logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Merencanakan Sesuatu

Bell istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Seorang laki-laki dengan tampang sok cool khas miliknya berjalan memasuki area kantin dan melangkahkan kakinya menuju meja yang terletak di pojok kantin, di mana tempat Malvin Cs sedang bersenda gurau. Laki-laki tersebut duduk di sebelah Gilang dan dengan santainya ia menyeruput minuman yang ada di meja tanpa permisi, membuat Malvin Cs menatapnya dengan berbagai macam tatapan.
"Makasih ya" Ucap laki-laki tersebut.
"Makasih ndasmu. enak banget hidup lo Bang Jono" Kata Gilang sambil menoyor kepala Jeno.
Jeno menatap kesal Gilang ketika telinganya mendengar panggilan yang selalu Tifan katakan saat ia sedang kesal padanya "Apaan si Bang Jono? Lo kaya si Tifan aja kalo lagi ngambek"
"Tifan, anak kelas bahasa itu?" Tanya Pandu.
"Iya"
"Yang kemaren di samperin sama Malvin bukan sih?" Tanya Lucas.
"Samperin? Ngapain lo? Mau jadiin dia mangsa baru lo? Untuk yang satu ini jangan. Kalo terjadi sesuatu sama dia dan ada sangkut pautnya sama lo, abis lo sama gue" Ucap Jeno sedikit mengancam. Pasalnya, Jeno sangat tau perilaku Malvin yang suka bermain dengan perempuan. Walaupun Malvin terkesan tidak perduli dengan pacar-pacarnya, tetap saja Jeno tidak rela jika Tifan dijadikan mangsa baru cowok yang notabe nya adalah sahabat seperjuangan nya sendiri.

Malvin terkekeh geli dengan respon Jeno barusan. Ternyata cowok yang selalu membanggakan jambulnya itu, begitu menyayangi kembarannya "Santai Bang Jeno. Gue cuma tanya jadwal belajar doang kemaren"
"Kalian beda jurusan, njir"

Malvin berdeham sebentar "Gue dikasih amanat sama Madam Eni buat jadi tutor dia selama satu semester ini"
"Matematika ya?" Tanya Jeno, dan Malvin hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Jeno tadi.
"Jangan macem-macemin dia, Vin. Gak rela gue"

"Tifan cewek lo? Khawatir amat" Kata Gilang. Jeno hanya diam tidak menjawab, sebenarnya bisa saja Jeno mengatakan yang sebenarnya tapi pasti Tifan akan marah padanya.
"Gue gak janji, gak bakal macem-macem sama dia. Tapi gue janji gak bakal bikin dia nangis" Kata Malvin, membuat semua orang yang ada di meja itu menatap Malvin seketika.
"Apaan si, bangke. Ngapa lo pada ngeliatin gue kaya gitu? Ada yang salah?"

"Gak ada yang salah, Vin. Tapi kayanya otak lo yang bermasalah" Kata Lucas.
"Bener kata Lucas, lo abis kejedot dimana bro?" Lanjut Gilang.
"Lo gak abis minum kan, Vin? " Dilanjut lagi oleh Jeno.
"Lo gak kebanyakan makan ciloknya bu Yanti kan, Vin? " Dan yang terakhir Pandu.
"Ahhh kambing! Lo pada apa-apaan sih?" Ucap Malvin dengan kesal karena pertanyaan tidak bermutu dari sahabatnya.
"Oh iya! Soal yang tadi pagi, gue cuma mau minta tolong buat anterin Tifan pulang" Ucap Jeno, lalu berdiri ingin beranjak ke kelasnya.
"Tanpa lo minta juga gue bakal pulang bareng sama dia" Jawab Malvin.
Jeno mengangkat sebelah alisnya "Maksud lo?"
"Hari ini jadwal tutor dia sama gue"
Jeno menganggukan kepalanya, mengerti "Jangan dimacem-macemin"
"Hmm"
***
Drrt! Handphone Tifan bergetar, gadis itu meraih benda pipih yang tadi bergetar dari dalam kolong mejanya. Alisnya terangkat saat ada nomor asing yang mengirimnya pesan.
0857897***36
Nanti tunggu parkiran, gw ada tugas tambahan
Tifan
Sp y?
0857897***36
Anjir. Bahasa apaan itu?

Tifan
Lo siapa
0857897***36
Malvin Dirgantara Putra
Tpi khusus buat lo, boleh kok panggil gw sayang:)
Tifan
Gaje lo!

0857897***36
Jgn judes² nnti berubah jdi cinta
Kan gw jdi enak😁
Tifan
Serah lo
0857897***36
Save nomer gue
Jgn lupa balik sekul tunggu diparkiran, gw ada tugas tambahan
Tifan
Yaaaaaa
Malvin😈
Eh, lo ke kls gw aja deh
Takut lama, nanti lo malah balik
Tifan
Bawel
Tifan menaruh kembali ponselnya, lalu gadis itu menopang dagu dengan kedua tangannya yang berada di atas meja. Mengabaikan kedua sahabatnya yang sedang asik bercerita.

"Gimana menurut lo, Fan?" Tanya Rika
Hening
Tidak ada jawaban dari gadis yang sedang bertopang dagu itu, ia terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara agar ia dapat membalaskan dendamnya pada laki-laki yang tadi pagi menarik rambutnya.
"Tifan?" Ucap Rika sambil melambaikan tangannya di depan muka Tifan.
"Rika, dia gak kesurupan kan?" Tanya Yura
"Gila lo ya! Ya kali kesurupan, setan juga takut sama nih anak"

Rika menarik lengan Tifan yang ia jadikan tumpuan pada dagunya "Aduh!" Pekik Tifan.

"Sakit, bambang! Lo punya dendam kesumat sama gue?" Lanjut Tifan sambil mengelus dagunya yang tadi terbentur meja.
"Lagian, lo mikirin apaan sih? Sampe gue panggil gak nyaut" Kata Rika.

"Gue tuh lagi cari cara buat bales dendam sama Malvin"

"Masalah yang tadi pagi?" Tanya Yura
Tifan menganggukan kepalanya "Kesel banget gue tuh sama dia"

Rika menjentikan tangannya ke udara "Aha! Gue punya ide"
"Apa?"
Rika memberi isyarat pada Tifan dan Rika untuk mendekat ke arahnya, lalu ia membisikkan rencananya untuk membalas dendam Tifan pada Malvin. Dan seketika ketiga gadis itu tersenyum penuh arti. Tunggu tanggal mainnya Malvin Dirgantara Putra, batin Tifan
"Jadi gak sabar liat mukanya Malvin" Ujar Yura
***
Waktu sudah mununjukkan pukul 14:59, di mana bell yang menandakan waktu belajar mengajar segera habis akan berbunyi. Tak lama dari itu, bell pun berkumandang membuat para siswa terpekik senang. Sama halnya seperti tiga gadis yang sedang merapihkan buku-buku serta alat tulis yang berserakan di atas meja, lalu memasukan nya ke dalam tas masing-masing. Tak lupa juga mereka memeriksa kolong meja mereka.
"Udah?" Tanya Yura
"Udah" Jawab Rika dan Tifan berbarengan.
"Lo jadi mentoring sama Malvin?" Tanya Yura pada Tifan.
"Jadi lah"
"Girls! Gue duluan ya" Pamit Rika dan pergi keluar kelas.
"Hati-hati, Rika. Kalo jatuh bangun sendiri ya " Teriak Tifan.
"Garing banget, Fan. Sumpah!" Ujar Yura sambil merangkul Tifan keluar kelas.
"Namanya juga usaha
"
"Oh iya, Fan. Kata Pandu kelasnya ada jam tambahan, lo mau tunggu parkiran atau koridor anak IPA? " Tanya Yura.
"Koridor anak IPA aja lah. Tapi kita ke kantin dulu ya, mau beli minuman" Jawab Tifan
KANTIN
Tifan berjalan ke koperasi sekolahnya untuk membeli air mineral. Sedangkan Yura berada di warung Budhe, dimana disana menjual berbagai macam jus dan pop ice.

"Bang, air mineral dinginnya satu ya"
Sang penjaga koprasi pun dengan sigap mengambil air mineral didalam kulkasnya lalu memberikan sebotol air mineral itu kepada Tifan.
"Ini aja neng?" Tanya si penjaga koperasi.
"Hmmmm, sama permennya juga deh. Ini uangnya"
Setelah menerima kembaliannya, Tifan pergi menghampiri Yura "Udah, Ra?"
"Udah nih" Jawabnya, sambil menunjukkan jus yang baru saja ia ambil dari Budhe penjual es.
"Yaudah, yuk! Duluan ya budhe" Kata Tifan.
"Eh iya neng Tifan"
Kedua gadis itu berjalan menuju lantai dua sekolahnya. Di mana koridor itu tempatnya anak kelas dua belas, baik itu IPA, IPS dan Bahasa. Sesampainya di depan kelas 12 IPA 1, kedua gadis itu pun duduk di bangku keramik yang letaknya ada di sebelah kelas tersebut.

Sedangkan kondisi di dalam kelas tersebut, sangat lah kondusif. Beberapa siswa sedang fokus mencatat berbagai rumus fisika yang ada di papan tulis. Tak terkecuali Malvin, cowok yang satu itu memang tidak pernah ketinggalan pelajaran. Seperti motonya sedari dulu saat dirinya duduk dibangku SMP, 'nakal boleh, bego jangan'.
Pandu menyenggol lengan Malvin "Tifan ada di depan kelas"
"Udah tau" Jawab Malvin.

"Masa?"
"Lo lupa. Kalo hati gue sama Tifan itu udah terikat, jadi gue bisa merasakan kehadiran Tifan ketika dia ada di sekitar gue"

"Lo tau tai gak?"
"Tau, lo kan?"
"Nyesel gua ngasih tau lo"

Comentário do Livro (415)

  • avatar
    MozaMoza

    Salting gw

    09/08

      0
  • avatar
    GantengUlhaq

    mantap sekali

    04/08

      0
  • avatar
    MlStok

    Ceritanyaa bagus dan saya suka

    16/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes