logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Kedatangan Bos Tampan

Pas sekali saat Karyn sampai di lobby kantor, ia melihat mobil orang nomor satu di perusahaan itu berhenti tepat di depan lobby. Karyn sampai membalikkan tubuhnya untuk melihat kedatangan Tuan Richard, belum lagi pria itu turun dari mobil jantung Karyn sudah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Sudah dua minggu ia tidak melihat pria itu di kantor semenjak kejadian voucher menginap waktu itu.
Tidak hanya Karyn yang menunggu kedatangan pria itu, tapi beberapa karyawan perempuan lainnya melakukan hal yang sama dengan Karyn. Tuan Richard sangat jarang datang ke kantor bersamaan dengan jam kedatangan karyawan, kalau tidak datang lebih cepat pasti datang lebih lambat, ia hampir tidak terlihat sehingga kedatangannya hari ini menjadi pemandangan langka yang pantang untuk di lewatkan.
Semua karyawan yang berada di lobby memberi ruang pada pria tampan yang selalu menjadi objek pembicaraan saat makan siang di kantin, tetapi Karyn tidak mau merubah posisi berdirinya. Ia mau Tuan Richard melihat dirinya sehingga pria itu ingat dan memberikan alasan kenapa tidak datang padahal Karyn telah mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk menyambut kedatangannya.
“Permisi Nona, anda menghalangi jalan Tuan Genhard.” Seorang security datang menghampiri dan meminta Karyn untuk segera beranjak dari tempatnya.
“Aku ingin berdiri di sini dan menyambut kedatangan Tuan Genhard.” Karyn menolak permintaan security tersebut.
“Tapi anda menghalangi jalan nya, jika anda ingin menyambut kedatangan nya anda bisa berdiri di sana,” tunjuk security tersebut.
“Aku ingin di sini.”
“Maaf kalau aku kasar, tetapi anda keras kepala.” Dengan sekali tarik tubuh Karyn terseok ke belakang, ia bahkan hampir terjatuh karena tidak siap dengan tarikan security yang tiba-tiba itu.
Bersamaan dengan tarikan tersebut, Tuan Richard berjalan mendekat dengan satu pria dan dua wanita di belakangnya. Mereka berjalan terburu-buru, dan sialnya... ia melewati Karyn begitu saja. Hanya wanita yang sudah berumur namun terlihat masih cantik tersenyum kepadanya, wanita itu berjalan bersisian dengan seorang wanita muda yang tak kalah cantik.
“Hei....” Alexa berdiri di samping Karyn.
“Hai....” Karyn terlonjak.
“Siapa mereka?” tanya Karyn sambil menunjuk tiga orang yang berjalan bersama Tuan Richard dan Alexa mengangkat ke dua bahunya pertanda tidak tahu.
“Nanti kita akan mengetahui saat makan siang,” ujarnya santai. Kantin memang wadah untuk tersebarnya suatu informasi dan paling banyak tentu berita tentang kehidupan bos mereka.
“Aku pikir kau tidak tertarik melihat bos tampan kita itu,” ujarnya melanjutkan.
“Heh?”
“Setiap kita membicarakannya kau tidak merespon sama sekali, aku pikir kau tidak tertarik dengannya. Tetapi melihat kau menganga melihat ia datang... aku menarik ucapan ku, kau seperti kelaparan saat melihatnya berjalan melalui lobby ini.” Alexa tertawa mengejek, ia sampai menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara yang berisik saat mentertawakan Karyn.
Karyn membesarkan bola mata tidak terima dengan ucapan Alexa, apakah benar ia separah itu? Apakah pesona Tuan Richard telah menguasainya sehingga ia bisa bertindak memalukan seperti yang di ucapkan Alexa?
“Jangan berkata seolah-olah aku terlihat memalukan,” desis Karyn.
“Aku tidak berbohong... kau memang terlihat memalukan, makanya aku mendekat supaya kau sadar kalau kau sedang jadi bahan pembicaraan. Tetapi aku senang... Tuan Richard telah membuat kau melupakan pria brengsek yang telah membatalkannya janjinya tanpa alasan yang tidak jelas.”
Karyn mendengkus, ucapan Alexa secara tidak langsung telah menyentil dirinya. Kenapa ia harus diingatkan dengan peristiwa paling menyakitkan itu?
“Aku masuk dulu, nanti kita ketemu lagi di kantin.” Alexa langsung menuju ruangannya.
Karyn dan Alexa berbeda ruangan, sewaktu menjadi staf di bagian design ruangan nya dengan Alexa bersebelahan. Sekarang Karyn sudah memiliki ruangan sendiri karena ia sudah naik jabatan.
Wanita itu meletakkan tas nya di meja, kemudian menyambar beberapa peralatan gambar sebelum ia duduk di kursi kerjanya. Karyn sangat suka menggambar, dari usia empat tahun bakat menggambarnya sudah kelihatan. Dulu ia suka menggambar model baju-baju, karena sekarang ia bekerja di perusahaan perhiasan, tidak sulit juga baginya untuk menciptakan model-model baru untuk benda penunjang kecantikan Wanita itu.
Ia menghentikan gerakan ujung pensil di kertas yang ia pegang saat segelas kopi di letakkan seseorang di sampingnya.
“Jangan lupa sarapan,” ujar orang itu pelan sembari meletakkan roti di samping kopi.
Karyn mengangkat kepala, seorang pria tersenyum kepadanya.
“Aku sudah sarapan tadi di rumah, terima kasih,” ujar Karyn dan balas tersenyum.
“Setidaknya kau hargai pemberianku dengan meminum sedikit kopi itu. Percayalah... ini kopi spesial yang aku siapkan,” ujarnya sambil melipat kedua tangannya di dada.
“Kau sangat perhatian Albert, sekali lagi terima kasih.” Karyn meraih gelas kopi itu dan menyesap isinya sedikit.
“Yah... anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih ku kepada mu.”
“Terima kasih?” Karyn mengernyit, ia merasa tidak melakukan apa-apa untuk pria itu. Ia baru mengenal Albert satu bulan ini, sejak ia menggantikan Nyonya Wynee yang mengundurkan diri.
“Design milikmu yang booming itu masih di produksi. Kami terus mendapatkan pesanan, pesanan itu seperti air mengalir dengan jumlah yang terus bertambah. Aku dengar-dengar....” Albert membungkukkan tubuhnya hingga sejajar dengan Karyn yang sedang duduk.
“Mereka tidak hanya menjualnya di Eropa, tapi sampai ke Asia,” desisnya.
“Benarkah?” Karyn meletakkan pensilnya di meja, matanya membulat sempurna mendengar informasi yang Albert sampaikan. Tentunya ia bangga dengan hasil yang telah ia capai.
Albert adalah manager bagian produksi, ia yang mengatur jalannya bagian produksi barang dan Karyn yakin, informasi yang di sampaikan pria itu sangat valid, tidak perlu di ragukan lagi kebenarannya.
“Kau seharusnya mendapatkan lebih dari sekedar promosi jabatan,” ujarnya.
“Heeh... aku sudah mendapatkannya,” ungkap karyn jujur, ia memang sudah mendapatkan bonus dengan jumlah yanag sangat besar karena hasil karyanya itu.
“Wah... kau harus mentraktirku.” Dia mengangkat tubuhnya.
“Akan ku pikirkan.” Karyn terkekeh. Meskipun dia dan Albert baru kenal, tetapi pria itu bisa dengan mudah mendekatkan diri. Karyn sendiri bukan type orang yang bisa bergaul dengan cepat dengan orang lain, tetapi jika ia sudah kenal dan merasa cocok maka Karyn juga tidak akan menutup diri.
“Aku tunggu, kau berhutang janji kepadaku,” ucap Albert sambil mengangkat pegelangan tangan kirinya.
“Sudah mau masuk jam kerja, aku akan buka meeting untuk anak-anak produksi dulu,” lanjutnya undur diri.
“Oh ya, habiskan roti dan kopi yang aku bawa. Kau butuh energi untuk meeting nanti.”
Albert langsung menutup ruang kerja Karyn sebelum wanita itu sempat bertanya lebih lanjut tentang meeting yang di sampaikannya.
Selanjutnya... Karyn menatap segelas kopi yang masih hangat serta roti yang di bawa Albert. Ia tersenyum, pria itu terbilang cukup baik dengan segala perhatiannya. Karyn meraih gelas kopi itu dan menyesapnya lebih banyak dari sebelumnya, lalu ia mengambil roti dan memakannya.
“Sesekali sarapan dua kali tidak akan bermasalah,” ujarnya sambil mengunyah potongan roti yang masuk ke mulutnya.

Book Comment (116)

  • avatar
    Karina

    Lanjut lagi dong thor

    28/05/2022

      1
  • avatar
    YunitaPutri

    agus

    7h

      0
  • avatar
    ImutzKeysa

    aneh tapii bagus

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters