logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

The Forgotten Night

The Forgotten Night

Mizy


Chapter 1 Voucher Menginap

Karyn memperbaiki letak kacamatanya dan merapikan rambut serta pakaiannya yang kusut setelah menerima pesan dari Letare lewat interkom. Ia melangkah mantap dari ruangannya menuju ruangan CEO di lantai paling tinggi perusahaan tempat ia bekerja. Ini hari pertama Karyn menjabat sebagai kepala Tim Design di perusahaan besar G&D Jewelry, dan ini adalah kesempatan pertama baginya bertemu langsung dengan bos pemilik perusahaan karena selama tiga bulan bekerja di sini, ia hanya menjadi staf di bagian design dan belum pernah bertemu langsung dengan pemilik perusahaan itu. Karyn hanya mendengar desas desus tentang keangkuhan atasannya sewaktu mereka makan siang di kantin. Dan tentu saja Karyn hanya sebagai pendengar yang baik.
Berkat keahlian yang Karyn miliki, design perhiasan yang ia buat memperoleh penjualan tertinggi sepanjang sejarah G&D Jewelry dan memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga ia langsung naik jabatan menjadi kepala tim design yang baru menggantikan Bu Wynne yang kebetulan mengundurkan diri karena menunggu masa melahirkan.
“Tumben kau tidak ikat rambut,” Alexa menyapa Karyn ketika gadis itu melewati ruang Alexa.
“Aku menghilangkannya tadi malam. Kau tau... aku sangat mabuk, dan aku belum sempat membeli ikat rambut baru karena bangun kesiangan.” Karyn menimpali pertanyaan Alexa dan berlalu dari hadapan sahabatnya itu.
Karyn tersenyum sendiri dan wajahnya terasa memanas, ia terbayang wajah pria yang ia temukan di sampingnya sewaktu bangun tidur pagi tadi. Pria yang sangat tampan, namun Karyn tidak bisa menikmati wajah itu lama-lama karena ia harus buru-buru pulang ke apartemennya.
Entah bagaimana ia bisa berada di dalam kamar hotel nan mewah itu, Karyn tidak tau pasti. Yang jelas Karyn cukup tau jika ia dan pria itu sudah melewati malam bersama, terbukti dengan ia yang bangun dalam keadaan tanpa busana dan berada dalam selimut yang sama dengan pria itu serta sisa lengket di area kewanitaannya yang sudah mengering dan Karyn tau itu adalah sisa benih yang telah di berikan pria itu.
Karyn membuang bayangan kejadian malam tersebut karena lift yang ia naiki telah berhenti di iringi pintu yang terbuka otomatis. Wanita itu melangkah ke luar, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling lantai yang baru pertama ini ia kunjungi.
“Sempurna!” gumam Karyn sambil berjalan pelan di atas karpet tebal bewarna biru tua menuju ruangan atasannya.
“Nona Benvi, Tuan Richard ada di ruang rapat.” Letare datang menghampiri Karyn memberi tahu jika Richard tidak berada di ruangannya melainkan di ruang rapat.
“Ruang rapat? Aku tidak di beri tahu jika ada rapat,” ujar Karyn dengan mimik heran.
“Sudah biasa jika Tuan Richard menerima tamu di sana. Ia tidak pernah mengizinkan sembarangan orang untuk masuk ke ruangan nya,” bisik Letare.
Karyn mengangguk mengerti. Ia sudah mendengar tentang itu dari teman-teman nya di tempat ia bekerja dulu, jika bos mereka memiliki ruangan yang hanya bisa di masuki oleh orang-orang tertentu saja. Ternyata Karyn juga menemukan hal itu di sini.
Letare mengetuk pelan pintu ruang rapat, wanita berpenampilan sexy itu masuk ke dalam dan meminta Karyn untuk menunggu sebentar di luar. Tidak lama kemudian, Letare membuka pintu dan mempersilahkan Karyn untuk masuk.
“Tuan Richard sudah menunggu,” Letare menyampaikan dan mengantarkan Karyn menuju ruangan tempat Richard berada. Setelah itu, Letare meninggalkan Karyn di sana dan menutup pintu ruang rapat yang dingin itu karena AC yang menyala sangat kuat.
Karyn berjalan pelan masuk lebih ke dalam, tempat Richard yang duduk sambil mencoret-coret sesuatu di kertas. Gadis itu tampak ragu menyapa, karena Richard terlihat serius dengan pekerjaan yang ia lakukan.
“Selamat pagi, Tuan!” sapa Karyn sopan setelah dua menit ia berdiri di depan atasannya itu.
“Hmmm.” Richard hanya mendehem, pertanda ia mendengar sapaan Karyn. Ia terus saja asyik dengan pekerjaan nya tanpa menoleh pada Karyn yang sedang menyapa.
Karyn menunggu, ia cukup sadar diri siapa dirinya dan siapa pria yang sedang ada di depannya. Berada di satu ruangan dengan bosnya itu sudah hal yang membanggakan bagi Karyn, jadi... tidak ada masalah jika ia menunggu sebentar saja.
Lima menit berlalu, kaki Karyn terasa pegal karena berdiri. Si Penguasa masih sibuk dengan coretannya di kertas. Karyn jadi berfikir, apa tujuan si bos memanggilnya ke sini? Jika tidak punya tujuan lebih baik ia berada di ruangan dan mempersiapkan design yang baru.
“Ehm... Pagi, Tuan!” Karyn mencoba untuk menyapa lagi, berharap si Bos tau jika ada manusia lain di ruangan tersebut selain dirinya.
“Hmmm....”
Karyn mulai merasa gerah, dinginnya AC ternyata ternyata tidak menjamin bisa mendinginkan suhu tubuh Karyn secara keseluruhan.
Disaat Karyn sudah sangat lelah, barulah si penguasa mengangkat kepalanya.
“Silahkan duduk,” ucapnya santai.
Karyn mengerjap, ia terpana beberapa saat, bukan karena sapaan pria yang ada di depannya melainkan karena wajah pria itu.
“Silahkan duduk,” ucapnya lagi.
Karyn tidak bisa menyembunyikan rasa malu yang mendominasi di wajahnya yang sedang memerah, jantungnya juga berdebar dengan kuat ketika melangkah maju mendekat. Apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah dia akan mengungkit kejadian tadi malam?
“Nona Benvi, apa kau kurang sehat?” Richard menyatukan kedua alisnya, menatap heran pada Karyn yang sudah duduk di depannya.
Karyn menggeleng, ia tidak bisa menyembunyikan rasa malu yang sedang ia rasa. Menunduk adalah cara terbaik untuk itu dan Karyn melakukannya.
“Berkat design yang kau buat, perusahaan mendapat banyak tawaran kerja sama dengan berbagai agensi model international. Karena itu... aku ingin menyerahkan ini secara langsung.”
Richard menyodorkan satu amplop putih pada Karyn. Wanita itu mengangkat kepala dan menerima pemberian Richard.
“Apa ini, Tuan?” tanya Karyn.
“Buka saja. Aku harap kau suka.”
Karyn membuka amplop yang sudah berada di tangannya, ada voucher menginap di sebuah hotel bintang lima. Hotel yang biasa di huni oleh pengusaha dunia dan artis ternama. Apa maksud Richard memberikan voucher ini? Apa pria itu ingin menghabiskan malam lagi bersamanya? Ah... pikiran Karyn kembali ke kejadian tadi malam.
“Kau bisa menggunakannya kapan saja kau mau.”
Karyn menatap Richard tidak percaya, kenapa Richard tidak berterus terang saja? Bukankah hanya mereka berdua yang ada di ruangan ini. Kenapa harus berpura-pura dengan memberikan voucher segala?
“Nona Benvi.... Hallo.... Nona Benvi!” Richard melambaikan tangannya di depan wajah Karyn.
“Oh... ma-af, Tuan!” ujar Karyn gagap.
“Aku pikir ini sudah selesai, kalau ada yang mau kau katakan... kau bisa mengatakannya sekarang.” Richard menyandarkan punggungnya di kursi.
“Kapan aku bisa menggunakan ini?” tanya Karyn.
“Kapan saja kau mau. Kau bisa menghubungi Letare jika ingin menggunakannya.”
Karyn mengangguk, Richard punya cara yang sangat unik untuk mengajak Karyn bertemu lagi. Wanita itu keluar dari ruang rapat dengan wajah tersipu.

Book Comment (116)

  • avatar
    Karina

    Lanjut lagi dong thor

    28/05/2022

      1
  • avatar
    YunitaPutri

    agus

    13h

      0
  • avatar
    ImutzKeysa

    aneh tapii bagus

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters