logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7

Luna telah kembali dari ruangan Varo, teman-temannya menunggunya dan melempari bermacam-macam pertanyaan tapi satupun tidak ada yang Luna jawab. Ia berpikir bosnya hari itu sedang mabuk atau mungkin salah minum obat. Luna memutuskan untuk tidak mengatakan apapun kepada teman-temannya.
Ia memilih bersiap untuk pulang karena hari sudah mulai sore. Semua pegawai kantor sudah meninggalkan gedung yang menjulang tinggi itu. Luna dan Mutia telah tiba di kost mereka. Mandi dan mencoba untuk mengobrol sedikit. Luna memilih melupakan semua yang terjadi hari ini di kantor. Ia tidak menganggap serius ucapan bosnya.
Sedangkan Mutia penasaran dengan kejadian apa yang telah membuat Luna sampai di panggil oleh bos mereka. Mutia lebih dulu kerja di sana. Belum pernah ia secara pribadi bertemu dengan orang nomor 1 di kantor tempat ia bekerja. Meskipun penasaran Mutia tetap tidak menanyakan apapun kepada Luna. Mutia lebih memilih untuk tidur.
Luna menatap langit-langit di kamar kost miliknya. Ia tidak bisa tidur kali ini , ia mengenang kembali kejadian empat tahun lalu. Saat kekasihnya pergi untuk selamanya, meninggalkan rasa rindu teramat dalam di hati Luna hingga saat ini. Ia tidak mampu melupakan kekasih masa lalunya. Belum ada laki-laki yang bisa menempati ruang terdalam di hati Luna.
Meskipun telah memutuskan hubungan dengan David sebelum keberangkatannya ke Kanada untuk menemui ayahnya, nyatanya Luna masih setia menunggu David hingga kini. David telah di nyatakan sebagai salah satu korban kecelakaan pesawat empat tahun yang lalu. Hati Luna tetap sama seperti awal ia jatuh cinta kepada David. David adalah sahabat kecil Luna. Saat Luna berumur 17 tahun ia dan David berpacaran. Perbedaan umur David dan Luna 5 tahun lebih tua.
David ,atas dorongan dan permintaan ibunya ia pergi menemui ayahnya yang saat itu berada di Kanada. Saat itu David yang baru selesai menyelesaikan kuliahnya tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti ibunya yang sakit-sakitan. Kepergiannya yang sampai detik ini.
Saat Luna hendak memejamkan matanya untuk tidur, buliran air matanya menetes mengingat kisah cinta di masa lalu.
Satu-satunya yang pergi meninggalkan keindahan itu hanyalah SENJA. Selain itu, yang pergi selalu menyisakan LUKA.
Luka di hati Luna yang belum bisa terobati. Menangis mengadu hanya pada malam, hanya malam tanpa suara yang memahami dan membiarkannya menangis tanpa bertanya. David tidak ingin membuatnya menunggu dan menunda kebahagian demi dirinya yang tidak tahu kapan akan kembali. Ia mengakhiri hubungan yang sejujurnya masih ingin Luna pertahankan.
Takdir berkata lain , David justru menjadi korban jatuhnya sebuah pesawat dan telah menyatakan meninggal dunia. Jika masih di berikan kesempatan bertemu lagi, Luna hanya ingin mengatakan bahwa ia begitu rindu. walaupun hanya lewat mimpi. Luna terlelap dan berpelukan dengan luka di hatinya.
Malam itu telah berlalu, mentari pagi menerobos diantara celah gedung yang menjulang tinggi di kota itu. Luna telah menyelesaikan tugasnya pagi ini. Ia kembali ke loket penyimpanan barang karyawan yang berada khusus di sebuah ruangan.
Saat ia menutup loket penyimpanannya, Luna kaget dengan kehadiran seorang pria di sampingnya.
Bagaimana mungkin seorang pimpinan perusahaan berdiri di sana. Belum pernah dalam sejarah kepemimpinannya mendatangi sebuah ruangan khusus karyawan. Lukas berdiri di belakangnya.
Luna melirik kanan dan kiri memastikan di ruangan itu tidak ada orang selain dirinya.
Luna menganggukkan kepalanya , sebuah rasa hormatnya kepada seorang yang kini berdiri di depannya.
"Ikutlah dengan ku!" Kata Varo kepada Luna.
"Tapi, saya.." Belum sempat Luna melanjutkan kata-katanya. Teman kerjanya yang baru saja kembali tidak berhenti menatap Varo dari dekat. Teman yang lainnya juga mulai berkerumun di belakang.
"Baik Pak."
Luna mengikuti Varo dan Lukas berada di belakang mereka. Demi menghindari kecurigaan teman-temannya, Luna terpaksa mau ikut dengan Varo. Luna tidak tahu akan dibawa kemana. Ia hanya duduk diam di dalam mobil di sebelah kanan Varo.
Mobil itu berhenti di sebuah Villa, Luna turun dari mobil dan ia melihat suasana di sekitar. Villa itu cukup jauh dari perkotaan. Tempatnya begitu tenang nan asri.
"Ini dimana, Pak?" Luna memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Nanti kamu akan tau."
Varo mendahului Luna untuk masuk kedalam. Lukas masih berada di belakang. Ada keraguan yang menyelimuti hati Luna. Kakinya berat untuk melangkah. Varo adalah bosnya, bukan berarti dia harus menuruti semua keinginanya.
Mengumpulkan keberaniannya, Luna mengikuti langkah Varo.
Di sebuah kamar dengan disign yang begitu elegan , Varo membawa Luna masuk kedalam. Varo mengunci secara otomatis pintu kamar itu dari dalam.
"Apa yang sebenarnya ingin Bapak lakukan?" Tanya Luna waspada.
"Tawaran saya yang kemarin masih berlaku, pikirkan sekali lagi!"
"Bukankah Bapak punya segalanya? Bapak bisa mendapatkan apapun yang Bapak mau kecuali saya. Saya tidak bisa melakukan pernikahan karena uang"
"Saya tidak menawarkan uang"
"Lalu apa yang Bapak mau dari saya?"
Varo tidak menjawab pertanyaan Luna. Ia memilih untuk mendekati wanita yang tingginya hanya sampai lehernya saja. Menghindari Varo, Luna melangkah mundur hingga terjebak oleh dinding yang berada di belakangnya.
Varo mengunci tubuhnya, Luna teringat pesan bibinya di kampung. Kehidupan di kota tidak pernah sama dengan kehidupan di kampung. Luna harus pandai menjaga dirinya. Seketika ia memberontak saat Varo akan menyentuh dirinya.
"Jangan sentuh saya! saya bukan seperti wanita lainya."
Tidak mendengarkan perkataan Luna , Varo semakin mengunci tubuh Luna diantara dinding dan kedua tanganyanya. Saat Varo akan mencoba menciumnya.
PLAKK..!
Tamparan keras mendarat di wajah tampan Varo, terlihat Laki-laki yang tingginya 180 itu menahan rasa sakit di wajahnya. Luna tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan , ia baru saja menampar orang nomor satu di tempat ia bekerja. Luna menahan slivanya dan menatap wajah Varo dengan perasaan bimbang.
Di ujung bibirnya, Varo menyeka darah segar yang mengalir. Tamparan Luna membuatnya terluka tapi ia tidak marah sama sekali.
"Maaf saya tidak melakukan ini, saya mencintai laki-laki lain." Luna menunduk menangis, ia mengiba pada Varo agar melepaskan dirinya.
"Siapa laki-laki yang sudah membuatmu begitu setia?"
"Seseorang tidak akan pernah aku temui, tapi ia tetap tinggal di dalam hatiku."
"Bukankah dia menyuruhmu untuk tidak menunggunya? lalu kenapa kamu bertahan untuk sesuatu yang sudah kamu tahu akan membuatmu kecewa?"
Deggh!
Jantung Luna berdetak hebat, darimana Varo tahu tentang hal itu? Mungkinkah ia mengenal David? atau masih banyak pertanyaan lain lagi di hati Luna.
"Darimana Bapak tahu soal itu?"
"Tidak ada yang tidak ku ketahui, dia bahkan tidak menghubungi kamu setelah ia memutuskan hubungan kalian kan?"
"Iya, apa Bapak juga..."
"Kecelakaan pesawat itu telah merenggut nyawanya!"
Baru saja Luna ingin bertanya kalau Varo mengetahui sesuatu yang telah terjadi pada David. Varo bahkan sudah mengatakannya terlebih dahulu.

Book Comment (1821)

  • avatar
    Jaclyn Ensuna

    bagus ka

    3h

      0
  • avatar
    Dulu bosFree firee

    ingin diamond se banyak banyak nya

    9h

      0
  • avatar
    BonilovaAurel

    cerita nya bagus

    21h

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters