logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5

Dengan sangat hati-hati Luna membawa nampan berisi makanan yang sudah di pesan oleh sang CEO. Luna membuka pintu dan meletakkan nampan itu di sebuah meja yang ada di ruangan itu. "Silahkan, Pak!" Luna berdiri di sebelah kiri meja, ia menunggu Varo untuk mencoba masakannya.
"Maaf,Pak. Sebelumnya saya belum pernah masak untuk orang lain. Jadi, itu adalah resep dari Bibi saya. Jika rasanya kurang cocok sama Bapak nanti akan saya ganti lagi." Luna mengatakannya penuh hormat kepada Varo selaku petinggi perusahaan.
Ini adalah yang pertama bagi Luna untuk membuatkan orang sepenting Varo makanan. Sebelumnya ia hanya memasak untuk keluarga pamannya saja. Resepnya juga sederhana. Bukan resep masakan ala Restauran.
Varo mencicipi makanan buatan Luna, satu sendok di kunyanya dan ia terdiam sejenak. Seperti mengingat akan sesuatu. Luna khawatir rasa makanan buatannya itu tidak cocok dengan lidah Bosnya. Luna dengan segala kehawatiranya mencoba untuk tenang.
Dilihatnya Varo kembali memotong masakan itu dengan garpu. Memakanya hingga habis. Luna mengelus pelan dadanya bertanda lega. Entah masakannya yang enak atau bosnya itu sedang lapar. Luna tidak perduli apapun alasannya, yang ia butuhkan adalah selamat dari terkaman kemarahan bosnya akibat makanan yang ia buat tidak enak.
"Sejak kapan kamu datang ke kota ?" Pertanyaan bosnya membuat Luna mengernyitkan dahinya. Pertanyaan itu bukan pertanyaan antara bos dan karyawan. Seharusnya pertanyaan itu adalah "Sejak kapan kamu mulai bekerja disini?"
"Saya bertanya sama kamu!"
"Ah, maaf Pak. Saya sudah dua bulan datang dari kampung. Dan berkerja disini."
Varo menyilangkan satu kakinya yang panjang di atas kakinya yang lain. Ia menatap Luna yang sedang berdiri tertunduk masih di posisi yang tadi. Luna tidak berani untuk melihat ke arah Varo dan menatanya. Itu tidak akan pantas. Seorang karyawan tidak seperti itu terhadap atasannya.
Tok..tok..tok.
Pintu ruangan itu di ketuk oleh seorang sekretaris kepala yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada Varo.
"Maaf, Pak. Tuan besar datang untuk bertemu. Asisten Lukas telah menjemputnya di lantai satu."
Tuan besar adalah ayah Varo yang sudah pensiun dan posisinya sekarang di gantikan dengan Varo. Tidak kunjung mau menikah membuat ayahnya terpaksa harus ikut campur dalam mencarikannya pendamping hidup.
"Saya pamit keluar dulu, Pak." Luna membawa piring yang kotor keluar. Mendengar Tuan besar datang berkunjung ke kantor, Varo bisa menebak apa yang membuat laki-laki tua itu datang menemuinya.
"Apa dia datang sendiri?"
"Dia bersama seorang wanita dan seorang rekan bisnis yang memiliki saham terbanyak setelah Anda di Jordan group , Pak."
"Hesstt, Laki-laki tua itu, kenapa ia tidak mau menyerah juga."
Yang di maksud laki-laki tua adalah ayahnya. Adam Jordan. Ia terus mencarikan jodoh yang terbaik untuk anaknya. Sedangkan Varo, ia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun,secantik dan setajir apapun ayahnya. Ia suka mencarinya sendiri tanpa harus ada kriteria khusus untuk pasangannya nanti.
Lukas dan Tuan besar sudah menaiki lift VIP menuju ruangan Varo. Seolah tidak mengetahui akan kedatangan ayahnya. Varo pura-pura sibuk dengan pekerjaannya dan tidak melakukan menyambutan atas kedatangan ayahnya dan orang-orang yang di maksud oleh sekretaris Hana.
"Kamu pasti sangat sibuk sehingga tidak menyambut kedatangan Ayahmu yang sudah tua ini." Perkataan ayahnya itu jelas adalah sindiran untuk Varo. Meskipun begitu, Ia tetap pura-pura sibuk dan tidak menghiraukan kedatangan ayahnya dan rekan bisnisnya itu.
"Sambutlah kedatangan Pak Liem dan Putrinya Meisya. Kedatangan mereka adalah suatu kehormatan untuk kita."
"Bukankah kaki Ayah sakit, bagaimana Ayah bisa meninggalkan rumah dalam keadaan lemah?" Varo kembali mentor ayahnya yang mau membuang-buang waktu hanya untuk sesuatu yang yang pasti Varo tolak.
"Lihatlah Pak Liem, dia sangat menghawatirkan ku."
Adam Jordan mengalihkan pembicaraanya, ia tahu Varo tidak senang dari raut wajah dan nada bicaranya. Gelak tawa dari Pak Liem terdengar saat Adam Jordan begitu membanggakan putra sulungnya itu.
Akhirnya setelah beberapa menit kemudian, Varo duduk di lingkaran mereka. Ekspresi wajah yang datar saat ia melihat wanita yang ada di hadapanya itu. Meskipun sudah menyungging senyum di bibirnya, tetap saja membuat Varo menatapnya tanpa ekspresi apapun.
Meisya menyukai Varo saat pertama kali melihatnya beberapa waktu itu, disebuah perjamuan makan malam. Ia jatuh cinta dan mengatakan hal itu pada ayahnya. Adam Jordan memberikan lampu hijau dan siap mendukung mereka jika ingin ke jenjang yang lebih serius.
Seperti pada wanita-wanita sebelumnya. Varo menolaknya secara langsung di depan ayahnya dan juga Adam Jordan.
"Saya sudah memiliki calon istri, saya tidak bisa jika harus meninggalkanya." Pengakuan Varo tidak hanya membuat Adama dan Pak Liem juga Meisya kaget. Lukas yang setiap hari bersama dengan tuanya itu juga di buat kaget oleh pengakuannya itu. Tuanya telah memiliki calon istri bagaimana dirinya bisa tidak mengetahui akan hal itu? Tidak ada rahasia antara dirinya dengan tuanya itu selama ini. Lalu sejak kapan tuanya memilikinya?
Lukas melihat guratan kekecewaan pada wajah Tuan Besar. Meisya merasa telah di permalukan oleh Varo, dengan menenteng tas branded nya, Meisya keluar dari ruangan Varo. Pak Liem menyusul putrinya. Adam Jordan marah, untuk yang kesekian kalinya anak satu-satunya itu mempermalukan dirinya.
"Berhentilah untuk mempermalukan dirimu, Ayah!"
"Jika kamu tidak membawnya kepada ku, kamu harus menikahi Meisya atas nama Jordan group."
Adam meninggalkan ruangan Varo dengan rasa kecewa yang tidak bisa di jelaskan.

Book Comment (1822)

  • avatar
    Pika '_'

    AGUS👍👍👍

    3h

      0
  • avatar
    Jaclyn Ensuna

    bagus ka

    7h

      0
  • avatar
    Dulu bosFree firee

    ingin diamond se banyak banyak nya

    13h

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters