logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 30

Ada kelegaan baik pada diri Zefannya ataupun Bima. Lega karena mereka telah bertemu, jarak yang tercipta karena kurangnya kabar kini sudah terkikis sedikit demi sedikit. Namun pertanyaan Zefannya masih saja tergiang dan selalu hinggap pada memorinya. Itu menjadi ketakutan dan beban sekaligus untuk Bima. Bahkan niat untuk melamarpun tidak pernah terbesit dalam benaknya saat ini. Bima pernah mengatakan pada kakaknya jika ia akan melamar Zefannya setelah Zefannya lulus, namun itu hanya ucapan semata agar Felysia berhenti bicara. Katakanlah Bima takut kehilangan Zefannya tapi tidak mampu untuk mengikatnya.
Bima menatap Vero dan juga Kirana yang sedang terlelap di tempat tidurnya. Ia urung untuk membangunkan Kirana dan lebih memilih tidur di sofa yang berada di samping kasur. Lelah, itu yang dirasakan Bima namun bukan lelah karena fisik karena itu bisa saja sembuh dengan istirahat. Lelah pikiran, baik itu dalam mengurus perusahaan juga memikirkan hubungannya. Dasar budak cinta.
***
“Pah, aku akan pergi ke Korea.” Duduk dengan tiba-tiba di samping ayahnya.
“Tidak ada jadwal rapat disana.” Fokus pada televisi tanpa melihat Adinata yang masih memohon di sampingnya.
“Aku tahu. Aku hanya ingin berlibur. Lagi pula beberapa bulan terakhir aku selalu berada di kantor dan mengikuti semua aturan yang papah inginkan. Jadi aku butuh liburan,” pintanya yang sangat mudah sekali, seperti minta permen.
Ayahnya terkejut, ternyata dia rajin karena ada maunya. Pantas saja Adinata selalu menurut dan tidak pernah membantah. Awalnya tuan Wigandra sangat senang dengan perubahan anaknya yang sudah mau menurut, tapi nyatanya semua perlu balas budi.
“Akan papah atur minggu depan. Ada beberapa berkas yang harus kamu kerjakan selama satu minggu ini.”
“Tidak bisa pah, aku ingin besok.”
“Minggu depan atau tidak pergi sama sekali?” tawarnya.
“Aku akan tetap pergi besok,” paksanya dan tidak peduli apapun yang terjadi.
“Baiklah, kau bisa pergi besok tapi tetap mengerjakan semua tugasmu.”
“Aku disana ingin berlibur bukan untuk bekerja,” rengeknya.
“Setelah pulang dari sana kau harus giat untuk bekerja lagi, papah tidak menerima bantahan apapun.” Keputusannya yang terakhir dan tidak bisa di ganggu gugat. Adinata pergi dan abai terhadap keputusan sang ayah. Negosiasi macam apa itu, hanya menguntungkan satu pihak.
Dia tidak peduli dengan semua keputusan ayahnya. Karena bagaimanapun Adinata akan tetap pergi. Katakanlah Zefannya mampu membuat Adinata untuk terus memikirkannya. Ia sudah mengirim pesan pada Zefannya namun sampai sekarang belum ada jawaban sama sekali. Sebenarnya Adinata malu dan beberapa kali memikirkan apakah ia harus menghubungi Zefannya atau tidak. Kesannya seperti mencari kesempatan tapi memang itu kenyataannya. Setidaknya ada satu benda yang menjadi alasan mereka bertemu kembali-payung di musim dingin.
***
Pagi ini Zefannya bangun karena ada kelas, jadi ia akan pergi bersama Bima di siang hari atau mungkin sore tapi sepertinya ia urungkan karena suasana hatinya sedang dalam kondisi tidak baik yaitu tidak ingin bertemu dengan banyak orang di hari ini. Sebenarnya Zefannya tidak enak hati juga karena ia disibukkan dengan kuliah dan tidak bisa memberikan waktu penuh untuk mereka. Meskipun Bima tidak pernah merasa keberatan tapi setidaknya hari ini perkuliahan terakhir di minggu ini dan di akhir pekan ia libur. Jadi sudah pasti ia akan merencanakan berlibur di akhir pekan-tepatnya lusa.
“Bagaimana kemarin? Rasa rindumu terobati?” ledek Yeri.
“Diamlah, apa kau tidak rindu pacarmu?” jawab Zefannya menyindir. Jelas sudah siapa yang harus Yeri rindukan selain keluarganya. Tidak ada pacar dalam kamusnya.
“Akhir pekan ini aku akan pergi dengan Bima ke Seoul kau mau ikut?”
“Tidak, aku ingin berkencan dengan kasurku.” Zefannya menggelengkan kepalanya tak habis pikir tapi Zefannya sangat setuju karena Yeri lebih banyak di luar bahkan terkadang Yeri tidak pulang ke asrama hanya karena tugasnya tapi setidaknya kamar asrama sekarang ada penghuninya yaitu Zefannya, berbeda dengan awal mereka yang selalu disibukkan di luar, kamar asrama mereka gunakan untuk tidur di saat akhir pekan saja.
“Yeri, wajar tidak jika aku takut?” nadanya terdengar begitu serius hingga Yeri fokus pada Zefannya yang berjalan di sampingnya.
“Takut untuk apa? Menurutku wajar saja, itu hal yang lumrah untuk manusia,” jawabnya enteng.
“Hubunganku rasanya hambar,” lirihnya.
“Kau mencicipinya?” canda Yeri.
“Aku berbicara serius Yeri,” Ketus Zefannya. Sedangkan Yeri tertawa, maksud Yeri berkata seperti itu agar Zefannya tidak larut dengan kesedihannya, tapi suasana hati Zefannya sepertinya sedang tidak baik karena sahabatnya ini tidak membalas candaanya.
“Baiklah, kenapa kau merasa hubunganmu hambar? Apa karena perempuan kemarin?”
“Tidak, jangan menyeretnya. Ini terlepas dari itu,” jawabnya yang sudah tahu perempuan yang dimaksud Yeri adalah Kirana.
“Lalu?”
“Aku takut jika Bima pergi atau mungkin aku yang pergi.”
“Sepertinya kau bingung dengan semuanya. Saranku lebih baik kau jangan terlalu memikirkan itu untuk saat ini, jalani saja dulu. Kau perlu fokus dengan kuliahmu dulu, hubunganmu itu bisa diatur nanti. Sebenarnya aku juga bingung harus memberi saran apa untuk hubunganmu tapi aku katakan ini yang kedua kalinya. Lebih baik kau fokus saja dulu dengan kuliahmu. Akhir-akhir ini nilaimu selalu menurun.” Zefannya diam, itu benar sangat benar. Kemana saja dia selama ini sampai nilai saja selalu turun, Zefannya sadar namun tidak ada pergerakkan untuk memperbaiki nilainya. Terlalu fokus pada hubungannya.
Mungkin saran yang Yeri berikan ada benarnya. Ia hanya perlu fokus untuk kuliahnya. Masalah hubungannya dengan Bima sebenarnya ia sudah tahu bahwa itu merenggang karena kurangnya komunikasi. Namun tetap saja masih ada yang mengganjal di perasaan Zefannya.
Kelas pun telah selesai. Zefannya dan Yeri keluar untuk mengisi perut karena sudah waktunya makan siang. Zefannya dan Yeri hanya membeli roti dan juga coklat dingin sebagai ganjal perut. Sepertinya roti sudah masuk kedalam makanan favorit keduanya. Bisa saja mereka makan di cafétaria dengan menu makanan yang sudah pasti mengenyangkan, namun mereka pergi kala perutnya memang menginginkan saja dan itupun sangat jarang sekali.
Duduk dibawah pohon menjadi pilihan mereka saat ini. Cuacanya sangat bersahabat terlihat dari sang mentari serta gumpalan awan putih yang tidak saling serakah dalam mengisi langit. Hari ini jadwal Zefannya hanya kuliah saja. Ia urungkan untuk bertemu Bima. Padahal Vero di hotel merengek untuk bermain dengan Zefannya. Tapi setelah Zefannya menghubunginya dan memberikan pengertian Vero setuju dengan syarat di akhir pekan ini Zefannya harus meluangkan waktu secara penuh untuk Vero.
Bukan Zefannya tidak ingin bermain dengan Vero atau bertemu Bima. Hanya saja entah kenapa hari ini Zefannya malas untuk bertemu orang banyak. Saat di kelas saja Zefannya lebih banyak diam seperti tidak semangat. Padahal biasanya Zefannya terkesan aktif dan ramah pada yang lainnya.
-
Zefannya ini aku Adinata, maaf menggangu waktumu. Aku hanya ingin mengambil payungku.
-
Satu pesan masuk itu membuat Zefannya memberhentikan kunyahannya.
“Ya ampun aku lupa. Aku ada janji untuk memberikan payung itu pada pemiliknya,” ucapnya dan membereskan makanan yang ada serta tasnya ia sampirkan pada lengan kanannya.
“Kau masih berhubungan dengannya?” Yeri ikut bangun dan menyusul Zefannya yang langkahnya semakin melebar.
“Hanya sebatas payung,” jawabnya singkat.
“Itu tidak masuk akal,” ucap Yeri tidak habis pikir dengan sahabatnya. Zefannya sudah bilang sebelumnya pada Yeri kalau hari ini dia kurang bersemangat dan tidak ingin bertemu dengan orang banyak, bakan enggan bertemu Bima juga Vero dengan membuat alasan banyak tugas. Tapi kenapa ia semangat sekali untuk mengantarkan payung. Zefannya selalu mengatakan bahwa ia merasa bersalah dan tidak enak jadi ia melakukan ini. Merasa bersalah atau tidak enak itu perlu untuk dilakukan agar kita tidak banyak melakukan kesalahan baik itu lewat perkataan atau perbuatan, tapi jangan terlalu berlebihan itu bisa menyakiti diri sendiri.

Comentário do Livro (45)

  • avatar
    Butir Butir Pasir Dilaut

    ceritanya bagus seakan nyata

    12d

      0
  • avatar
    Ardianta Verza

    Bagus

    13/08

      0
  • avatar
    Anang Full

    bagus

    09/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes