logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Obat Tidur..

Tanpa Ibu Ina tahu, Fani kini sudah tahu rahasia besar dia, Fani juga tahu alasan kenapa dengan mendadak Bima melamarnya, tapi yang masih menjadi pertanyaan Fani, kenapa di saat mobil orang tuanya kecelakaan, ada Bima disana dan mengaku sebagai orang yang menolong orang tua Fani. Fani harus selidiki ini, dan mengumpulkan bukti.
Bagaimana pun Ibu Ina harus mendapatkan ganjaran dari kesalahan dia, sudah menghilangkan nyawa kedua orang tua Fani tapi dengan seenaknya kini menjadikan Fani pembantu gratisan dirumahnya, benar-benar manusia tidak punya hati.
Seperti biasanya setiap pagi Fani sudah berkutat dengan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, Fani sedang membuat bubur ayam untuk sarapan penghuni rumah, dengan hati-hati dan pelan Fani terlihat memasukan sesuatu di mangkok bubur milik ibu Ina,.
"Terserah mau di bilang menantu durhaka atau tidak yang jelas aku akan membalas perbuatan mereka secara perlahan tapi pasti, " ujar batin Fani, terlihat jelas muka Fani menahan amarah.
"Kamu masak apa buat sarapan Fan.. ?" tanya Ibu Ina yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Fani.
"Fani bikin bubur ayam buk, " jawabnya pelan, sedikit terkejut, tapi dia berusaha bersikap tetap tenang. Ia menundukan kepala, dan berharap Ibu Ina tidak tahu kalau tadi ia meletakan sesuatu di mangkok buburnya.
"Enak dong, kamu bikin berapa mangkok ?" tanyanya lebih lanjut dan langsung duduk begitu saja di atas kursi ruang makan tersebut.
"Tiga mangkok bu, buat ibu, mas Bima sama Mila saja,, " terangnya masih dengan menunduk, agar bu Ina tidak curiga.
"Oke, seperti biasa ya kamu boleh sarapan setelah kita semua sudah selesai sarapan, terserah kamu mau sarapan pake apa, " pelan memang suara ibu Ina memberitahu Fani tapi kok kayak ada yang sakit ya tapi tidak berdarah.
"Iya buk, Fani paham kok " sekuat tenaga Fani menahan agar tidak sampe lolos isak tangisnya, di hadapaan mertuanya, ada rasa sakit sekaligus marah di wajah Fani, tapi dia masih berusaha menahannya.
"Fani panggilkan mas Bima sama Mila dulu buk, setelah itu mau lanjut beres-beres lagi, " pamitnya, sudah tidak tahan berhadapan dengan mertuanya itu, barang satu detik pun, sebelum mendapatkan ijin Bu Ina, Fani sudah ngeloyor pergi begitu saja.
"Mas,, udah di tungguin Ibu di meja makan buat sarapan, panggil Mila juga biar sekalian sarapan, ini aku mau nyuci baju dulu, " Fani memanggil Bima dari luar kamar, Bima menyahut sebentar lagi dia kelura, setelah itu Fani pergi ke belakang.
Di halaman belakang Fani tumpahkan semua tangisan rasa sakit, rasa sedih, semuanya. Dia meratapi nasib yang sedang dia alami, bahkan berkali-kali Fani mengatakan dalam hati apa salah dan dosa dia sampai dengan tega keluarga Ibu Ina siksa dia seperti ini, wanita paruh baya itu sudah hilangkan nyawa orang tuanya dan bahkan kini bikin dirinya seperti pembantu dirumahnya.
' ngapain sih nangis ? Emang masalah bisa selesai cuma dengan nangis ' suara batin Fani terdengar mengintruksi.
' iya benar kamu itu harus bangkit, kasih pelajaran sedikit kek, ke mereka balas semua apa yang mereka buat ke kamu, ' suara batin Fani yang lain ikut memberi intruksi ke Fani agar membalas semua perbuatan ibu Ina.
"Tapi bagaimana aku bisa balas perbuatan mereka, sedangkan aku tidak bisa leluasa di rumah ini,, " batin Fani ikut berdialog dengan suara batin dia sendiri.
' jangan jadi orang kudet deh, cari di internet bagaimana cara balas dendam yang cantik tapi pasti berhasil ' suara batin masih mengompori Fani agar mau membalas dendam ke ibu Ina.
Mungkin ini saatnya dia harus membalas semua perbuatan ibu Ina dan kedua anaknya, ayookk Fani bangkit, jangn jadi cewek lemah yang cuma bisa nangis doang, Fani menyemangati diri sendiri.
Dari tempat Fani duduk terdengar suara mobil Bima keluar dari rumah, itu artinya mereka semua sudah pergi dari rumah, berarti tinggal ibu Ina saja seorang diri dirumah ini, Fani melangkah masuk ke dalam dia berniat membereskan piring bekas sarapan 'majikannya' itu.
"Duhh.. Fan.. Kok kepala ibu pusing ya,, " terlihat Ibu Ina sempoyongan sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa berat, Fani hanya diam saja tidak bergeming melihat mertuanya itu.
Tidak lama Ibu Ina jatuh ke lantai dia tidak sadarkan diri, ternyata obat tidur yang tadi dia campur ke bubur ibu Ina cepat bekerja juga, kemaren setelah Fani mendengar semua pengakuan dari ibu Ina dia ijin ke apotik untuk beli vitamin, padahal dia membeli obat tidur.
"Oke buk,, perang sudah di mulai, kita lihat saja sampai kapan ibu bisa menyembunyikan ini semua kebusukan ini,, " ujar Fani dengan sinis, bahkan dia dengan seenaknya menyeret tubuh mertuanya untuk dan memasukannya kedalam kamar.
🎭🎭🎭🎭

Comentário do Livro (746)

  • avatar
    Nur Afiya Syafikah

    good

    10/10

      0
  • avatar
    Soleman Dangga Limu

    Alur Ceritanya Luar biasa

    07/08/2023

      0
  • avatar
    Ayya

    okk

    03/07/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes