logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 15 Kegugupan dan Emosi

Di kursi kebesarannya, Ethand duduk terdiam menatap bunga hortensia yang di rawatnya seperti anak sendiri. Keindahan bunga tersebut tidak mampu menghibur hatinya. Pikirannya di penuhi oleh wanita yang baru beberapa kali ditemuinya, Emma Liandra Jones.
“Komputer ini sepertinya eror. Panggilkan wanita itu untuk memperbaikinya.” Perintah Ethand pada Ryan yang berdiri menatap bingung dirinya sejak setengah jam yang lalu. Komputer itu belum dinyalakan namun atasannya sudah menilainya error. Ryan menggeleng kepalanya heran. Namun atasan tetap atasan. Dengan cepat ia merogoh ponsel dari saku celana kerjanya dan menelepon manajer tim IT.
“Sudah dihubungi, Pak.” Ryan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan kembali berdiri tegak dihadapan atasannya itu.
“Silahkan tunggu di meja kerjamu.” Perintah Ethand. Ryan langsung menunduk sejenak ke arah Ethand dan berbalik pergi dari ruangan kerja Ethand.
Ethand melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Ibu jarinya mengetuk-ngetuk pada meja. Entah kenapa dia sangat menantikan kehadiran wanita itu. Lima menit kemudian handle pintu ruangan di putar. Ethand langsung memutar kursi yang didudukinya. Terdengar suara Ryan mempersilahkan Emma masuk. Suara langkah kaki keduanya berjalan mendekat pada meja kerjanya.
Ethand masih diam dan tidak ingin melihat pada Emma sampai Ryan sudah meninggalkan keduanya dalam ruangan itu. Hanya kesunyian di antara mereka.
Ethand berusaha menahan suaranya. Namun karena melihat Emma yang tidak bergerak sedikitpun membuatnya harus mengeluarkan suaranya terlebih dahulu.
“Apakah dengan melihat komputer ini bisa kembali normal?” suara Ethand memecah kesunyian. Tidak lama kemudian terdengar hentakan langkah kaki Emma di lantai dan langsung membuat Ethand memutar kursi kerjanya. Ia berpikir Emma terjatuh. Ethand juga merasa meja kerjanya sedikit bergeser. Apakah Emma juga sedang menahan gugup? Ethand menatap wajah Emma yang tertunduk dan sedikit salah tingkah. Terlihat jelas bahwa wanita ini sedang menahan kegugupannya dari wajahnya yang mulai memucat.
“Kapan kamu akan mulai mengerjakannya?” Ethand lagi-lagi harus bersuara karena masih diam seperti patung.
“Kamu bisa kerja tidak!?” Ethand yang sudah kehilangan kesabarannya kini bersuara sangat keras. Ia membentak Emma. Terbersit rasa kecewa dihatinya kala melihat Emma yang terkejut mendengar bentakannya. Emma seketika mengangkat wajahnya dan langsung menatap Ethand. Mata Emma seketika membelalak kaget. Dahinya semakin berkerut.
“Kamu?” Satu kalimat yang mampu diucapkan Emma dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Emma semakin salah tingkah ketika manik hitam milik Ethand menatap tajam ke arahnya.
“Ba-baik, Pak.” Emma berusaha menepis segala pertanyaan di dalam pikirannya. Akhirnya ia tahu penyebab dia mendapat hukuman di hari pertamanya bekerja. Lelaki yang dikatainya pagi tadi ternyata pemilik perusahaan ini. Betapa malunya Emma.
“Silahkan.” Ethand langsung bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan sekitar tiga langkah dari meja kerja. Ia sengaja berbuat demikian karena melihat wajah Emma yang semakin memucat dan keringat yang mulai menetes di pelipis wanita itu. ia memberikan ruang bagi Emma.
Emma langsung mendekat ke meja di mana komputer berada. Ia langsung memegang mouse dan menggerakannya. Dahi Emma berkerut karena melihat komputer itu dalam keadaan mati.
“Apakah belum dinyalakan?” tanya Emma dalam hati. Emma langsung menekan tombol power yang terdapat di bawah monitor. Komputer itu langsung menyala. Proses bootingnya normal tidak lelet sedikitpun.
Emma kemudian mengeceknya lagi. Dia berpikir mungkin beberapa software ada eror. Namun, setelah lima menit berkutat di depan komputer tersebut Emma tidak menemukan kesalahan dalam komputer tersebut.
“Apakah dia mempermainkanku?” batin Emma.
“Apakah sudah selesai?” Emma terkejut karena suara itu begitu dekat. Ethand sudah berdiri di sampingnya.
“Maaf, Pak.” Emma memiringkan tubuhnya ke kiri karena Ethand yang terlalu dekat dengannya. “Saya tidak menemukan kesalahan pada komputer ini.”
“Benarkah?” tanya Ethand seperti menentang ucapan Emma.
“I-iya, Pak.” Emma lagi-lagi memiringkan tubuhnya ke kiri. Ekor mata Ethand menangkap pergerakan Emma. Dengan cepat ia mundur selangkah dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kerjanya.
“Baiklah. Silahkan pergi.” Mendengar perkataan Ethand yang menyuruhnya pergi Emma merasa lega.
“Permisi, Pak.” Pamit Emma dan langsung berjalan keluar dari ruangan Ethand. Namun sebelum tangannya menyentuh handle pintu, Ethand memanggilnya kembali.
“Emma,” panggil Ethand. Emma harus berhenti melangkah dan kembali berbalik menghadap atasannya. Ia memaksa sebuah senyum namun belum terlihat tulus.
“Selesaikan punishment kamu hari ini jika tidak mau di pecat,” ucap Ethand dingin dan langsung membuat Emma diam tak berkutik.
“Iya, Pak.” Sungguh hari ini bagaikan neraka bagi Emma. Hari yang perlu di skip atau bisa di install ulang jika perlu.
Ethand menyuruh Emma pergi lewat instruksi tangannya. Emma dengan senang hati mengabulkan permintannya. Dengan cepat ia memutar handle pintu sebelum Ethand berubah pikiran dan memanggilnya kembali.
“Huahh…” Emma menghembuskan semua napas untuk melegakan hatinya yang sejak tadi terasa sesak. Ryan yang duduk di meja kerjanya hanya tersenyum melihat wajah Emma yang masih pucat dan keringat yang memenuhi pelipisnya.
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Ryan. Emma hanya mngangguk lemah. Ia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan atasannya tersebut.
“Saya permisi, Pak,” ucap Emma lalu berjalan menuju lift. Ia tidak mau lama-lama berada di dekat singa. Ryan lagi-lagi tersenyum menatap pundak Emma yang berjalan memasuki lift.
“Kuat juga dia,” ucap Ryan.
Di dalam ruangan Ethand duduk sambil senyum-senyum sendiri. Ia merasa puas ketika melihat betapa terkejutnya Emma tadi.
“Wanita yang tidak biasa,” ucap Ethand kala mengingat Emma dapat mengontrol segala pertanyaan dan perkataan mengingat mereka sudah beberapa kali bertemu dan sudah saling melontarkan kalimat pedas. Menurutnya, jika itu wanita lain mungkin mereka sudah bertekuk lutut di hadapan Ethand. Memohon maaf dan bahkan menangis. Berbeda dengan Emma yang mampu mengontrol dan menjaga martabatnya.
Drt..drt
Sebuah notifikasi masuk di ponsel Ethand. Dengan cepat Ethand langsung mengambil ponselnya dan membaca pesan masuk.
“Melissa terdeteksi memasuki Alves Corp sejak tiga hari lalu.” Bunyi pesan yang diterima Ethand. Ia tambah bersemangat. Sudah lama ia mencari keberadaan hacker yang satu ini. Sudah enam tahun lamanya. Ethand langsung membalas pesan tersebut dan memerintah untuk segera mencari tahu siapa orang dengan nick name Melissa itu.
“Apakah hari ini adalah hari keberuntunganku?” Ethand kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Ia menyandarkan kepalanya pada kursi kerja. Pikirannya tertuju pada wajah gugup Emma. Sungguh pemandangan yang membuatnya puas dan membuat wanita itu diam tak berkutik.
Tok..tok
Pintu ruangan kerja Ethand terbuka. Ryan masuk membawa sebuah berkas.
“Ini adalah data terbaru dari tim IT dengan nick name terbaru mereka, Pak.” Ethand langsung menerima berkas tersebut dan membacanya. Ia mengharuskan tim IT menggunakan nick name agar mudah diingatnya. Raut wajah Ethand seketikaa berubah ketika melihat sebuah nick name yang sudah dicarinya selama enam tahun terakhir.
“Dunia memang selebar daun kelor,” ucap Ethand dengan senyum sinisnya. Ryan tidak ingin melihat senyum itu. Senyum penuh kebencian dan dendam.
“Panggil Emma Liandra Jones.”
“Apa?”

Comentário do Livro (469)

  • avatar
    Liaaaa

    aaaa cinta banget sama cerita ini, setelah menunggu lama dan pemasaran akhirnya bab 150 adalah akhir dari cerita, thanks you thorr telah memberikan cerita terbaik, selalu semangat thorr❤️

    01/04/2022

      1
  • avatar
    Arif Karisma

    Cerita ny sungguh menarik dan menghibur saya suka sekali dengan alur ceritanya

    27/03/2022

      0
  • avatar
    Umayyachan

    suka suka suka, pdhl baru baca setengahnya tpi kuudah jth cinta dari bab 1❤ semangat updte sesering mungkin ya thor 💪

    29/12/2021

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes