logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Tentang Ayah

Aku langsung mengecheck handphoneku. Dan benar saja dugaanku, Arfan menyimpan nomor ponselnya di handphoneku dengan nick name
‘Pacarku ganteng’.
Gila, ini benar-benar gila! Mana mungkin bisa aku berpacaran dengannya secepat ini. Aku saja selama ini belum pernah berpacaran. Kalau memang Arfan sudah menjadi pacarku, itu artinya dia itu pacar pertamaku.
Ah, sial sekali aku ini. Punya pacar, tapi preman macam dia. Eh, tunggu, kenapa aku jadi mengakuinya sebagai pacarku?
Aku masuk ke dalam rumah dengan suasana hati yang tak karuan. Daripada aku memikirkannya terus, lebih baik aku mengejarkan PR matematika saja.
Malam harinya, Arfan tiba-tiba saja mengirim sms saat aku tengah mengerjakan PR ku. Dan, isi smsnya itu benar-benar membuatku melongo tak percaya.
Dear pacarku Karisa, jangan lupa sholat isya dulu sebelum tidur. Setelah itu, jangan lupa baca doa sebelum tidur. Tahu kan doanya seperti apa? Atau perlu gue ajari?
1 menit kemudian, ada whatssapp masuk. Ternyata, itu whatssapp dari Arfan. Ia mengirimkan sebuah voice note. Karena penasaran, aku membuka voice note darinya dan aku dengarkan sendiri dengan rasa malas. Begitu mendengarnya, sontak rasanya aku ingin sekali tertawa. Dia tiba-tiba saja mengirimkan doa sebelum tidur dengan suaranya sendiri. Dan, di akhiri dengan suara kucing.
Aku tidak mengerti arti dari suara kucing itu apa. Tapi, tiba-tiba saja dia mengirim chatt dan menjelaskan arti dari suara kucing tersebut.
Itu artinya selamat tidur.
Aku geleng-geleng kepala melihat sikap Arfan yang unik. Padahal, wajahnya itu garang seperti preman jalanan. Tapi, kelakuannya ajaib banget kalau sudah menghadapi perempuan. Apa benar aku sudah berpacaran dengannya? Aku masih tidak percaya dengan kejadian yang sesingkat ini.
Saat aku tengah sibuk memikirkan Arfan, ayahku tiba-tiba saja mengirim pesan via whatssapp. Mendadak, aku jadi lupa soal ayahku yang sedang dinas ke luar kota. Gara-gara pria aneh ini, aku jadi melupakan ayahku sendiri. Duh, jadi kangen ayah.
Aku membuka isi pesan ayah yang beliau kirim via whatssapp. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri ketika melihat isi pesannya itu. Iya, dia adalah ayahku yang paling aku sayangi.
I love you, honey. Jangan begadang lagi, sana cepat tidur. Jangan nonton drama Korea terus. Sampai jumpa nanti di rumah :* peluk cium dari ayah untukmu.
“I love you to, Ayah,” kataku pelan begitu membaca isi pesan text darinya.
Father is my hero. Aku sangat dekat sekali dengan ayahku. Ayahku yang baik, paling mengerti aku, sering memanjakan aku dan melimpahi aku dengan sejuta kasih sayangnya. Dia tampan, tinggi, keren, dan mempesona.
Saat aku kecil, aku pernah mempunyai impian ingin menikahi ayahku sendiri. Tapi, aku sadar itu tidak mungkin. Karena aku adalah anak kandungnya.
Setelah beranjak dewasa, aku mempunyai sebuah impian lain. Kalau aku menikah nanti, aku ingin mempunyai suami seperti ayah. Bahkan, aku sempat berpikir tidak ingin menikah dan hidup berdua saja dengan ayahku. Itu sudah lebih dari cukup. Tapi, aku tahu itu juga tak mungkin.
Ayahku itu keren, aku bangga padanya. Dia pekerja keras, dia selalu berusaha meluangkan waktunya untukku, walau aku tahu ayah sibuk mencari uang untuk masa depanku. Kadang, aku merasa kasihan padanya.
Semenjak bunda meninggal 11 tahun yang lalu, ayah tidak pernah menikah lagi. Padahal, dulu aku sering kali meminta ayah untuk menikah lagi, bahkan aku sempat menjodohkannya. Tapi, ayah selalu menolak dengan alasan yang membuatku terenyuh begitu mendengarnya.
“Kenapa ayah tidak mau menikah lagi?” tanyaku, saat aku berusia 14 tahun.
“Hanya ayah saja cukup untukmu, Sayang. Ayah bisa ko berperan seperti bunda sekaligus ayah untukmu.”
“Tapi, ayah jadi kesepian. Risa tidak ingin melihat ayah kesepian,” kataku dengan mata berkaca-kaca.
“Ayah tidak kesepian. Kan, ada Risa bersama ayah. Ayah tidak ingin mengkhianati bundamu, ayah sangat mencintai bundamu, Risa.”
“Tapi, bunda juga nggak akan marah kalau ayah menikah lagi. Ini demi kebaikan ayah juga.”
Ayah tersenyum dan memelukku begitu erat.
“Risa, ayah masih belum siap untuk berkeluarga lagi seperti dulu. Cinta ayah terlalu besar untuk bundamu. Terlalu murni, sampai-sampai ayah tidak bisa mencintai orang lain selain bundamu. Biarkan semua ini mengalir seperti air. Kalau ayah ditakdirkan untuk menikah lagi, ayah pasti akan menikah.”
Begitulah jawaban ayahku. Ayahku yang hebat, dia selalu berusaha membuatku bahagia dan membuatku tidak kesepian. Tapi, terkadang aku juga merindukan kasih sayang seorang ibu. Aku juga ingin memiliki ibu yang bisa mendengarkan ceritaku tentang seseorang yang aku suka, belanja bersama dengannya, masak bersamanya, dan lain hal sebagainya. Aku iri dengan mereka yang mempunyai ibu.
Semua peran ibu itu sudah diambil sepenuhnya oleh ayahku. Ayah tahu kalau aku merindukan bunda, makanya ayah selalu berusaha untuk mengerti aku. Ketika pertama kali aku haid, aku menangis dan merengek padanya. Bahkan, ayah tak malu untuk membelikan aku pembalut dan juga obat untuk meredakan sakit perut. Ayah juga sering kali mendengarkan cerita-ceritaku di sekolah dengan beberapa pria yang aku sukai.
Ayah juga sampai belajar memasak hanya untuk menemaniku, kalau suatu waktu aku ingin memasak. Ayah juga sering menemaniku belanja, ke salon, bahkan ayah masih sering menyisir rambutku dan tidur bersamaku. Tapi, semenjak aku sudah beranjak remaja, aku tidak pernah tidur bersama ayahku lagi.
Begitulah sepenggal cerita tentang ayahku yang paling aku sayangi.

Book Comment (239)

  • avatar
    KhairunnisaYasmin

    mayan

    29d

      0
  • avatar
    1207Sumi

    trpesoba dengan ceritanya

    28/07

      0
  • avatar
    risristi

    bagus banget

    18/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters