logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 Singgah

"Qin'er apa kau baik-baik saja?" Gadis cantik bergaun ungu muda dengan cadar tipis menutupi sebagian wajahnya, menatap pelayannya dengan cemas.
Insiden di pos penjagaan gerbang ibukota tadi cukup mengejutkan mereka. Baru saja tiba di ibukota dan sama sekali belum pernah berkunjung ke Luoyang membuat mereka sedikit canggung.
"Saya tidak apa-apa Nona. Anda tidak perlu khawatir. Saya justru mengkhawatirkan Anda. Sepertinya manor keluarga Luo tidak seramah yang kita duga." Gadis pelayan itu menepuk-nepuk pipinya yang tadi ditampar Nona Angkuh dari Manor Jenderal Luo, dengan santai.
"Aku mengerti. Kita hanya harus menjaga sikap jika kita benar-benar harus tinggal di manor keluarga Luo." Sang Nona tersenyum kecil.
"Baik Nona, kami akan bersikap sangat hati-hati." Gadis pelayan lain yang duduk di depan sang Nona menjawab dengan patuh.
Dia sedikit lebih dewasa dari gadis pelayan yang duduk di sebelah sang Nona. Kedua gadis pelayan itu merupakan pelayan-pelayan setia yang telah melayani Nona Muda dan Tuan Muda keluarga Luo di Jiangnan.
"Lan'er, apa dia masih tertidur?" Sang Nona, Luo Ding Xiang, sedikit membungkukkan badannya mengamati seorang bocah kecil yang tengah tertidur di pangkuan pelayannya.
"Iya Nona. Tuan Muda sepertinya kelelahan." Dengan penuh kasih sayang gadis pelayan itu membelai kepala sang bocah.
"Lan'er, aku mempercayaimu seperti Bibi Yu mempercayaimu. Aku harap kau setia dan selalu menjaga Guo'er dengan baik." Luo Ding Xiang menatap gadis pelayan itu dengan tegas.
"Nona, Anda tidak perlu meragukanku. Saya akan selalu menjaga Tuan Muda, bahkan dengan nyawaku." Gadis pelayan itu menundukkan kepalanya sejenak.
Dengan perlahan didongakkannya kepalanya untuk menatap sang Nona meski tidak secara langsung. Namun, dia kembali menundukkan kepalanya lagi. Perhatiannya kembali tercurah pada tuan mudanya sang masih terlelap di pangkuannya.
"Lan'er, kau jangan tersinggung. Aku berkata demikian karena kini hanya tinggal Ibu Chin, kau dan Qin'er yang bisa aku percaya." Luo Ding Xiang tersenyum ramah pada pelayan sang adik.
"Aku mengerti Nona. Selir Yu adalah tuanku, beliau telah tiada menyusul Tuan Luo dan Nyonya Luo, kini pada Nona dan Tuan mudalah aku mengabdi." Lan'er menatap Luo Ding Xiang dengan yakin.
"Aku percaya padamu. Juga pada Ibu Chin dan Qin'er serta A long. Hanya kalian yang aku miliki sekarang. Bersama kalian aku ingin memenuhi janjiku pada Ayah dan juga Bibi Yu. Menjaga dan membesarkan Guo'er." Luo Ding Xiang membungkukkan tubuhnya dan membelai kepala bocah kecil dalam pangkuan Lan'er dengan penuh kasih sayang.
"Qin'er katakan pada A Long untuk singgah ke Wisma Selaksa Bunga," perintahnya pada sang pelayan.
"Baik Nona." Dengan sigap Qin'er membuka jendela kereta dan mengulangi perintah sang Nona pada kusir kereta.
Kereta berbelok arah, dan dengan pelan menyusuri jalanan yang menuju sisi timur ibukota. Bukan jalan yang menuju Luo Manor yang berada di pusat ibukota.
Kereta kuda berhenti di depan sebuah wisma yang tidak terlalu besar. Wisma sederhana yang dindingnya tertutup bunga wisteria ungu, seakan-akan tembok berwarna ungu mengelilinginya.
Qin'er membantu Luo Ding Xiang terlebih dahulu untuk turun dari kereta. Setelah itu dia membantu Lan'er yang masih menggendong tuan muda mereka. Bocah kecil itu masih tertidur dengan nyenyak.
A Long, sang kusir kuda segera mengetuk pintu gerbang wisma. Tidak berapa lama seorang wanita setengah baya diikuti dua orang pelayan membukakan pintu untuk mereka.
"Selamat datang di Wisma Selaksa Bunga, Nona." Wanita itu membungkuk memberi hormat menyambut kedatangan sang nona. Dua pelayan wanita yang di belakangnya juga turut membungkuk.
"Ibu Chin bagaimana kabarmu? Apakah wisma sudah siap untuk dihuni?" Luo Ding Xiang mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Wisma ini terletak di daerah yang tenang. Cukup jauh dari pusat keriuhan ibukota. Selain wisma itu, ada beberapa kedai teh dan toko pakaian serta toko dupa.
Sedangkan di seberang wisma sepertinya merupakan bagian belakang dari sebuah manor besar. Tapi dia tidak tahu manor milik keluarga berpengaruh mana.
"Nona, semua sudah siap seperti yang nona perintahkan. Kedai teh, toko pakaian dan toko dupa juga sudah beroperasi selama beberapa waktu ini." Wanita yang menyambutnya menjelaskan dengan rinci beberapa hal yang memang telah diperintahkan sang nona sebelumnya.
"Baiklah. Ibu Chin antarkan kami ke dalam wisma. Cukup melelahkan juga perjalanan kami." Luo Ding Xiang beranjak menuju pintu gerbang diikuti para pelayannya.
Sementara A Long, kusir kereta, sibuk menurunkan barang-barang dari dalam kereta dengan dibantu beberapa pelayan wisma.
Wisma Selaksa Bunga merupakan peninggalan dari Nyonya Hua Yan Yue, ibunda Luo Ding Xiang. Wisma ini merupakan tempat tinggalnya semasa masih gadis. Namun, tidak seperti tradisi yang berlaku, wisma ini tidaklah menjadi bagian dari maharnya saat menikahi Luo Han Shi.
Keluarga Luo sendiri tidak pernah mengetahui keberadaan wisma ini sebagai salah satu milik menantu mereka. Mereka hanya tahu Hua Yan Yue tidak memiliki keluarga dan tidak jelas asal-usulnya. Itu salah satu alasan keluarga Luo selalu memandang remeh wanita itu.
Sayangnya keluarga Luo tidak bisa berbuat apa-apa, karena Hua Yan Yue adalah wanita yang dihadiahkan permaisuri saat itu kepada putra mereka. Hua Yan Yue menjadi istri sah Luo Han Shi meski dia tidak berasal dari keluarga yang sederajat dengan keluarga Luo.
Setelah menikah, Kaisar memerintahkan Luo Han Shi untuk bertugas di Jiangnan. Luo Han Shi membawa serta istrinya dan tinggal di Jiangnan hingga mereka turut menjadi korban saat wabah melanda provinsi itu.
Selama tinggal di Jiangnan sangat sedikit sekali mereka terhubung dengan keluarga Luo. Hanya Luo Han Wu, putra ketiga keluarga Luo yang kerap mengunjungi dan bahkan tinggal di manor mereka selama beberapa waktu.
Luo Han Wu juga yang meminta Luo Ding Xiang untuk kembali ke Luoyang. Bagaimana pun juga, Luo Han Shi adalah putra tertua keluarga Luo dan sudah seharusnya menjadi penerus patriak keluarga Luo.
Setelah dia tiada, maka menjadi tanggungjawab kedua adiknya untuk menjaga dan melindungi putrinya. Seperti halnya Luo Han Shi yang tidak pernah melalaikan tanggungjawabnya sebagai putra tertua dan kemudian menjadi patriak keluarga Luo sekali pun dia berada jauh di Jiangnan.
Luo Ding Xiang meski masih muda cukup memahami posisinya di tengah keluarga sang ayah. Dia cukup pintar untuk memahami situasi dan mengatur beberapa hal sebelum kembali ke Luoyang.
Salah satunya menyiapkan wisma peninggalan sang ibu sebagai tempat persinggahan dan juga sebagai tempat tinggal alternatif jika situasi di Luo manor tidak mendukungnya.
Semua sudah dipersiapkannya jauh-jauh hari sebelum dia memutuskan untuk kembali ke manor keluarga Luo. Sebagian aset milik keluarga mereka di Jiangnan telah di jualnya karena tidak mungkin untuk mengelola semuanya dari ibukota yang berjarak ribuan li.
Hanya tersisa manor utama dan beberapa pertanian dan perkebunan yang dipercayakannya kepada kepala rumahtangga mereka dan Selir Ma.
Selir Ma merupakan seorang gadis yatim piatu yang dibawa Luo Han Shi untuk menjadi pelayan. Namun, karena cukup pintar, Hua Yan Yue justru memintanya untuk menjadi selir berdampingan dengan Selir Yu.
Aset-aset yang lain semua ditukar dengan uang untuk memudahkan perjalanan mereka yang cukup panjang. Hanya beberapa benda simpanan sang ayah dan mahar ibunya dan Selir Yu yang tidak disentuhnya. Semua itu telah diangkut ke ibukota terlebih dahulu beberapa bulan lalu bersama Ibu Chin.
Hanya tinggal keperluan mereka sehari-hari untuk perjalanan saja yang mereka bawa di kereta dalam perjalan dari Jiangnan menuju Luoyang. Hanya satu kereta besar sudah cukup untuk membawa mereka semua. Dengan begitu mereka tidak akan menarik perhatian selama perjalanan panjang itu.
Luo Ding Xiang telah memperhitungkan semuanya dengan tepat. Setibanya di Louyang dia memilih untuk singgah terlebih dahulu di Wisma Selaksa Bunga sebelum menuju Luo Manor. Sepertinya ada beberapa hal yang harus dipersiapkannya, apalagi setelah insiden di gerbang ibukota. Dia harus lebih hati-hati dan waspada.

Book Comment (209)

  • avatar
    Maleficent Yeti

    syabas author...jalan cerita yg menarik dan tidak membosankan... teruskan berkarya.

    16/06/2022

      0
  • avatar
    Spencer Quain

    seru

    6h

      0
  • avatar
    Nabbb

    bagusss bgtt

    11d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters