logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 6 - First Kiss

Bab 6 - First Kiss
Pasangan itu diam saling bertatapan dengan tatapan hangat.
"Tuan ini hidung atau papan seluncur? Tinggi banget." Ucap Aurora terkekeh seraya satu tangannya memegang hidung Al.
"Ini asli tidak?" Tanya Aurora lagi, seraya memencet hidung itu membuat Al menangkap tangannya dan menatap Aurora tajam.
"Tanganmu nakal." Al menggelitik perut Aurora hingga membuat Aurora tertawa lepas dan tawa itu pun menular ke Al.
"Ampun Tuan!" Ujar Aurora masih terus tertawa geli serta tangannya berusaha menahan tangan Al.
"Rasakan! Siapa suruh berani mengejek hidungku." Al masih terus menggelitik perut Aurora.
Mereka masih saling melempar tawa hingga tanpa sadar wajah mereka berada sangat dekat hanya berjarak beberapa inchi. Kegiatan mereka langsung terhenti seketika. Saling merasakan nafas mereka satu sama lain yang saling berhembusan.
Mata yang awalnya menatap manik Aurora kini beralih ke bibir mungil di depannya. Perlahan Al memiringkan kepalanya, seraya tangannya perlahan membelai pipi Aurora dan tak lama tangan itu telah berada di tengkuk Aurora.
Hingga, daging lembut mereka bersentuhan. Cukup lama daging lembut itu hanya saling menempel, hingga akhirnya Al yang sudah tidak sabar langsung meraup daging lembut berwarna pink itu membuat Aurora semakin membelalakkan matanya.
Aurora merasakan darahnya berdesir hebat. Ini adalah pengalaman pertamanya, "Rasa apa ini?" Aurora hanya diam tanpa membalas perlakuan suaminya, namun ia juga tidak memberontak semakin membuat Al lebih leluasa melancarkan aksinya.
Al mengigit pelan bibir bawah Aurora hingga mau tak mau Aurora membuka mulutnya dan membuat Al langsung melancarkan lidahnya. Mengabsen setiap inci rongga mulut Aurora.
Aurora memegang erat kaos Al, ingin menarik kepalanya menjauh namun otaknya terasa tak bekerja karena menikmati permainan lembut bibir itu. Permainan yang baru kali ini dia rasakan.
Setelah lama akhirnya Al menghentikan aksinya. Perlahan ia melerai daging lembutnya lalu menatap istrinya yang sedang bengong, menahan nafas seraya mengerjapkan matanya berulang kali, membuatnya begitu gemas dimata Al. Aurora seolah berhenti bernafas, otaknya masih mencerna apa yang baru saja dialaminya.
"Bernafas Aura." Ucap Al, membelai pipi lembut Aurora.
Aurora seketika meraup oksigen banyak banyak untuk memenuhi rongga paru-parunya dan itu sungguh menggemaskan di mata Al.
Al mengusap daging lembut istrinya yang telah basah karena ulahnya. "First kiss?" tanya Al mengelus pelan pipi Aurora.
Aurora mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Ini merupakan ciuman pertamanya, membuat Al tersenyum puas sebab ia yang merasakan pertama bibir mungil yang begitu menggoda Iman itu.
"Bagaimana rasanya?" Goda Al memiringkan kepalanya menantikan jawaban istri polosnya.
"Manis!" Jawab polos Aurora membuat Al tergelak.
"Kau benar-benar menggemaskan Aura." Batin Al masih tertawa lepas.
Aurora diam,saat sadar dengan apa yang diucapkannya ia menundukkan pandangannya sembari meringis, "Malu-maluin banget sih"! Gumamnya.
*****
Aurora mengerjapkan matanya saat cahaya mentari mencoba masuk di sela-sela gorden putih yang ada di kamar itu. Aurora merasakan beban di perutnya. Saat mata indah itu telah terbuka sempurna ia sempat kaget karena melihat seorang pria yang tidur disampingnya seraya memeluk erat tubuhn mungilnya.
Hampir saja ia berteriak, namun beruntung otaknya bekerja cepat sehingga tak membangunkan suami tampan nan rupawan yang masih saja terlelap dengan begitu kerennya. "Tidur aja keren!" Gumam Aurora pelan.
Tiba-tiba saja pipi mulusnya bersemu merah saat mengingat kejadian semalam di mana suaminya mengambil ciuman pertamanya.
"Baru ciuman saja aku sudah takut, gimana nanti kalau dia meminta haknya?" Batin Aurora seraya memegang bibirnya.
Kembali lagi Aurora melihat pria tampan bak dewa Yunani yang sudah resmi menjadi suaminya sejak kemarin. Wanita itu memberanikan diri untuk merebahkan kembali kepalanya di lengan sang suami sebagai bantal.
Alis lebat yang terbentuk dengan begitu baik, bulu mata panjang dan tebal, hidung mancung, rahang yang tegas yang dipenuhi dengan bulu halus. "Sempurna!" Lirih Aurora.
"Apa kau sudah puas memandangku?" Suara serak khas bangun tidur itu mengagetkan Aurora. Wanita itu gelagapan, tak tahu harus mengatakan apa hingga membuat Al tertawa.
"A-- Aku mau mandi." Tanpa berpikir panjang Aurora lari terbirit-birit menuju kamar mandi, ia mengunci kamar mandi itu dengan cepat lalu memegang dadanya yang berdebar seraya bersandar di pintu kamar mandi itu.
"Ya Allah aku ketahuan mengaguminya. Ini sungguh memalukan." Aurora bergegas mandi agar ia bisa menyiapkan sarapan untuk sang suami. Sementara Al masih berada di atas tempat tidur memandang pintu kamar mandi.
"Sepertinya aku akan awet muda jika selalu bersama istri keduaku itu, sangat berbeda jika aku bersama dengan Jenny."
"Huftz.." Al mendengus prustasi. Pria tampan itu lalu mengambil benda pipih yang ia simpan di atas nakas guna menghubungi istri pertamanya yang udah 2 hari tak ada kabarnya. Namun nihil, nomor ponsel istrinya sedang berada di luar jangkauan.
"Apa sesibuk itu sampai-sampai tak ada waktu untuk menghubungiku?" Geram Al. Pria itu melemparkan ponselnya lalu berjalan menuju balkon yang terdapat di kamarnya itu menghirup udara segar seraya menunggu sang istri selesai mandi.
Setelah Aurora selesai mandi, kini bergantian Al yang masuk.
Aurora mengerutkan keningnya saat melihat aura dingin suaminya. "Kenapa tiba-tiba dia dingin begitu? Apa aku berbuat salah?" Ucap Aurora bingung.
Aurora meletakkan secangkir kopi di meja yang berada dalam kamarnya setelah tadi ia menyiapkan pakaian suaminya untuk kembali bekerja dan Aurora memutuskan untuk ke dapur.
"Apa dia belum selesai mandi?" Ucap Aurora saat tak melihat sang suami di kamarnya. Namun ia tak ambil pusing, wanita cantik itu kembali ke dapur untuk membuat sarapan.
"Tuan sarapannya sudah siap!" Ucap Aurora begitu masuk di dalam kamarnya.
"Pasangkan dasiku." Al melempar dasi di tangannya tiba-tiba dan membuat Aurora refleks menangkapnya.
"Tunduk sedikit tuan, aku tidak sampai." Ucap Aurora kesal saat suaminya itu mempermainkannya. Sedari tadi ia berjinjit mencoba menggapai leher suaminya namun tak sampai sampai juga.
"Makanya olahraga jadi nggak pendek begini." Ejek Al.
"Lagian tuan sih, pasti tuan sengaja mengerjai saya. Tuan Kan bisa pakai dasi sendiri.
"Ini kan salah satu tugasmu sebagai seorang istri."
"Ya,ya. Anda menang Tuan!" Jawab asal Aurora. Bagaimanapun ia ingin melawan suaminya, namun suaminya itu selalu punya jawaban yang tak bisa membuatnya berkutik.
Al memperhatikan wajah Aurora yang serius memasangkan dasi di lehernya. "Kau tak perlu membersihkan apartemen." Ucap Al tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Aurora seraya menatap Al.
"Karena ada pembantu yang akan membersihkannya. Mungkin sore nanti dia sudah datang .
"Tapi kenapa harus pakai pembantu? Aku masih bisa membersihkannya."
"Tidak! Kau hanya perlu memperhatikan kebutuhanku, soal bersih-bersih dan cucian biarkan bibi yang mengerjakannya, itu bukan tugasmu. Kau boleh di dapur tapi tidak untuk beres-beres." Tegas Alvaro.
Aurora menatap Al Bingung.
"Kau ini istriku, bukan pembantu jadi itu bukan tugasmu. Aku masih bisa menyewa pembantu untuk membersihkan Apartemen ini." Ucap Al seakan tahu apa isi kepala istrinya itu.
Aurora hanya diam. "Aku seistimewa itu? Dia bahkan lebih bisa menghargai ku daripada keluargaku."

Book Comment (149)

  • avatar
    ButonSuci

    pada part ini aku suka karna mengingatkan kita tentang perjuangannya melahirkan kita maka kita jua sebagai anak.. jangan membangkang kpd ibu

    12d

      0
  • avatar
    AlifAlifff

    bagus

    01/08

      0
  • avatar
    SevimaifrentiSevimaifrenti

    sangat bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters