logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3

Pagi itu setelah tiba di tempat kerja. Luna dan Mira sedang bersiap untuk bekerja.
"Lun, bagian kamu di ruangan Pak Varo ya!"
Degh!
Luna langsung teringat mimpinya.
"Kenapa Luna kak?"
"Eni enggak masuk, dia cuti hari ini."
Kata Oki yang Luna panggil dengan sebutan kakak itu.
"Ingat jangan sampai melakukan kesalahan apapun di sana!" Oki mengingatkan Luna.
"Baik kak."
Luna segera pergi ke ruangan sang CEO.
Ia harus segera membersihkan ruangan orang yang paling penting di kantor itu. Sebisa mungkin Luna membersihkannya sebelum Pak Varo datang. Ia menjadi benar-benar takut dengan cerita yang beredar tentang bosnya itu. Pak Varo yang terkenal tidak pernah menggunakan hatinya dalam urusan pekerjaan.
Jika salah maka tidak ada toleransi. Hukum atau langsung pecat. Parasit dalam perusahaan harus di musnahkan. Memberi ampun atau kesempatan kedua adalah seperti memelihara seekor ular.
Lambat laun yang namanya ular pasti akan menggigit juga. Begitulah prinsip Varo dalam membangun bisnisnya. Jadi, jangan sekali-kali melakukan kesalahan yang fatal jika ingin masih bekerja di perusahaannya.
Meskipun sudah berusaha sekuat mungkin, Luna tetap kalah cepat dengan bosnya itu. Pak Varo datang saat Luna masih ada di ruangan itu. Saat yang bersamaan dengan Varo membuka pintu ruangannya saat itu juga Luna hendak keluar dari sana.
"Maaf Pak, saya tidak tahu Bapak mau buka pintu."
Luna yang saat itu hampir menabrak Varo segera meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Kenapa kamu ada disini?"
"Saya, saya membersihkan ruangan Bapak. Karyawan yang biasa bertugas disini sedang cuti Pak"
"Kalau begitu buatkan saya kopi, saya tidak suka terlalu manis"
"Baik Pak."
Luna pun segera meninggalkan ruangan Pak Varo , ia akan segera kembali untuk membawa secangkir kopi.
Luna pun kembali membawa secangkir kopi. Luna meletakkannya di atas meja kerja Varo. Karena grogi, ia tidak sengaja menyenggol sebuah buku yang ada di meja itu. Hampir saja kopi yang ia taruh di meja terjatuh ke Varo. Dengan perasaan takutnya, Luna meminta maaf sekali lagi sehingga membuat Varo yang tadi sibuk dengan berkas-berkasnya menatap wajah Luna. Ia tertegun. Di tatapnya lagi lebih dalam. Melihat tatapan bosnya seperti itu, Luna takut akan di marahi olehnya.
"Permisi Pak, saya keluar dulu"
"Tunggu!!"
"Iya Pak, Apa ada yang bisa saya bantu?"
Luna berbalik karena Varo menghentikan langkahnya.
"Lupakan!"
Luna pun melangkah keluar dan melanjutkan pekerjaannya lagi. Untung tidak terjadi apa-apa di ruangan Pak Varo pikir Luna. Luna masih sangat beruntung saat keluar dengan keadaan yang baik-baik saja dari ruangan bosnya itu. Luna yang saat itu tidak bisa menyembunyikan perasaan takutnya akhirnya bisa bernafas dengan lega saat keluar dari ruangan Varo.
Ini semua gara-gara temanya yang sering menakut-nakuti dirinya soal Pak Varo. Mereka bilang Pak Varo galak lah, Pak Varo kejam lah, dan lain-lain tentang bos mereka itu.
Luna bukan takut apa-apa, dirinya hanya takut melakukan kesalahan dan kemudian di pecat dari pekerjaan yang saat ini sangat berharga bagi dirinya dan keluarganya di kampung.
Luna sudah berjanji akan membantu pama dan bibinya untuk melunasi hutang-hutangnya.
Kepergian Luna dari ruangannya, Varo merasa sesuatu telah terjadi padanya.
Ia pun menyuruh Lukas untuk masuk ke ruangnya.
"Iya Tuan, Apa yang membuat saya di panggil kesini?" Lukas telah berada di depan Varo.
"Apa wanita yang membersihkan ruangan saya hari ini adalah karyawan baru?"
Tentu saja Lukas tidak tahu siapa yang membersihkan ruang bosnya itu pagi ini.
"Apakah dia melakukan kesalahan Tuan?"
"Cari tahu tentang dia dan beri tahu saya nanti"
"Akan saya cari tahu Tuan."
Lukas lalu memanggil Oki selaku ketua bagian mereka setelah meninggalkan ruangan Varo.
"Masuklah!"
Oki yang mengetuk pintu ruangan Lukas segera masuk. Iapun kemudian duduk setelah di persilahkan oleh Lukas.
"Siapa yang membersihkan ruangan Pak Varo hari ini?"
"Namanya Luna Pak, dia baru dua bulan bekerja disini." Saat itu Oki sudah khawatir saat di panggil ke ruangan Lukas. Pasti ada yang salah pikirnya.
"Saya hanya mencari tahu siapa yang membersihkan ruang Pak Varo hari ini"
"Maaf Pak, Apa Luna melakukan kesalahan?"
"Kita akan tahu nanti, Saya hanya butuh tahu namanya saja nanti saya akan cari tahu sendiri data-datanya." Lukas juga sebenarnya belum tahu kenapa bosnya itu menyuruhnya untuk mencari data-data Luna.
"Baik Pak, kalo begitu saya pamit dulu."
Oki pun segera meninggalkan ruangan Lukas. Apa yang terjadi dengan Luna, Oki tidak tahu. Ia pun hanya diam saja dan kembali ke ruangan yang memang khusus untuk mereka. Semua sudah berada di ruangan itu,termasuk Luna.
Di setiap jam istirahat kantor, mereka memang akan berkumpul di ruangan itu.
"Kamu enggak ngelakuin kesalahan kan tadi, Lun?"
Seketika semua mata melihat ke arah Luna.
"Enggak kok Kak, Pak Varo hanya meminta kopi dan sudah saya antar"
"Apa kopinya sudah kamu kasih gula?"
"Iya kak, udah aku kasih semua"
"Apa Luna melakukan kesalahan kak?" Tanya Mutia.
"Aku harap tidak. Tapi, aku tidak berani jamin apa-apa."
Oki kemudian meninggalkan teman-temannya yang sudah di buat bertanya-tanya atas pertanyaan Oki tadi.
Luna memang pertama kali bertugas membersihkan ruangan Pak Varo. Luna juga sudah sangat hati-hati tidak mungkin ia melakukan kesalahan.
Pak Varo juga tidak mengatakan apapun kepadanya. Luna hanya berharap tidak akan terjadi hal yang buruk kepadanya.
Hari itu berlalu seperti biasanya mereka pulang kerja dan melakukan aktifitas hanya di kos saja. Luna melupakan semua urusan pekerjaan saat sudah di kostnya. Ia membuat makanan bersama Mira. Mira yang kebetulan juga saat itu j tidak pergi kemana-mana. Mereka bercerita tentang masa kecil di kampung, Mira menceritakan bagaimana ia sampai akhirnya ke kota saat baru lulus sekolah menengah.
Hingga sampai saat ini dirinya masih betah bekerja di kota. Mutia juga bercerita tentang bagaimana ia bertemu dengan pacarnya yang sekarang. Luna menjadi pendengar yang sangat baik. Iapun mengatakan bahwa Mutia cukup kuat dan bertanggung jawab untuk keluarga nya di kampung. Ia benar, Mutia memang tulang punggung keluarga , semuanya bergantung kepada Mutia. Dari cerita hidup Mira, Luna sedikit bisa mensyukuri hidupnya.
Walau tidak lebih baik dari Mutia setidaknya dirinya bukan lah satu-satunya orang yang dengan ujian hidup yang begitu berat.
Di lain tempat, disebuah rumah yang terlihat sangat besar. Varo sedang menunggu Lukas di ruangan kerjanya.
Ia menunggu, tidak tahu kenapa ia baru kali ini menunggu dengan perasaan yang begitu bimbang. Sebelumnya Varo tidak mau menunggu siapapun apalagi dalam waktu yang lama. Ia menyesap berkali-kali rokoknya. Pandangannya lurus keluar jendela. Dengan memasukkan satu tangannya kedalam saku celananya ia berdiri di sana.
Lukas datang, ia membawa sebuah berkas. Varo membuka berkas yang di taruh di atas mejanya. Varo terdiam dan tidak mengatakan apapun kepada Lukas, Ia hanya melihat semua data yang Lukas bawa mengenai Luna. Apa yang Varo pikirkan tidak ada yang tahu, ia hanya berkali-kali melihat data-data Luna , Varo memastikan kalau data itu memang benar-benar milik Luna atau tidak.

Book Comment (1822)

  • avatar
    Pika '_'

    AGUS👍👍👍

    8h

      0
  • avatar
    Jaclyn Ensuna

    bagus ka

    11h

      0
  • avatar
    Dulu bosFree firee

    ingin diamond se banyak banyak nya

    17h

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters