logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6

Setelah kepulangan ayahnya, Varo kembali duduk dan memikirkan perkataan terakhir ayahnya. Varo kali ini benar-benar membuat Adam Jordan marah. Tapi, bukan itu masalahnya, ia tidak pernah berbohong selama ini, kenapa ia tiba-tiba mengatakan hal yang konyol.
Darimana ide itu datang dan ia begitu berani mengatakannya. Bukan Elvaro namanya kalau ia tidak berani mengambil resiko. Pantang ia menarik kata-katanya. Darah Adam yang mengalir di tubuhnya, mereka yang memiliki sifat dan kepribadian sama akan tetap pada prinsip masing-masing. Tidak perduli badai seperti apa, Varo tetap mempertahankan keputusanya. Ia tidak mau di jodohkan dengan wanita manapun.
Lukas berdiri disana, ia selalu setia sama tuanya. Lukas ingin bertanya soal calon istri yang tuanya maksud. Namun, sebaiknya Lukas menunggu tuanya itu yang lebih awal menceritakan hal ini. Lukas tahu ini adalah masalah yang sangat sensitif. Lukas tidak ingin menyinggung tuannya.
Varo menyesap rokoknya, ia berjalan ke arah jenjedela dan terlihat berpikir sesuatu.
"Bawa dia untuk ku!"
Lukas mengernyitkan alisnya bingung, siapa yang tuannya maksud kali ini?
"Maaf, Tuan. Siapa yang Tuan muda maksud?"
Varo menoleh ke arah Lukas yang tampak bingung. Varo berjalan beberapa langkah dan berdiri di sana.
"Luna!"
Apa wanita yang di maksud tuan muda sebagai calon istrinya itu adalah Luna?
Pertanyaan itu terlintas di hati Lukas, walaupun begitu Lukas tidak mau mempertanyakan hal itu.
"Bawa dia untuk ku!" Perkataan Varo tegas dan tidak bisa di di bantah.
"Baik Tuan."
Lukas pergi untuk menemui Luna ke ruangan cleaning servis. Dua orang laki-laki di belakangnya. Mereka berdua selalu siapa menerima perintah dari Lukas kapan saja. Karena ini adalah tugas pangkas dan Lukas belum bisa memprediksi resiko yanga akan ia terima jika membuat kesalahan pada hal ini, Lukas memilih untuk terjun sendiri tanpa mengandalkan anak buahnya.
"Dimana dia?"
"Maaf, Pak. Anda sedang cari siapa?" Tanya OKI yang saat melihat kedatangan Lukas langsung berdiri.
"Luna!"
Semua orang di ruangan itu melihat kearah Luna. Pikiran semua teman-temannya sama.
"Kesalahan apa yang telah Luna lakukan sehingga Lukas Asisten Varo itu datang langsung ke ruangan mereka. Sesuatu yang langka terjadi di kantor itu. Biasanya seseorang akan memangilnya ke ruangan itu dan merekalah yang datang ke ruangan Pak asisten.
Luna mendekat ke arah Lukas dan ikut pergi bersamanya. Bukan hanya teman-temannya yang di liput pertanyaan, Luna juga bertanya-tanya dalam hatinya. Apa yang telah dirinya lakukan sehingga ia di cari oleh Asisten pribadinya bos. Akan dua hari bertugas membersihkan ruangan bosnya ia melakaun kesalahan? Entahlah.
Saat mereka memasuki ruangan Varo, laki-laki itu sedang menunggu mereka. Karena tidak ada perintah untuk keluar dari ruangan tuanya, Lukas tetap berdiri seperti biasa dan melihat semua yang hari ini membuatnya mempunyai banyak pertanyaan .
Luna masih berdiri di depan Lukas, Varo kemudian mendekati dirinya. Di tatapnya gadis itu , jarak diantara mereka hanya beberapa cm saja. Luna melihat ke arah Lukas. Sebuah anggukan kecil dari Lukas mengisyaratkan dirinya untuk tetap tenang dan tidak akan ada masalah apapun.
"Menikahlah denganku!"
Degh!
Luna merasa tubuhnya sedang di sambar oleh petir, ia tidak pernah bermimpi menjadi istri seorang CEO .
"Maaf, Pak. Kalau Anda ingin bercanda tidak masalah tapi ini tidak lucu." Perkataan Luna membuat Varo mendekat satu langkah ke depan.
Tapi, Luna justru mundur satu langkah menghindari jarak yang begitu dekat antara dirinya dengan Varo.
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Kalimat pertanyaan sekaligus penegas bahwa kata-kata sebelumnya tidak ada yang salah.
"Maaf, Pak. Untuk bisa bekerja disini dengan posisi yang tidak terlalu di pandang oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat berharga untuk saya. Apalagi memiliki bos yang baik seperti Anda. Satu paket yang mungkin tidak akan saya temui di luar sana." Luna tertunduk dan terdiam sejenak.
"Saya cukup tahu diri , Tuan. Tidak mungkin saya selancang itu." Luna melanjutkan kata-katanya.
"Jika saya yang menginginkan kamu, Apa kamu akan menolak?" Mungkin kah bosnya ini minum terlalu banyak. Ia pasti sedang meracau pikir Luna. Baru saja ia mendengar gosip tentang bosnya yang menolak beberapa wanita cantik termasuk wanita yang datang ke kantor pagi tadi.
Luna bertemu dengannya, wanita itu terlihat sangat cantik dan nyaris sempurna. Wanita seperti itu saja dia tolak, bagaimana wanita di bawah rata-rata berani bermimpi bisa bersanding dengan Tuan muda. Hal yang seperti kejadian tadi pagi kata teman-teman Luna, itu sudah sering terjadi.
"Mungkin Anda salah orang, Pak. Saya harus menjelaskan siapa diri saya kepada Anda. Saya adalah seorang cleaning servis. Saya tidak satara dengan Anda. "
Lukas melihat Luna yang saat itu menolak tuanya sopan. Lukas memang sepemikiran dengan Luna. Tapi, Lukas mengenal siapa tuanya itu.Ia tidak akan mengulangi kata-katanya jika hal itu bukan Malasah yang penting.
"Pikirkan baik-baik, Saya menginginkan kamu dan ..." Varo menggantungkan Kata-katanya.
Varo menyentuh dagu Luna lembut, menyadari hal itu Luna langsung menepis tangan Varo.
"Maaf,Pak. Apa ada hal lain yang ingin Anda katakan. Saya masih banyak kerjaan." Perkataan Luna membuat Varo tersenyum. Jadi, wanita ini tidak mudah di dapatkan pikir Varo. Karena Varo terdiam Luna menganggap dirinya sudah bisa keluar dari ruangan itu.
"Nona sebaiknya Anda tidak menyinggung Tuan Muda!" Lukas memperingatinya Luna saat hendak ke luar membuka pintu ruangan itu.
Varo mengangkat tangannya tanda perintah kepada Lukas untuk membiarkan Luna pergi.

Book Comment (1822)

  • avatar
    Pika '_'

    AGUS👍👍👍

    2h

      0
  • avatar
    Jaclyn Ensuna

    bagus ka

    5h

      0
  • avatar
    Dulu bosFree firee

    ingin diamond se banyak banyak nya

    11h

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters