logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Menyerap Jiwa yang Hidup

Lycan, monster itulah yang sedang menuju kemari!
Skeleton-skeleton baru saja merespon terhadap keberadaan mereka setelah jarak antara kedua belah pihak terpaut cukup dekat. Kupikir, persepsi mereka terhadap keberadaan makhluk hidup jauh lebih buruk daripada persepsi milikku.
Yah, aku merasakan hal yang baik karena mereka seperti itu...
Getaran tanah semakin terasa. Menunggu akan kedatangan sesuatu itu memang selalu terasa menegangkan ya. Apalagi, gemuruh yang kurasakan sudah pasti menggambarkan sesuatu yang sedang datang itu tidak datang satu atau dua makhluk saja, melainkan banyak.
Aku melangkah mundur untuk tak terlalu mencolok di kala skeleton yang lain bergerak ke depan bersiap menyambut tamu-tamu yang tak diundang tersebut.
Andai kata aku memiliki jantung, mungkin saat ini jantungku sedang berdegup dengan kencang yang akan membuatku semakin merasa gugup dan tegang. Tapi, aku tak merasakan semua hal itu. Sebelumnya, aku memang sempat merasakannya, namun kupikir itu hanyalah perasaanku belaka. Setelah aku lebih memfokuskan perhatianku ke arah depan, aku tak merasakannya lagi karenanya.
Dengan begitu, dari balik stalagmit di dekat mulut jalan, terlihatlah beberapa sosok yang melompat ke arah kami. Kami saat ini tak bersenjata, sedangkan mereka memiliki kuku-kuku yang tumbuh panjang dan runcing serta tangguh yang secara alami menjadi senjata yang mematikan. Sekali ayunan cakarnya, satu tengkorak berhasil menggelinding di atas tanah.
Ya, merekalah lycan. Mereka berdiri cukup tegak layaknya manusia, namun seluruh tubuh mereka diselimuti bulu yang tebal dengan warna coklat berbintik hitam. Tak lupa, kepalanya mirip hyena dan bermata merah yang menyala. Apalagi yang membuatnya terlihat gagah adalah tubuh mereka semuanya kekar, sedangkan kami yang hanyalah skeleton ini dalam berbagai aspek sungguh dirugikan.
Namun sepertinya, ada satu hal yang membuat kami diuntungkan. Stamina kami tak terbatas dan kami akan bangkit kembali sebelum inti yang menggerakkan tubuh kami atau katakan saja sesuatu yang membuat kami dapat seperti makhluk hidup ini belum hancur. Itu adalah seutas cahaya yang berada di balik ruangan yang seharusnya menjadi tempat paru-paru berada. Dan, skeleton yang tengkoraknya terlepas tadipun mengambil kembali tengkoraknya dan menempelkannya kembali ke lehernya. Alhasil, titik merah yang menjadi pengganti mata itu kembali terpancar pada kelopak matanya.
Meskipun begitu, tak sulit bagi makhluk bertubuh kekar itu menghantam dan menghancurkan tulang rusuk dan dada yang melindungi inti kehidupan skeleton yang berada di garda depan. Sebagian dari mereka telah tumbang menjadi serpihan kecil tulang-tulang yang telah hancur. Sudah pasti kekuatan lycan-lycan ini berkali-kali lipat lebih kuat dibandingkan kami.
Tapi, aku berbeda dengan yang lain.
Hanya saja, aku tak yakin dapat menghadapi mereka semua sekaligus. Kalau satu atau dua, sepertinya aku masih sanggup.
Saat aku mencari solusi untuk menghadapi mereka, pandanganku segera tertuju ke arah kedua tanganku, atau lebih tepatnya jari jemari pada tanganku yang pada ujungnya terdapat kuku-kuku yang cukup tajam dan ramping. Sebelumnya, aku berpikir untuk mengalahkan satu atau dua lycan itu menggunakan tinju tulangku yang kupikir akan cukup memakan waktu untuk benar-benar mengalahkan mereka.
Yosh! Mari kita lakukan!
Aku melihat, satu lycan telah menerobos cukup dalam yang sebentar lagi aku akan segera berhadapan dengannya. Namun, bukan berarti aku akan menunggunya selagi dia menghancurkan skeleton-skeleton yang ada di depanku.
Aku segera bergerak dengan langkah yang mantap, tidak sampai menarik perhatian satu pandangan pun dari para lycan maupun skeleton. Dengan begitu, aku dengan mudah mencapai tempat yang menjadi titik buta lycan yang satu ini. Dengan tak adanya yang menyadari pergerakanku ini, aku tak membuang waktu lagi.
Jari jemari sebelah tanganku diluruskan dengan mantap. Kuku-kuku yang tak terlalu runcing itu menghadap ke depan, siap untuk merobek apapun yang dilaluinya. Harusnya, kuku yang terlihat rapuh itu takkan sanggup untuk menembus kulit yang berbulu cukup tebal itu.
Hmph! Aura Penguat Tubuh, AKTIF!
Lycan itu tak menyadari bahwa bahaya sedang datang dari arah belakang. Kepercayaan dirinya yang terlalu tinggi menghadapi kerumunan skeleton ini membuatnya bertindak dengan gegabah dan tak benar-benar mewaspadai area titik butanya.
Pada saat dirinya baru saja menghancurkan satu lagi skeleton, bulu-bulu pada punggungnya menegang seolah melihat maut yang sedang menghampiri mereka. Itu adalah tanda bahwa bahaya sedang datang dari arah punggungnya. Namun, semuanya telah terlambat. Sebelum dia lycan tersebut dapat benar-benar menolehkan pandangannya ke belakang, tangan yang berupa tulang dan telah berlumuran oleh cairan kental berwarna merah gelap itu terlihat menembus dadanya.
Lycan tersebut sempat bertanya-tanya apa itu, namun sebenarnya dia hanyalah tak ingin menerima kenyataan bahwa dirinya baru saja dikalahkan oleh seorang skeleton belaka. Lycan tersebut terbatuk-batuk dan tubuhnya terasa lemah, sehingga tak mampu untuk tetap berdiri. Lycan tersebut ingin marah dan meluapkan kemarahannya kepada skeleton yang menyerangnya secara diam-diam, tapi dia juga sadar diri. Tubuhnya tak dapat melakukan apa yang ingin dilakukan olehnya.
Dengan kelopak matanya yang semakin terasa berat, dia pun akhirnya menutup mata untuk selamanya diikuti dengan dada yang tak henti-hentinya mencipratkan cairan kental berwarna merah selama hampir semenit sebelum akhirnya benar-benar berhenti.
Setelah melakukan hal yang luar biasa itu yang sekaligus menyeramkan, aku tak merasakan apa-apa selain pandanganku tertuju ke arah mayat lycan itu dan tanganku yang berlumuran cairan merah kental. Tak peduli apa, aku merasakan kehawatiran yang cukup untuk membuatku mundur selangkah.
Lycan memiliki postur tubuh seperti manusia, meskipun seluruh tampilan tubuhnya berupa makhluk berbulu tebal di sekujur tubuh dengan kepala mirip hyena. Aku merasa, seharusnya aku takkan bersikap setenang ini. Apakah, apakah tubuh ini mempengaruhi mentalku?
Pikiranku segera teralihkan oleh sebuah fenomena yang aneh. Di mana, mayat lycan yang barusan mendapat serangan kejutan dariku terbujur kaku di atas tanah berbatu, tubuh kekarnya mengering secara drastis. Saat itu, aku melihat uap-uap berwarna kuning cerah yang seharusnya menarik perhatian skeleton di sekitarku melayang menuju ke arahku. Lalu, uap-uap tersebut memasuki tubuhku dan terserap ke dalamnya.
Tak sampai sedetik setelah uap-uap tersebut benar-benar habis terserap oleh tubuh kerangkaku, layar bening muncul.
[Evolusi Spesies]
Tiap-tiap kata yang menyusun sebuah kalimat, lalu menjadi paragraf itu tak satupun terlewat oleh penglihatanku. Aku segera paham tentang uap-uap yang terserap masuk ke dalam tubuh kerangkaku ini sekarang. Aku meyakininya sebagai penyebab munculnya layar bening yang memberitahukan tentang evolusi spesies ini.
Itu sebenarnya adalah esensi jiwa yang membuat kedua hal, roh dengan jasad dapat bersatu. Namun, jiwa masih dapat terluka. Dan pada saat itu tiba, roh yang merupakan hal yang rapuh takkan mampu bertahan untuk tetap menyatu pada tubuh yang telah rusak.
Ghoul atau skeleton soldier?
Kedua pilihan itu berada di paling bawah dari layar yang berupa tombol pilihan. Pada masing-masing pilihan, terdapat penjelasan yang singkat terkait evolusi tersebut. Tapi, aku tak melihat adanya tahapan lanjutan dari evolusinya.
Masing-masing jalan evolusi memiliki karakteristik yang jauh berbeda, seolah aku diberikan pilihan, apakah akan menjadi pisces atau mamalia yang berada di dua alam yang tak dapat bersatu atau hal lainnya.
Dari penjelasannya, skeleton soldier ini lebih kuat dan tangguh dibandingkan ghoul, tapi aku meragukan pada tahap evolusi lanjutannya. Setidaknya, untuk ghoul ini aku memiliki harapan untuk memiliki daging layaknya manusia, seperti nantinya aku berevolusi menjadi vampire. Bukankah hal itu keren?
Aku yang terlalu fokus pada layar di depanku ini tidak menyadari bahwa bahaya sedang mendatangiku.
Seekor lycan nampaknya marah akan sesuatu. Lycan itu membabi-buta, menghancurkan tiap-tiap skeleton yang menghalanginya menggunakan cakar yang sangat tajam dan tenaga yang dahsyat, seolah-olah sedang mengejar sesuatu. Arah yang ditujunya adalah aku yang sedang berdiri mematung di depan jasad seekor lycan yang baru saja dikalahkan olehku. Segera setelah melihat siapa yang telah merenggut nyawa rekannya, lycan itu segera menerjang ke arah diriku.
Sebuah dentuman yang keras mengagetkanku. Aku baru menyadari, seekor lycan nampaknya baru saja hendak menerkam diriku yang sedang berfokus pada layar di hadapanku. Namun aku segera menyadari sebuah kejanggalan.
Lycan itu harusnya berhasil menerkamku, tapi mengapa malah terpental?
Penasaran akan sesuatu, aku mempertaruhkan hidupku hanya untuk memastikan bahwa terdapat pelindung tak kasat mata yang sangat kuat sedang melindungiku pada saat aku sedang memilih jalur evolusiku. Dengan memantapkan tekadku, aku tak bergeming saat lycan itu kembali menerjang ke arahku dengan cakar yang siap mencabik-cabik tubuh kerangkaku.
Dengan perasaan yang sangat tegang dan tak berani untuk melihat tubuhku hancur berkeping-keping, akupun mencoba menutup mata. Namun aku terlalu gugup menghadapi kematian, sehingga aku melupakan sesuatu.
A-... Bukannya aku tak memiliki mata!?
Batinku menjerit saat sosok tubuh besar dengan cakar yang berkilauan dan mata merahnya menatap tajam ke arahku ternyata telah berada sangat dekat.

Book Comment (34)

  • avatar
    BdgPersib

    bagus

    11d

      0
  • avatar
    AthayaRasya

    cerita yang sangat bagus

    25d

      0
  • avatar
    abangtopi

    ternyata asik jga ya

    03/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters