendidih panas, ia pun segera memasak agar perut anak - anaknya tetap kenyang saat pulang sekolah.

“Hari ini mau masak nasi goreng menteng,” ucap Azura sambil melirik resep masakan di ponsel.
“Hmm, bumbu dasarnya itu mentega 3 sendok makan, bawang putih, bawang bombay, wortel, dan telur.” Tangannya langsung mengambil semua bumbu masakan yang ada di kulkas.

Dengan semangat Azura mengiris bawang putih, bawang bombay, wortel secara bergantian. Tak lupa ia juga bersenandung kecil agar tidak terasa begitu sepi.

“Semua yang diiris - iris sudah trus bumbu apa lagi ya,” ucap Azura melihat ponselnya lagi.
“Eh, cuman itu aja yaa ternyata bumbunya. Ternyata simple sekali tinggal tumis sreng … sreng … jadi deh.” Azura mengangguk - anggukan kepalanya sendiri.

Azura menumis semua bumbu dan bahan-bahan masakan di atas wajan, hingga tercium aroma khas nasi goreng mentega yang mengunggah nikmat masakannya.

"Hmm, wanginya enak. Anak - anak pasti suka nih." Azura memuji masakan sendiri.

Bagi Azura siapa lagi yang akan memuji masakannya selain dirinya sendiri. Setelah semuanya sudah siap, ia pun bergegas membangunkan putra putri dan memandikan mereka.

Tangannya membelai lembut kepala Angelo. “Elo bangun Nak. Sebentar lagi berangkat sekolah.”

Angelo menggerakan badannya. Ia masih sangat mengantuk. “Ela duluan aja Ma,” ucapnya dengan mata masih tertutup.
“Kalau adikmu yang mandi duluan bisa - bisa kamu protes loh. Nanti bisa kelamaan kamu marah - marah lagi.”

Terdengar suara helaan napas kesal dari mulut Angelo. “Baiklah Ma, aku bangun.”

Azura tersenyum, ia sengaja membangunkan Angelo terlebih dahulu baru Angela. Putranya memang memerlukan waktu mandi yang lebih lama dibandingkan putrinya. Angelo lebih memperhatikan kebersihan dan teliti dengan anggota tubuhnya sendiri, berbeda dengan Angela. Putrinya lebih tomboy dan hanya membersihkan seperlunya saja.

“Elo, ayo Mama mandikan,” ucap Azura sambil membuka kancing kemeja tidur putranya.

Dengan mata yang masih terpejam Angelo berkata, “aku mau mandi sendiri Ma.”
“Loh kenapa ga mau dimandiin Mama? Bisanya Mama yang mandiin kamu. Ayoolah sini Mama mandiin.” Dengan tekekeh Azura meledeki putranya.
“Ga mau Ma. Biar aku sendiri aja.”
“Yaa udah mandi sendiri aja. Jangan lama - lama mandinya Elo. Ooh iya itu air panasnya sudah Mama campur di ember yaa.”
“Iya Ma.”

Angelo berjalan ke arah kamar mandi dengan mata setengah tertutup. Ia masih sangat mengantuk, tapi mau bagaimana lagi ia harus mandi agar segar saat akan ke sekolah. Sementara Angelo mandi Azura membangunkan Angela yang masih terlelap dengan mimpi indahnya.

“Bangun anak Mama yang paling cantik,” ujar Azura sambil membelai surai hitam panjang putrinya.

Tidak ada tanggapan dari Angela. Ada perbedaan dari Angelo dan Angela. Jika Angelo mandi lama, tapi kalau dibangunkan mudah. Untuk Angela membangunkannya agak sulit, tapi mandinya cepat. Si kembar walau lahir dari rahim yang sama namun sangat berbeda.

“Angela … bangun yuk Nak. Sebentar lagi mau masuk sekolah loh.” Azura mencubit pipi chubby, “kalau ga mau bangun dan mandi nanti air hangatnya dihabiskan Kakakmu loh.”

“Jangan!” tiba - tiba terdengar suara kecil yang cempreng sambil membuka matanya, “kakak ga boleh menghabiskan air hangatku.”

Azura tersenyum. “Kalau gitu ayo bangun. Apa mau hari ini mandi dengan air dingin?”

Tanpa disuruh lagi Angela langsung duduk di atas tempat tidur. “Air itu sesuatu yang paling penting, jika mandi air hangat akan membuat hari - hari ku terasa hangat. Kalau mandi air dingin akan membuat hari - hari ku jadi dingin.”

Azura tak dapat menahan tawanya. Ia pun tertawa terbahak - bahak mendengar perkataan Angela. Putrinya selalu saja bisa membuatnya tertawa dengan perkataan konyolnya.

“Kenapa Mama ketawa?” mata Angela melirik Azura.
“Abis kamu lucu banget sih.” Azura mencubit pipi gembul Angela, “memangnya ngerti apa itu hari - harimu jadi dingin.”

Angela nyengir dengan memperlihatkan gigi putih kecil yang berbaris rapi. “Tau dong, Ma, tapi dingin itu seperti kulkas terus kalau di sapa orang gitu aku nya sok ga membutuhkan,” ucap Angela dengan raut wajah serius.

“Astaga naga anak Mama memang paling cool secool kulkas.”
“Mama bukan astaga naga, tapi astaga dragon. Iiis, Mama ini kurang gaul. Kalau pakai dragon tuh berasa jadi kayak bule - bule gitu Ma.”
“Bule atau bulepotan nih.”
“Bule beneran Ma. Itu loh Ma yang kayak artis - artis luar negeri.”
“Bukan Ela sukanya artis Korea. Yang kayak BTS, EXO, Blackpink.”
“Susah Ma kalau pakai bahasa Korea. Lidahku masih anak - anak jadi deh bulepotan.”
“Sudah… sudah… ini ga akan selesai… selesai kalau bahas Kpop. Bisa 7 hari 7 malam ga kelar-kelar.”
“Nanggung Ma kalau 7 hari 7 malam dan bisa - bisa ga kelar - kelar juga. Alangkah bagusnya kalau 14 hari 14 malam.”
“Dasar cerewet.”
“Memang Ela itu cerewet Ma. Masa Mama baru tahu sih,” ucap Angelo yang baru keluar dari kamar mandi.
“Nah, itu tuh kulkas beneran datang Ma. Sudah Ma ga usah didengerin si kulkas nanti omongannya lebih pedes lagi kayak makan cabe setan.”

Angelo memelototkan matanya. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan adik kembarnya, tapi jika tidak ada Angela akan membuat hari - hari terasa sepi.

“Ela air hangatmu sudah Kakak habiskan, hahaha,” ucap Angelo meledek Angela.

Dengan cepat Angela turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Ia tidak ingin hari - harinya akan menjadi dingin.

“Mama, Kak Elo menghabiskan air panasku! Aku ga rela Mama.” Angela berteriak dari dalam kamar mandi.
“Iya tunggu sebentar,” ujar Azura sambil melirik Angelo.

Yang dilirik bukannya merasa bersalah malah dengan santai memakai pakaian sekolahnya. Angelo tahu kalau air hangat yang ada di panci sudah dibagi dua, jadi tak mungkin kalau sudah habis. Ia hanya ingin menggoda Angela.

“Kamu ini sukanya iseng aja sama adikmu,” ucap Azura sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
“Sudah biasa itu Ma kalau Ela kayak gitu.” Angelo tetap berbicara dengan santai.
“Mama! Aku ga mau hari - hari ku yang indah ini nanti jadi dingin. Mama, aku ingin air hangat.” Angela kembali berteriak.
“Iya tunggu Mama tuangkan air hangatnya.”

Sambil tertawa Azura akan kembali ke dapur. Namun, sebelumnya ia berkata, “Elo jangan kayak gitu sama adikmu sendiri, nanti nangis loh tuh kembaranmu."
"Rumah pasti sepi Ma kalau Ela ga nangis."
"Yaa ampun kamu ini. Sudahlah nanti setelah selesai pakai baju segera sarapan. Mama mau mandiin adikmu dulu.”
“Sudah besar kok masih minta dimandiin." Azura melangkah kan kakinya menuju dapur. Ia memilih untuk meninggalkan Angelo yang memang lebih mandiri dari Angela.

Terdengar suara tertawa kecil dari dalam kamar mandi yang membuat Angelo tersenyum. Walaupun ia sedih kedua orang tuanya bercerai, tapi melihat keadaan Mamanya, Azura lebih bahagia membuatnya ikut juga merasakan kebahagiaan.

Memang usianya baru 5 tahun, tapi ia sangat memahami apa yang telah terjadi dalam keluarganya. Ia tahu betapa sakit hati dan fisik Mamanya dalam menjalani rumah tangga yang tidak baik - baik saja. Sering ia ikut merasa sedih saat wajah Mamanya memerah. Ia tahu kalau Papanya melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Adiknya, Angela sering bertanya padanya tentang kenapa Papa selalu kasar pada d Mama. Terkadang ia bisa menjawab, tapi kadang ia hanya diam saja. Adiknya sering menangis saat Ben tidak memperdulikannya. Ben lebih menyayangi anak laki - laki, namun berbanding terbalik dengan anak perempuan.

“Mama, aku berjanji kalau nanti aku sudah besar, aku akan membahagiakan Mama dan Ela,” ucap Angelo dengan semangat.




Book Comment (149)

  • avatar
    JannahNurul

    saya suka sangat

    20d

      0
  • avatar
    Julia Jr.

    ceritanya suru

    24d

      0
  • avatar
    Faisal1105Aa

    ceritany bagus

    24/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters