logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7 - Merasa Dihargai

Bab 7 - Merasa Dihargai
Al mengambil dompet dan mengambil dua buah kartu saat Aurora telah selesai memasangkan dasinya.
"Nih!" Ucap Seraya menyodorkan kartu itu.
"Untuk apa?" tanya Aurora bingung menatap dua buah kartu itu yang Aurora tahu satu kartu itu adalah ATM dan satunya lagi adalah kartu berwarna hitam.
"Ini untuk pelunasan hutang ayahmu yang 100 juta. Bukankah hari ini kau harus melunasinya??
"I--Iya."
"Dan ini kartu untukmu. Kau bisa memakainya semaumu untuk keperluan sehari-hari mu, kuliahmu dan untuk kebutuhan rumah. PINnya tanggal pernikahan kita." Aurora hanya terdiam menatap kartu itu tanpa berniat mengambilnya.
"Kenapa kau bengong? Ayo ambil."
Aurora mengambil kartu itu dengan tangan gemetar lalu ia kembali menatap Al. "Terima kasih!"
Al tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Aurora tanpa canggung, "Itu sudah kewajibanku."
"Apa kau ada kuliah hari ini?"
"Iya Tuan."
"Jam berapa?"
"Jam 9."
"Siap-siap lah kita sarapan bersama lalu aku akan mengantarmu ke kampus." Al menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan istrinya.
"Tidak perlu tuan. Aku bisa berangkat sendiri nanti kalau tuan yang mengantarku ada yang melihat tuan bagaimana?" Ujar Aurora panik.
"Ya tidak apa-apa, aku tinggal bilang kalau aku mengantar istriku. Apa susahnya?"
"Hah?!" Aurora kehilangan kata-kata. Kenapa semua hal seperti dianggap mudah dan enteng oleh pria itu. Apa ia tidak takut jika nama baiknya akan sedikit terusik jika orang luar tahu kalau ia menikah lagi.
"Kepalaku pusing!" Batin Aurora. Memijat pelipisnya, membuat Al yang sedari tadi menatapnya mengerutkan keningnya seraya menyeruput kopinya. "Apa yang dia pikirkan? Apa dia takut ketahuan?" Gumam Al dalam hati.
"Hmmm..Kopinya enak." Ucap santai Al tanpa memperdulikan Aurora yang sedang kebingungan.
****
Sebuah mobil mewah berwarna hitam sedang melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang sudah cukup ramai di pagi itu. Di dalam mobil tersebut terdapat 3 orang yang hanya diam. Al yang fokus memeriksa email yang masuk di ponselnya, Aurora fokus melihat ke jalanan sedangkan Jason fokus menyetir namun sesekali ia melihat ke kaca spion tengah mobil itu untuk melihat pasutri yang baru sah kemarin itu sambil sesekali tersenyum.
Al yang secara tidak sengaja melihat itu menautkan alisnya."Apa ada hal yang lucu Son?" tanya Al dimana membuat fokus Aurora teralihkan.
"Tidak ada tuan." Jawab cepat Jason.
"Terus kenapa kamu selalu tersenyum?"
"Aku hanya sedang mengingat tingkah konyol istriku saja. Apa tidak boleh?"
"Terserah kamu deh Son." Jawab Al sedikit kesal. Sahabat sekaligus asistennya itu sering sekali membuatnya kesal jika membahas mengenai istrinya. Cemburu, ya mungkin seperti itu, karena Jason selalu saja terlihat bahagia jika membahas mengenai istrinya.
"Jangan ngambek gitu dong tuan. Kan udah punya tuh di sebelah tuan." Goda Jason menaik turunkan alisnya.
"Beda, dia pemalu nggak sama seperti istrimu yang senang main nyosor." Jawab asal Al membuat Arora membuka mulut lebar. Jason tertawa terbahak-bahak. Benar kata sahabatnya itu jika istrinya tukang nyosor, dan Jason suka akan hal itu.
"Apa maksudnya? Apa dia suka kalau aku menggodanya duluan?" Gumam Aurora dalam hati. "Enggak enggak. Gue bukan Eca yang sukanya main nyosor aja kayak soang." Aurora tampak berpikir, "Memang harus gitu ya? Sebentar deh gue tanya sama anak itu."
Al melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Aurora yang hanya diam melamun. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.
"Aura…" Panggilan pertama Al tak mendapat respon.
"Aura.." Panggilan kedua Al pun masih tak mendapat sahutan.
"Aurora Safitri…" Panggil Al dengan nada cukup tinggi membuat Aurora terlonjak kaget sambil memegang dadanya, "Astagfirullah … Kenapa sih tuan teriak-teriak, ngagetin aja tahu." Kesal Aurora.
"Kamu sih melamun.. Sudah sampai tuh! " Ucap Al membuat Aurora mengedarkan pandangannya keluar jendela dan ternyata benar mereka telah berada di depan gerbang kampus.
"Eh iya.. maaf tuan." Aurora hanya nyengir kuda karena merasa malu.
"Hehehe maaf tuan." Ejek Al membuat Aurora menatapnya Cemberut.
"Nggak usah dimajukan gitu bibirnya. Kugigit tahu rasa kamu." Ucap Al blak-blakan membuat Jason menahan tawa di kursi depan. Aurora seketika mengulum bibirnya ke dalam takut dan malu jika Al benar-benar menggigitnya seperti tadi malam.
"Sudah sana masuk!" Ucap Al mengibaskan tangannya ke udara.
"Iya-iya." Ucap Aurora lalu menyodorkan tangannya membuat kening mengkerut.
"Apa?"
"Salim tuan." Ucap Aurora penuh penekanan.
"Oh!" Jawab singkat Al,lalu menyodorkan tangannya dan langsung diraih oleh Aurora dan membawa tangan besar itu ke keningnya kemudian berpamitan sebelum keluar mobil.
Keluarnya Aurora dari mobil itu Al masih tinggal mematung melihat punggung istrinya yang sudah semakin menjauh. Ia mengingat kembali apa yang baru saja dilakukan istri kecilnya itu. Ada perasaan bahagia seketika menghampirinya saat istri kecilnya tadi pamit seraya mencium punggung tangannya.
"Ternyata seperti ini rasanya. Aku merasa dihargai jadi suami." Ucap Al tanpa sadar.
Jason tersenyum, "Itu belum seberapa tuan. Aku rasa tuan akan selalu terkejut nantinya dengan perlakuan Istri kecil tuan." Ujar Jason.
"Apa itu yang kamu rasakan?"
"Iya. Semenjak menikah dengan Eca aku sangat bersyukur Aku merasa benar-benar seperti suami yang sempurna sama seperti di novel-novel. Bukan hanya bisanya minta uang saja habis itu menghilang namun bersama Eca aku jadi belajar juga tentang kebersamaan. Percaya deh sama padaku tuan masih banyak kejutan yang akan lo dapatkan." Jelas Jason.
"Hmm..Semoga saja. Ayo jalan!" Perintah Al dengan senyum masih terlihat di bibirnya.
"Oh ya. Kamu belum kasih tahu istrimu tentang Calista?" Tanya Al kepada sahabat sekaligus asisten itu.
"Belum. Aku mau kasih kejutan nanti di ulang tahunnya."
"Kapan?"
"Satu minggu lagi. Nggak papa kan kalau aku minta tolong sama istri tuan. Mereka kan sahabatan?"
"Hmm...bolehlah asal tahu batasan aja." Ucap Al.
"Iya tuan, saya mengerti kok, tuan kan rajanya cemburu." Ejek Jason.
"Sialan kamu?" Ucap Al menendang kursi Jason membuat Jason tertawa.
"Istri tuan nggak pulang?" tanya Jason.
"Entah! Udah 2 hari nggak ada kabarnya."
"Ada yang kangen nih yeee.." Jason masih selalu menggoda Al. Menggoda sahabatnya itu merupakan kebiasaan Jason di setiap harinya karena menurutnya sangat asyik melihat wajah kesal atasannya itu dan ia akan berhenti ketika ultimatum pemotongan gaji keluar dari mulut Raja si Pencemburu itu.
"Biasa aja!" Jawab Al lalu membuang muka ke kaca mobil, melihat ke jalanan yang dipenuhi dengan pepohonan membuat jalanan terasa sejuk.
"Mentang-mentang udah punya istri kedua,jadi nggak kangen sama istri pertama?" Goda lagi Jason.
"Udah fokus nyetir nggak usah goda mulu. Mau aku potong gajimu?" Ancam Al.
"Ya. ya oke. oke. gue diam." Ucap Jason menyerah lalu kembali fokus ke jalan tanpa bersuara.
"Sebenarnya apa yang Jenny lakukan? Apakah aku harus menyelidikinya?" Gumam Al dalam hati.

Book Comment (149)

  • avatar
    ButonSuci

    pada part ini aku suka karna mengingatkan kita tentang perjuangannya melahirkan kita maka kita jua sebagai anak.. jangan membangkang kpd ibu

    11d

      0
  • avatar
    AlifAlifff

    bagus

    01/08

      0
  • avatar
    SevimaifrentiSevimaifrenti

    sangat bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters