logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Bukan Siapa-siapa

Karyn memandangi semua makanan yang telah ia pesan, makanan itu sangat banyak, Karyn tidak akan bisa menghabiskannya sendirian. Tadi ia teramat lapar dan dengan sabar menahan rasa lapar tersebut karena menunggu kedatangan Tuan Richard. Tetapi rasa lapar itu sama sekali tidak ia rasakan lagi, rasa itu telah menguap bersamaan dengan rasa kecewa yang menyelimuti semua relung hatinya.
Kedua mata Karyn berkaca-kaca, inikah rasanya kecewa? Inikah rasanya di bohongi? Dengan tenangnya dia memberikan hadiah kepada Karyn dan membuat Karyn melambungkan asanya akan makan malam romantis yang akan mereka lalui tetapi dengan tenang juga dia pergi ke luar kota tanpa mengucapkan apa-apa.
Atau Karyn yang terlalu perasa? Salah mengartikan hadiah yang telah di berikan Tuan Richard? Jika tahu akan seperti ini, Karyn lebih memilih menginap di apartemen Alexa dan karaokean sampai pagi daripada berada di kamar hotel dengan fasilitas presidential suite tapi ia hanya sendirian disana.
Sepi! Karyn hanya sendirian. Tidak ada gunanya lilin yang menyala di meja makan, balon yang ia gantung di pinggir jendela dan tidak ada gunanya gaun malam yang ia kenakan. Semua terasa sia-sia.
Dengan tidak bersemangat, Karyn masuk ke kamarnya meninggalkan semua makanan yang telah ia siapkan di pinggir kolam renang. Karyn butuh seseorang untuk menemaninya, dan ia akan menghubungi orang itu.
*
Alexa berlari masuk ke dalam lift. Belum terlalu malam untuknya saat mendapat pesan dari sahabatnya untuk menemuinya di hotel ini. Tadi Alexa sedang menonton televisi di kamarnya, dia yang memang tidak memiliki kekasih terpaksa menghabiskan malam minggu sendirian di apartemen. Biasanya ia di temani Karyn dan mereka bersenang-senang berdua, tetapi malam ini Alexa merelakan Karyn yang akan menghabiskan malam dengan kekasih barunya.
Tidak sulit bagi Alexa menemukan kamar paling mewah di hotel tersebut, kamar itu berada di lantai tertinggi dan hanya tersedia dua kamar. Alexa menuju kamar yang di tempati Karyn, setelah mendapati pesan dari sahabatnya itu.
“Apa yang terjadi?” tanya Alexa saat Karyn telah membukakan pintu kamar. Wanita itu langsung masuk ke kamar mengikuti Alexa yang telah berjalan duluan ke dalam.
“Dia tidak datang?” tebaknya penasaran. Karyn mengangkat ke dua bahunya dan menghempaskan tubuhnya di sofa.
Pandangan Alexa mengitari keseluruh ruangan. Seumur hidupnya, baru kali ini ia masuk ke kamar hotel yang paling bergengsi ini. Ia akan menghabiskan dua bulan gajinya hanya untuk menyewa kamar tersebut dalam satu malam. Dan Alexa tidak akan pernah melakukan nya.
“Tidak!” jawab Karyn singkat di iringi dengan helaan nafas kecewa.
Alexa masih berjalan mengitari semua ruangan yang ada, decak kagum terus keluar dari mulutnya. Karyn membiarkan Alexa melakukan apa yang dia suka, wanita itu naik ke lantai dua dan tidak lama kemudian turun sambil menggelengkan kepalanya.
“Gila, keren banget ini, Ryiiin.”
Karyn tersenyum tipis, Persis dengan yang Alexa lakukan sekarang. ini juga yang ia lakukan sewaktu masuk ke kamar ini beberapa jam yang lalu.
Kemudian ia membuka lebar pintu kaca yang membatasi kamar dengan kolam renang.
“Waaah... gila! Ini kamar hotel paling keren yang pernah aku lihat.” Wanita itu meletakkan kedua tangannya di pinggang, matanya masih menatap tidak percaya dengan pemandangan yang terpampang di depan matanya.
Kemudian dia berjalan mengitari kolam renang. Berada di puncak paling tinggi, dengan suguhan pemandangan malam yang luar bisa. Hamparan laut yang menghempaskan gelombang ke bibir pantai menjadi pemandangan paling menakjubkan yang Alexa lihat. Hotel ini menyuguhkan pemandangan pantai di bagian belakangnya.
Alexa geleng-geleng kepala dengan kenekatan Karyn yang telah menyewa kamar mewah tersebut. Dan mengingat Karyn, dia menjadi teringat dengan tujuan utama nya ke tempat itu.
“Karyn,” panggil Alexa. “Apa yang terjadi?”
“Seperti yang kau lihat,” jawab Karyn tidak bersemangat.
“Dia tidak datang?”
Karyn menggeleng lemah.
“Sial! Kau sudah menghabiskan uang sebanyak ini untuk menyewa kamar paling mewah di hotel paling bergengsi tetapi dia tidak datang?” Alexa melototkan kedua matanya.
“Siapa pria itu? Aku akan menghajarnya!” ujarnya sambil berkacak pinggang.
“Sudahlah! Lupakan! Aku meinta mu datang ke sini bukan untuk mengumpat dan marah-marah. Aku memintamu datang supaya kau bisa menghiburku, tapi kau datang malah memindai semua barang yang ada di sini, seolah-olah barang-barang ini lebih berharga daripada aku” decak Karyn, Alexa terkekeh mendengarnya. Kemudian,
“Maafkan aku, Karyn,” ucap Alexa lemah, ia lalu mengambil tempat di samping Karyn.
“Aku melupakan mu karena tidak sadar dengan kemewahan kamar ini. Dasar pria yang tidak tahu di untung, kau sudah menghabiskan banyak biaya untuk berkencan dengan nya, dia malah seenaknya tidak datang tanpa pemberitahuan.”
“Sudahlah! Aku tidak ingin membahasnya lagi. Kau sudah makan?”
“Sudah. Jangan katakan kalau kau belum makan.”
“Hmmm....”
“Apa?! Kau belum makan karena menunggu pria brengsek itu untuk makan bersama? Ayolah Karyn... ini bukan dirimu, kau tidak pernah melalaikan makan mu karena alasan apapun, kenapa sekarang kau melakukannya?”
“Kau masih bisa makan?” tanya Karyn tanpa menjawab pertanyaan Alexa.
“Tentu, perutku masih tersisa banyak ruang untuk menghabiskan semua makanan yang telah kau pesan.” Alexa memegangi perutnya dengan kedua tangan, lalu pandangannya beralih pada makanan yang tersusun di meja panjang yang ada di pinggir kolam renang.
“Ayo kita habiskan semua,” ajaknya sambil menarik tangan Karyn.
“Kau benar-benar telah menghabiskan gajimu selama setengah tahun untuk satu malam ini. Aku hampir tidak mempercayainya,” ujar Alexa sambil memindahkan makanan tersebut ke dalam piring. Satu piring ia berikan kepada Karyn, satu lagi ia ambil untuknya.
“Seberapa hebat pria itu hingga kau mau berkorban sebesar ini?” tanyanya lagi. Jujur saja, Alexa masih sangat penasaran dengan pria yang akan Karyn kencani itu.
“Aku tidak mengeluarkan uang satu sen pun,” jawab Karyn.
“Apa? Lalu siapa yang membayar semua ini?” tanyanya semakin penasaran.
“Dia.”
“Lalu kenapa dia tidak datang?” Alexa menautkan kedua alis matanya, lalu potongan kecil steak daging masuk ke dalam mulut wanita yang tidak berhenti mengoceh itu semenjak datang.
“Dia ada urusan mendadak ke luar kota.”
Alexa meletakkan pisau yang ia pakai untuk memotong steak di piring, ia menatap tajam pada Alexa yang duduk di depannya sedang makan dengan tidak bersemangat.
“Siapa dia? Apa dia seorang pimpinan perusahaan? Anak konglomerat mana yang berhasil mengambil hatimu?” selidiknya.
“Bukan siapa-siapa. Ayolah! Aku sudah tidak berniat lagi membahasnya. Dengar Lexa... ini semua gratis jadi ayo kita nikmati saja. Kamar ini jauh lebih baik untuk kita bernyanyi bersama di bandingkan kamar apartemen mu.”
“Hahaha.... kau benar. Ayo bersenang-senang.”

Book Comment (116)

  • avatar
    Karina

    Lanjut lagi dong thor

    28/05/2022

      1
  • avatar
    YunitaPutri

    agus

    9h

      0
  • avatar
    ImutzKeysa

    aneh tapii bagus

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters