logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 3 - Menikah

Bab 3 - MENIKAH
"Apa benar unit apartemen ini milikku?" Ucap lirih Aurora saat kakinya telah berpijak di tempat yang begitu luas. Tak hanya itu, semua furniturenya terlihat begitu mewah.
Aurora membuka mulutnya lebar saat menyentuh semua benda mewah yang ada di dalam apartemen itu. Guci yang sangat besar, lukisan abstrak yang begitu indah serta furniture lainnya.
"Sebanyak apa harta mereka yah?"
"Mungkin saja harta mereka takkan habis tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh turunan lagi." Ucap Aurora lirih seraya tertawa kecil. Wanita itu masih tak percaya jika ia bisa menginjakkan kaki di tempat orang kaya seperti ini.
Setelah Aurora lelah mengagumi seisi apartemen tersebut. Wanita itu akhirnya memilih untuk memasuki kamar yang telah tersedia. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sebelum kembali bekerja di supermarket pada sore hari nantinya.
Al kembali ke kantor diantar Pak Ujang supir pribadinya saat Jason tidak ada. Jason kali ini tak bersamanya sebab pria itu sibuk mengurus semua kebutuhan pernikahannya besok.
Sementara di tempat kerja Aurora, wanita itu dimarahi habis habisan oleh atasannya karena keterlambatannya. Tidur wanita itu terlalu nyenyak di kasur yang empuk sehingga membuat ia terlambat hampir satu jam lamanya.
"Maaf nyonya. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap takut Aurora seraya menunduk. "Saya mohon jangan pecat saya." Aurora memohon kepada wanita paruh baya yang saat ini sedang berkacak pinggang di depannya.
"Tidak bisa. Sekarang juga kembalikan seragam itu. Kau aku pecat." Ujar tegas pemilik minimarket tersebut.
Dengan gontai Aurora pun membuka seragam itu. Dia hanya diberikan upah 2 lembar uang merah sebagai gaji, padahal tinggal beberapa hari lagi wanita itu akan menerima upah sebulan. Namun siapa sangka semua jadi seperti ini.
Tanpa menunggu lagi, Aurora beranjak untuk pulang ke apartemen baru yang mulai hari ini ditinggalinya untuk menumpang hidup.
"Untung saja aku tidak harus membayar uang sewa apartemen ini." Ucapnya setelah menghempaskan tubuhnya di kasur empuk yang berukuran sangat lebar.
Wanita malang itu memejamkan mata, meratapi nasibnya yang sedikit kurang beruntung.
"Sudahlah! Aku harus istirahat. Besok aku akan menikah. Dan aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang menantiku kedepannya.
****
Pagi menjelang siang suasana pagi ini tampak begitu terik. Tak tanggung-tanggung sang mentari mengeluarkan cahayanya dengan begitu terasa menyengat di kulit. Namun itu tidak mengusik bagi para wanita yang sedang berada di apartemen mewah.
Aura sedang di make over oleh MUA profesional yang dibayar langsung oleh Jason. Sejak awal sang sahabat Rebecca tidak pernah meninggalkannya, bahkan sekarang mereka sedang di make up bersama.
Setelah selesai Aurora mematung melihat tampilannya di cermin. "Eca, Apa benar ini aku?" Tanya Aurora yang seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Rebecca tersenyum kecil saat menatap sahabatnya. "Iya Auraku sayang. Ini adalah dirimu, dan apa kau tahu, kau itu sangat cantik jika berhias seperti ini. Sering-sering aja nanti berhias biar suami mu klepek-klepek denganmu."
"Ish, kau itu bisa aja. Aku dandan juga tetap jadi istri kedua."
"Jangan pesimis getu dong. Kali aja kita yang sekarang jadi istri kedua, bisa jadi satu-satunya nanti."
"Ngerep!" Ucap ketus Aurora.
"Harus dong. Makanya aku selalu berusaha melayani suamiku dengan baik dan sepenuh hati, biar dia makin cinta."
Itulah wejangan sang sahabat yang cukup masuk akal di pagi hari sebelum Aurora melangkah ke apartemen sebelah untuk melangsungkan pernikahannya. Pernikahan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Rebecca berjalan duluan di ikuti oleh Aurora di belakangnya dengan perasaan yang gugup. Jantungnya serasa menari-nari di dalam sana, dan jari jemarinya saling bertautan.
Ting tong.. Ting Tong..
Pintu terbuka..
"Yang, kau cantik sekali!" Puji Jason begitu melihat siapa di balik pintu. Sang istri yang terlihat begitu cantik. Meski istri pertamanya lebih cantik, namun perlahan istri keduanya itu sudah hampir menyaingi istri pertamanya. Tak tanggung-tanggung Jason membiayai semua perawatan Istri keduanya itu.
"Terima kasih sayang." Rebecca langsung mencium sekilas bibir suaminya dan inilah yang di sukai Jason kepada Rebecca. Istrinya itu tak akan malu untuk menunjukkan rasa cintanya dimanapun.
"Tapi hari ini ratunya bukan aku, tapi orangnya ada di belakangku." Tambah Rebecca lalu bergeser selangkah untuk memperlihatkan Aurora.
"Good Job sayang. Alvaro pasti suka. Ayo masuk ,semuanya sudah siap." Ujar Jason berjalan duluan. Rebecca menggandeng Aurora untuk masuk.
"Tanganmu dingin sekali Aura?" tegur Rebecca.
"Aku gugup Eca."
"Oh tentu saja Aura, itu adalah hal yang sangat wajar."
Saat Aurora masuk di sana sudah terlihat beberapa orang termasuk sang calon suami yang sedang berbincang dengan seorang pria yang bisa dikatakan sebayanya, dengan posisi membelakangi nya.
"Al itu calon istrimu? Cantik banget!" Ujar salah satu sahabat Al -- Ethan Sandraders. Al langsung berbalik. Maniknya langsung menangkap sosok wanita cantik yang kini tengah lengkap dengan kebaya putihnya yang begitu megah.
"Cantik juga nih bocah!" Batin Al. Aurora yang di tatap oleh Alvaro semakin gugup. Wanita itu lebih memilih menundukkan pandannya. Rebecca menyenggol lengan Aurora seraya tersenyum menggoda.
"Kurasa dia akan jatuh cinta padamu Aura." Goda Rebecca.
"Halunya dikurangi neng." Delik Aurora menatap sahabatnya jengah.
"Kita lihat saja nanti." Tantang Rebecca dengan senyum nakalnya tak lupa alisnya sebelah terangkat.
Meski hanya menyandang gelar sebagai istri kedua namun Rebecca tak pernah menggunakan cara licik apalagi berniat untuk bersaing dengan istri pertama suaminya. Oh tidak!. Ia hanya setia melayani suaminya tanpa banyak neko-neko.
Rebecca hanya selalu siap sedia jika suaminya membutuhkannya. Tentu saja berbeda dengan istri pertama suaminya yang sangat jarang di rumah. Entah karena memang hanya pekerjaan atau ada sesuatu yang lain. Entahlah, dia tak mau ambil pusing untuk hal itu.
Pernikahan pun berlangsung disaksikan oleh penghulu,saksi, serta beberapa teman Alvaro.
Orang tua? Alvaro belum bisa memberitahukan orang tuanya perihal tentang pernikahan ini. Kendati demikian, suatu saat ia pasti memperkenalkan istri keduanya kepada mereka. Kapan? Entah!. Sedangkan ayah tiri Aurora jangan ditanya lagi, semenjak ia meninggalkan rumahnya dengan setumpuk hutang, pria itu tak pernah lagi menampakan batang hidungnya.
Ijab kabul telah selesai diucapkan Alvaro dengan satu tarikan nafas. Alvaro dan Aurora kini resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka saling tukar cincin. Aurora meraih tangan Alvaro dan mencium punggung tangan itu dan Al mencium kening sang istri di mana langsung mendapat ledekan oleh sang asisten bersama yang lain.
Para sahabatnya pun menyalami dan memberikan pelukan mengucapkan selamat. Semoga bahagia dan tak selalu ditinggal lagi. Begitulah kata para sahabat Alvaro, membuat Al melemparkan tatapan tajamnya.

Book Comment (149)

  • avatar
    ButonSuci

    pada part ini aku suka karna mengingatkan kita tentang perjuangannya melahirkan kita maka kita jua sebagai anak.. jangan membangkang kpd ibu

    12d

      0
  • avatar
    AlifAlifff

    bagus

    01/08

      0
  • avatar
    SevimaifrentiSevimaifrenti

    sangat bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters