logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bagian 04.

Aku membuka mata, masih dibalkon? Tentu saja. Siapa yang mau menolongku, jika para manusia di rumah ini saja tidak tahu akan nasibku? Kulihat awan masih sedikit gelap, ini masih subuh. Aku berusaha bangkit dengan bertumpukan kedua tangan.
Aku berjalan perlahan menuju pintu, lalu kuputar kenopnya. Tidak terkunci, Alhamdulillah, dia tidak menguncinya. Terlihat Fhatir masih terlelap di atas tempat tidur. Segera aku masuk karena sudah terlalu dingin. Tubuhku bergetar kedinginan dan pakaianku masih basah. Aku melangkah perlahan untuk keluar dari kamar ini. Namun, saat akan membuka pintu, tiba-tiba pintunya sudah ada yang membuka.
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya laki-laki itu.
“Saya Kinan, Tuan. Saya pe—”
“Kinan, berarti kau .... Ayo ikut aku,” ujarnya sambil menarik tanganku dan menutup pintu.
Aku ditariknya ke sebuah ruangan. Aku hanya diam tanpa melawan, tubuhku rasanya lemas hingga berjalan pun aku ingin jatuh.
“Tuan, ada apa? Kenapa Tuan membawa saya kemari?” tanyaku saat melihatnya menutup pintu ruangan yang tembus pandang ke halaman samping.
“Jangan panggil aku tuan, panggil saja Also. Karena kau adalah istrinya Fhatir, bukan?” tanyanya sambil duduk di kursi santai.
“Saya istri, tapi pelayan di rumah ini. Pantaskah saya mengaku sebagai istrinya?” tanyaku lagi. Dia menatapku sendu, tatapan matanya seakan menaruh rasa kasihan padaku.
“Fhatir sebenarnya baik, tapi masa lalunya yang membuatnya berubah. Maafkan dan maklumilah dia. Dia tidak bermaksud untuk menyiksamu, cuma dia dari dulu dan sekarang selalu kehilangan kendali. Makanya dia suka menyiksa seseorang yang tak disukainya,” ujarnya menjelaskan.
“Tapi apa hubungannya dengan saya? saya tidak tahu apa-apa tentang ini,” kataku sambil menahan air mata, aku harus mulai belajar menerima segalanya sekarang.
“Sulit untukku menjelaskan, tapi aku harap kau dapat bersabar menghadapinya. Gantilah pakaianmu, itu basah, nanti kau masuk angin,” ujarnya, aku hanya diam dan menurut. Sepertinya Also dapat dijadikan tempat bertanya nanti. Dia tampak berbeda dari Fhatir.
***
Hari berganti hari, dengan diiringi sabar dan kadang air mata aku menjalani kehidupan. Tak terasa tiga tahun sudah berlalu, aku tetap seperti ini. Terkadang aku disiksa dan Also yang memberi semangat padaku. Dia juga meminta padaku agar mendoakan Fhatir supaya hatinya luluh dan segera mendapat hidayah. Aku hanya mengiyakan permintaannya, walau terkadang aku selalu mengeluh pada yang Mahakuasa akan takdirku di sepertiga malam. 
“Kinan sudah siap? Kita harus ke pasar sore ini,” kata Alvira saat melihatku tengah mengelap kaca.
“Sudah, lebih baik kita pergi sekarang. Ayo,” ucapku dan dia menurut.
Inilah pekerjaanku, aku menjalaninya dengan seikhlas hati. Karena aku yakin di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Di setiap kesedihan pasti akan ada kebahagian, aku hanya perlu bersabar dan berdoa. Agar kelak suatu saat nanti aku dapat merasakan arti kebahagian itu.  
“Mau ke mana?” tanya satpam pada kami.
“Ke pasar, Pak Man. Kan setiap seminggu sekali,” kataku sambil tersenyum.
“Oh baiklah, hati-hati ya,” ucapnya dan kami hanya mengangguk.
“Kami pergi, Pak. Assalamualaikum.” Aku dan Alvira mengucap salam bersamaan dan mulai menaiki bajaj yang sudah menjadi langganan kami.
“Waalaikumussalam.” balasnya.
***
“Ardiraga keluar kau!” teriak seorang wanita di depan rumah Ardiraga, ayah Kinan.
“Nyonya, dia tidak keluar. Bagaimana kalau kita dobrak saja?” tanya seorang laki-laki yang merupakan bodyguard wanita itu.
“Baiklah, coba dob—” Belum habis kata-katanya, pintu sudah terbuka.
“Ada apaan, sih? Berisik amat kal—” Laki-laki yang membuka pintu itu tak melanjutkan kata-katanya saat melihat wanita itu.
“Dona, apa itu kau? Untuk apa kau kembali?” sergahnya. Sementara wanita yang ternyata Dona itu hanya tersenyum sinis.
“Aku kembali untuk anakku. Di mana Kinan?” tanya Dona dengan sedikit berteriak.
“Setelah meninggalkannya, sekarang kau mencarinya? Cih ... ibu tak tahu malu,” ucap Ardiraga.
Satu tamparan mengenai wajah laki-laki yang sudah mulai keriput itu. Dia terlihat geram akan perkataannya.
“Apa yang kau katakan?  Tutup mulutmu, bukannya dulu kau yang tak memberiku izin untuk membawanya bersamaku, hah!” kata Dona.
“Kalian, periksa anakku ke dalam. Cepat!” titahnya pada ketiga bodyguard yang langsung mengangguk. Mereka langsung masuk ke dalam rumah yang dapat dikatakan gubuk.
“Cari saja sampai kiamat. Kinan tidak akan ada di rumah ini,” kata Ardiraga sambil tertawa.
Selang bebepa menit kemudian, seorang bodyguard keluar dari rumahnya.
“Nyonya, kami sudah mencarinya ke seluruh ruangan, tapi nona Kinan tidak ada,” ucapnya.
“Bagaimana mungkin ada, sedangkan Kinan sudah aku berikan pada seorang pengusaha sebagai tebusan utang.”
“Apa?”
Dona menatap kesal pada Ardiraga, lelaki yang pernah menjadi suaminya dulu benar-benar berhati iblis. Bagaimana seorang ayah rela menggantikan anaknya demi utang? Dasar laki-laki laknat.
“Kenapa kau melakukan itu, Ardiraga? Apa salah Kinan padamu?” tanya Dona dengan bergetar membayangkan bagaimana nasib anaknya sekarang.
“Karena aku tak membutuhkannya, dia selalu membuatku susah. Setiap hari dia selalu melarangku berbuat apa pun. Makanya aku menyerahkannya pada pengusaha yang mampu membayar semua utangku,” ucap Ardiraga santai.
“Gila, kau memang laki-laki kurang ajar. Dia anakmu, kenapa kau tega?”
“Apa kau bilang? Dia anakku? Kau salah berkata. Kinanti bukan anakku, sejak kapan aku mempunyai anak dari perempuan miskin sepertimu?” kata Ardiraga membuat Dona geram.
Satu tonjokan mendarat di pipinya yang keriput. Melihat majikannya dihina, salah satu bodyguardnya tak terima. Hingga langsung meninju perut Ardiraga sampai terhuyung ke belakang. Bodyguard itu terlihat belum puas, hingga dia maju dan mencengkeram kerah bajunya. 
“Sudah, Arya. Jangan dipukul. Nanti dia mati bagaimana? Jangan secepat itu, aku ingin menanyakan sebuah hal padanya,” ucap Dona, Bodyguard itu mengangguk dan langsung mendorong Ardiraga ke lantai.
“Aku masih sayang pada nyawamu, Ardiraga. Sekarang beritahu, siapa nama pengusaha itu.”
“Aku takkan mengatakannya, walaupun kau membunuhku. Karena aku ingin anak itu menderita,” kata Ardiraga menolak.
“Cepat katakan, atau nyawamu melayang sekarang juga!” pinta Arya tajam.
“Siapa kau? Jangan ikut campur urusanku dan wanita ini,” bentak Ardiraga.
Dona masih terus memaksa Ardiraga, tapi Ardiraga tetap tak ingin membuka mulutnya. Walaupun dia dipukuli oleh bodyguard Dona. Meliha Ardiraga tetap diam kesabaran Dona habis.
“Laki-laki berengsek. Kalian bawa dia ke kantor polisi. Tuntut dia atas penganiayaan terhadap seorang gadis,” titah Dona dan mereka mengangguk. Segera mereka memegang tangan Ardiraga dan menyeretnya keluar rumah.
“Kau ingin memenjarakanku? Apa buktinya?” tanya Ardiraga sambil tersenyum sinis.
“Untuk apa bukti kalau aku sudah memiliki saksi, laki-laki bodoh! Cepat bawa dia, aku tak ingin melihatnya lebih lama lagi,” balas Dona sambil berjalan ke arah mobil Mercedes band miliknya. Melihat Dona berjalan tak acuh, Ardiraga mulai panik. Dia meronta agar dapat lepas, tapi bodyguard Dona malah semakin menyeretnya masuk ke dalam mobil yang satu.
“Kinan, tunggu mama, Sayang. Mama akan  segera menolongmu,” kata Dona lirih.
“Sabar, Nyonya. Jika Ardiraga ada di sini, artinya Nona Kinan juga berada di kota ini. Saya akan meminta pasukan untuk mencarinya di sini,” ucap sang supir yang merupakan pimpinan anggota yang mencari keberadaan Kinan.
“Perintahkan sekarang. Aku ingin anakku bertemu denganku tanpa kurang suatu apa pun,” perintah Dona. Laki-laki itu langsung mengangguk dan meraih ponselnya.
“Halo, Handrik perintahkan anak buahmu bergerak ke kota sekarang!” ucapnya.
Percakapan sangat singkat. Setelah memerintah laki-laki itu langsung menutup telepon sepihak. Sementara Dona hanya diam dalam khayalan. Memikirkan Kinan yang entah ada di mana.

Comentário do Livro (176)

  • avatar
    Rusmawati Ketty

    sedih.tpi terharu karna romantis

    6d

      0
  • avatar
    Sann Gaurifa

    sangat menarik alur cerita nya

    17d

      0
  • avatar
    susiloDavit

    bagus

    24d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes