logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Anggota Keluarga Genhard

Karyn meletakkan kembali interkom ke tempatnya setelah mendapat panggilan dari Letare. Ternyata rapat ini yang di katakan Albert pagi tadi. Ada rapat dadakan bersama petinggi perusahaan dan jajaran dewan direksi. Letare menginfokan kalau Karyn harus mengikuti rapat yang akan di laksanakan jam sembilan nanti.
“Masih ada waktu sekitar satu jam lagi sebelum rapat,” gumam Karyn.
Karyn mengumpulkan semua berkas yang akan dia bawa untuk bahan rapat nanti, semua laporan dari tim design bulan ini sudah ia kumpulkan. Ini adalah rapat pertama Karyn bersama dewan jajaran dan Karyn ingin tampil sempurna di rapat tersebut.
Satu jam menunggu ternyata tidak lama karena Karyn sibuk mengumpulkan semua bahan yang akan ia bawa. Ia juga mengira-ngira hal apa yang akan ia sampaikan nanti di rapat terkait design yang sedang mereka buat.
“Kau sudah siap?” Albert datang dan langsung menghampiri meja Karyn.
“Sudah,” jawab Karyn sambil menatap Albert.
“Tidak bisakah kau masuk dengan mengetuk pintu dahulu?” tanyanya kemudian.
“Tidak, aku sudah terbiasa,” jawabnya santai sambil memamerkan deretan giginya yang putih. Albert bukan type pria yang suka merokok, ia berbeda dengan pria lain yang Karyn kenal.
“Dasar!” gerutu Karyn.
Bukannya marah, Albert justru tertawa kecil mendengarnya.
“Ayo, jangan sampai mereka datang terlebih dahulu ke ruang rapat,” ajak Albert mengingatkan.
“Sebentar.” Karyn mengambil kaca kecil yang sengaja ia simpan di dalam laci meja kerja, setelah merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya wanita itu meletakkan kaca tadi ke tempat semula.
“Siapa saja yang ikut rapat?” Mereka berjalan bersisian menuju lift.
“Sepertinya semua keluarga Genhard. Ini rapat besar yang diadakan setahun sekali.”
“Benarkah?”
“Iya, apa kau gugup?”
“Sedikit... aku tidak pernah mengikuti rapat. Kau kan tahu kalau aku sebelumnya hanya staf biasa. Di tempat kerja lama juga sebagai staf. Ini jabatan pertama ku selama aku bekerja.”
Keduanya sama-sama memasuki lift, Albert memencet tombol lift dan pintu logam tersebut langsung tertutup secara otomatis. Karyn menyandarkan tubuhnya ke sisi belakang lift, dan di ikuti Albert.
“Aku bisa membantu supaya kau tidak gugup.”
“Bagaimana caranya?” tanya Karyn tertarik.
“Berikan tangan mu?”
Karyn mengangkat tangan kanan nya, bersamaan dengan itu pintu lift terbuka. Dengan cepat Albert meraih tangan Karyn, mengenggamnya dengan erat dan membawa wanita itu keluar dari lift menuju ruang rapat.
“Albert, apaan sih?” Karyn berusaha melepaskan genggaman tangan Albert. Beberapa orang yang berada di sana sempat memperhatikan mereka berdua.
“Katanya mau menghilangkan rasa gugup?” Albert melepaskan genggaman tangannya.
“Bukan cara seperti ini yang aku mau? Ini kantor, kau akan membuat situasi kita menjadi tidak nyaman, lihat... kita sudah jadi pusat perhatian,” ucap Karyn dengan suara yang sangat pelan.
Karyn memutuskan berjalan terlebih dahulu dan membiarkan Albert mengikutinya dari belakang.
Pintu ruang rapat itu sudah terbuka lebar, satu persatu sudah ada yang masuk ke sana. Ruang rapat itu adalah ruangan tempat Karyn menjumpai Tuan Richard waktu itu. Karyn masih ingat dengan jelas bagaimana ia berdiri cukup lama menunggu si penguasa yang memberikan voucher menginap beserta fasilitas lainnya.
Semua peserta rapat sudah duduk di tempat masing-masing, Karyn juga sudah menemukan tempat duduknya. Di seberang Karyn, tepat di depan wanita itu ada kursi Albert.
Karyn menatap semua wajah peserta rapat, tidak ada yang memasang wajah tidak serius. Semuanya diam dengan masing-masing file di tangannya.
Bunyi sepatu yang berbenturan dengan lantai terdengar semakin mendekat memasuki ruang rapat. Serentak semua peserta rapat yang hadir di ruangan tersebut berdiri menyambut kedatangan keluarga sang penguasa.
Tuan Richard beserta tiga orang yang berjalan bersama dia pagi tadi masuk kedalam ruangan, serentak semua yang hadir berdiri menyambut keluarga pemilik perusahaan tersebut. Karyn baru tahu kalau pria yang berjalan di samping Tuan Richard di lobby tadi adalah ayahnya, Robert Genhard. Dan wanita paruh baya yang masih cantik itu adalah ibunya, Margaretta. Sekarang Karyn tahu darimana asal ketampanan Tuan Richard.
Raut wajah Tuan Richard sama persis dengan ayahnya, raut tegas mendominasi di wajah tersebut, rahangnya kuat, alis tebal dengan mata coklat yang tajam, dengan wajah yang jarang tersenyum tapi sangat tampan di saat tidur.
Astagaaa, Karyn sungguh tidak bisa melupakan bagaimana ia terbangun di samping pria itu. Rasanya Karyn ingin setiap pagi bangun dan mendapati wajah yang sama ada si sampingnya.
“Nona Benvi, silahkan duduk.... Nona Benvi.”
Karyn tersentak, suara Letare membuyarkan lamunannya tentang malam bersama Tuan Richard, dan ia baru menyadari jika semua yang ada di ruangan tersebut telah duduk di kursi masing-masing dengan tatapan menjurus pada dirinya. Albert yang duduk di depan Karyn memberi kode pada wanita itu untuk segera duduk.
Dengan cepat Karyn duduk di kursinya, ia sangat malu menjadi pusat perhatian semua orang dan lagi.... wanita paruh baya yang cantik tadi tersenyum kepadanya persis seperti senyum yang ia berikan di lobby pagi tadi.
Wajah Karyn memerah karena malu, tetapi ia berusaha menyembunyikan rasa malu tersebut dengan mengangkat kepalanya. Karyn tidak mau dia menjadi bahan ejekan usai rapat nanti.
*
“Ryn... sini.” Alexa melambaikan tangannya pada Karyn yang sedang berjalan terburu-buru menuju kantin. Wanita itu langsung duduk di kursi kosong samping Alexa lalu menghembuskan nafas panjangnya.
“Kenapa telat?”
“Baru selesai rapat.”
“Bersama keluarga pemiliki perusahaan?”
Karyn mengangguk, ia langsung menyeruput air jeruk dingin yang sudah di pesankan Alexa untuknya.
“Masalah apa yang di rapatkan?” tanya Alexa penasaran. Ia yang hanya sebagai staf administrasi biasa tentu ingin tahu permasalahan apa saja yang di bahas dalam rapat besar yang di adakan sekali dalam setahun itu.
“Banyak! Mulai dari kualitas dan kuantitas produk, sampai dengan peningkatan kualitas karyawan serta pemberian bonus untuk karyawan yang berprestasi.”
“Oh ya, dua bulan lagi ulang tahun perusahaan. Kita semua akan di undang untuk menghadiri acara tersebut,” tambah Karyn.
“Aku pernah dengar, acaranya pasti sangat meriah. Aku akan berdandan secantik mungkin, banyak yang mendapatkan pasangan di acara itu dan siapa tahu, jodohku akan aku temukan di sana,” ujarnya antusias.
“Boleh gabung di sini?” Albert mengambil tempat di kursi kosong yang ada samping Karyn, tanpa menunggu jawaban dua wanita itu ia langsung saja meletakkan nampan berisi makan siangnya di meja.
“Aku tidak menganggu obrolan kalian, ‘kan? Hanya di sini tersedia kursi kosong, yang lainnya sudah di isi orang lain.” Albert menunjuk ke sekeliling kantin, ia tidak berbohong mengenai hal itu.
Alexa.... jodoh mu tidak kau temukan di acara ulang tahun perusahaan tetapi di kantin perusahaan. Ia sudah duduk di depan mu sekarang!
“Silahkan, kantin memang sedang ramai sekarang,” jawab Alexa sambil tersenyum lebar.


Book Comment (116)

  • avatar
    Karina

    Lanjut lagi dong thor

    28/05/2022

      1
  • avatar
    YunitaPutri

    agus

    4h

      0
  • avatar
    ImutzKeysa

    aneh tapii bagus

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters