logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Gara-gara Matematika

"Lagian apa bagusnya dari mereka sih?"
Perkataan gadis itu mengusik pikiran Malvin, selama ini belum pernah ada perempuan yang bisa menolak pesona yang dia miliki. Lihat saja, Malvin akan membuat gadis itu jatuh cinta dengan pesonanya. 'Akhhh! Apa dia murid baru? Wajahnya belum pernah sangat asing' rancau Malvin dalam hati.
Malvin menatap perempuan yang sedang asik menyantap makanannya itu dengan intens. Tifan terlihat manis dengan semburat merah yang menghiasi pipinya, apalagi saat temannya yang Malvin ketahui bernama Yura itu membisikkan sesuatu di telinga Tifan dan membuat semburat di pipinya itu makin memerah namun kontras dengan wajahnya yang sok tidak perduli dan menggumamkan sesuatu.
"Sayang... Kamu lihat apa?" Sapa seorang perempuan dengan nada yang dilemahkan, seakan sedang menggoda Malvin. Dia mengusir Lucas lalu duduk di tempat Lucas tadi, lebih tepatnya di sebelah Malvin.
Karena merasa aktivitasnya tadi terganggu oleh sebuah suara perempuan, dengan terpaksa Malvin menoleh ke asal suara dan mendapati seorang gadis dengan seragam sekolah super ketat yang mengekspos setiap lekukkan tubuhnya.

"Sayang..." Perempuan bernama Bianca itu bergelayut manja di lengan Malvin, bahkan dengan santai dia menaruh kepalanya di bahu Malvin sambil memainkan kancing seragam sekolah yang laki-laki itu genakan.
Malvin menatap malas ke arah Bianca, lalu memalingkan pandangannya lagi pada seorang gadis yang kini sedang berdiri sambil merapihkan rok abu-abu yang ia kenakan. Tifan menyisipkan rambutnya kebelakang telinga lalu tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Malvin.
Mata Malvin melotot tak percaya ketika Tifan memalingkan wajahnya lalu menarik tangan Rika yang sedang melambaikan tangan arah Malvin, hingga akhirnya mereka pun beranjak pergi.
"Malvin kamu liatin apa sih??" Tanya Bianca yang masih bergelayut manja di tangan Malvin, ia menarik pipi Malvin agar melihat ke arahnya.
"Bukan urusan lo"
"Vin! Gue, Lucas sama Gilang balik ke kelas duluan ya" Ucap Pandu sambil berdiri dari duduknya, namun sebelum dia benar-benar pergi Pandu lebih dulu meraup kacang yang ada di atas meja.
"Shit! Gue ikut, bego!" Malvin mencoba bangkit dari duduknya, namun tertahan oleh lengan Bianca yang masih asik bersandar di lengan kekar Malvin.
"Malvin... Aku masih kangen sama kamu"

"Lepasin tangan gue"
"Gak mau"
"Lepasin atau kita putus"
"Malvin, kamu kok gitu sih?!" Bianca melepaskan tangan Malvin dengan kasar, dia juga memasang wajah merajuk pada pacar barunya itu.
Malvin segera berdiri, dia tidak perduli dengan tingkah Bianca membuat perempuan itu semakin berang.
"MALVIN" Teriak Bianca.
"Kita putus" Ucap Malvin dengan nada datar.
Setelah mengatakan itu Malvin segera pergi meninggalkan Bianca yang terus meneriaki nama Malvin. Menyesal? Tentu saja tidak, memang Bianca itu siapa? Hanya perempuan beruntung yang ungkapan cintanya Malvin terima sekitar dua hari yang lalu.
Asal kalian tau saja, saat ini Malvin tidak hanya menjalin hubungan dengan Bianca tapi masih ada beberapa perempuan lain yang berstatus sebagai pacar Malvin di luar sana. Bahkan dia sendiri tidak tau berapa jumlahnya.
***
Di kelas, Malvin mengerjakan tugas Matematika yang diberikan Madam Eni dengan perasaan gembira. Ya! Jika semua murid tidak suka pada Matematika, Malvin malah kebalikannya. Diantara semua mata pelajaran yang ada di sekolah, Malvin malah menyukai Matematika, Fisika, Kimia dan pastinya Biologi. Hal itu pula yang membuat dia memilik jurusan IPA di sekolah.
"Malvin, bisa Madam minta tolong?" Tanya Madam Eni yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah meja Malvin
Malvin mendongakkan kepalanya ke arah sang guru "Bisa, Madam mau minta tolong apa?"
"Tolong kamu panggilkan Tifan Syazila Hasan kelas 12 Bahasa 1"
"Itu aja Madam?"
"Iya itu saja, kamu suruh dia kesini ya"
"Siap Madam"

Setelah mengatakan itu, Malvin segera keluar dari kelas dan berjalan menuju koridor anak Bahasa. Disepanjang koridor yang dia lewati, Malvin selalu mendapati beberapa adik kelas yang diam-diam mengintip ke arah dirinya dari jendela kelas mereka, ada juga yang memekik girang saat Malvin sengaja mengedipkan sebelah matanya kearah mereka membuat Malvin terkekeh geli melihat tingkah mereka.
Sesampainya di Kelas 12 Bahasa 1, Malvin masuk kedalam kelas itu lalu menyalami Guru yang sedang mengajar di kelas "Ada apa kamu kesini Malvin ?" Tanya Bu Mala.

"Saya dapat perintah dari madam Eni bu"
"Perintah apa?"
"Memanggil seseorang"
"Silahkan Malvin"
"Perhatian! Sebelumnya gue minta maaf mengganggu waktu belajar kalian, emm apa disini ada yang bernama Tifan Syazila?"
Malvin menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas dan iris matanya berhenti ketika mendapati perempuan yang sedari tadi menarik perhatiannya 'Ohh dia anak bahasa' BeoMalvin dalam hati.
"Maaf ada apa ya?" Tanya Tifan.
"Lo Tifan?" Tanya Malvin membuat Tifan menganggukkan kepalanya, pertanda dia menjawab iya.
Malvin tersenyum lebar ketika menatap Tifan yang sedang melirik ke teman sebangkunya seolah bertanya 'gimana ni?'
'I know you're name baby girl' Batin Malvin.
"Lo di panggil Madam Eni, dia ada di kelas gue"

"So-sorry lo kelas apa ya?"

Malvin menautkan alisnya, dia tidak tahu?
"Kelas 12 IPA 1"
***
"APA! Madam gak bercanda kan?" Teriak Tifan yang berdiri di depan Madam Eni, edangkan Malvin yang berdiri disebelah gadis itu hanya terkekeh geli dengan pekikan Tifan.
"Tifan. Nilai Matematika kamu tuh terus menurun, sakarang ini kamu kan udah kelas 12. Jadi saya mohon turuti saja apa kata saya."
Madam Eni menunjuk Malvin "Dia Malvin. Kamu tenang aja di pinter kok, pinter banget malah. Kalian atur mau belajar nya dimana dan bagaimana, saya tunggu perkembangan kamu Tifan" Jelas Madam Eni dengan tegas.
Malvin melirik kearah Tifan yang sedang menghembuskan nafasnya dengan berat lalu mengembungkan pipinya "Madam, harus banget ya?"
"Tergantung kamu mau lulus atau engga"
"Yaudah deh" Jawab Tifan dengan tidak ikhlas. Jelas saja dia tidak ikhlas, kenapa harus Malvin? Apa tidak ada orang lain yang bisa mengajarinya Matematika di sekolah ini?
"Bagus! Kamu bisa kembali ke kelas Tifan"
"Terimakasih, saya pamit madam" Tifan menyalami Madam Eni, lalu menatap Malvin dengan tatapan tajam.
Malvin terkekeh geli sambil menatap Tifan yang keluar kelas dengan wajah kesal "Malvin! Ngapain kamu masih disini? Kembali ke bangku kamu dan kerjakan tugas yang tadi saya berikan!" Perintah Madam Eni membuat Malvin segera menetralkan wajahnya lalu kembali ke mejanya.
Belum sempat Malvin medudukan dirinya di bangku, serangkaian godaan dari beberapa temannya menyambutnya lebih dulu. Malvin hanya menghela nafas panjang lalu duduk, dia tidak perduli dengan godaan sahabatnya karena dia sedang bahagia hari ini.
"Ekhem! Siapa tuh cewek, Vin?" Tanya Tama sambil menaik turunkan alisnya.
"Cantik juga, kelas berapa?" Tanya Guntur yang dijawab Malvin dengan tatapan tajam membuat dia tertawa geli dengan sikap Malvin, sahabatnya.
"Dia sahabat cewek gue, jangan dimainin. Dia belum pernah pacaran" Ujar Pandu.
"Serius tuh cewek belom pernah pacaran?!!!" Heboh Chandra yang membuat seisi kelas menatapnya termasuk Madam Eni yang masih ada di depan.
"Ada apa Chandra?" Tanya Madam Eni.
"Gak ada apa-apa kok Madam" Jawab Lucas sambil tertawa sumbang.
"Tugasmu sudah selesai?"
"Belum Madam"
"Cepat selesai kan!"
"Iya Madam"
Malvin tertawa melihat ekspresi Lucas "Muka lo gak ke filter bro"
"Sialan!" Geram Chandra.
***
Malvin berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi karena bell pulang sekolah masih lima belas menit lagi, namun dia sudah keluar kelas. Kebetulan jam terakhir guru yang seharusnya mengajar di kelasnya berhalangan hadir, jadi dia memutuskan untuk keluar kelas dan berjalan ke kelas 12 Bahasa 1 untuk menemui si manis Tifan.
Malvin menunggu di luar kelas Tifan, dia bersandar pada tembok sambil bersedekap dada. Sedikit lama dia menunggu, akhirnya bell pulang sekolah berkumandang dan terdengar sorakan di dalam kelas. Malvin melihat Bu Mala yang dia ketahui mengajar Bahasa Indonesia itu keluar dari kelas dan disusul oleh murid-murid lainya keluar dari kelas. Beberapa siswi memekik girang saat menyadari ada Malvin sedang bersandar di dekat kelasnya, Malvin menoleh lalu memberikan kecupan jauh ke mereka dan lagi-lagi mereka teriak histeris.
Tifan keluar dari kelas bersama kedua temannya, Malvin langsung berjalan mendekat dan menarik tangan Tifan sedikit kencang hingga kepala Tifan membentur dada bidang milik Malvin "Akh! Sakit tau"
"Sorry?"
"Lo nyari siapa? Didalam udah sepi" Tanya Tifan sambil berusaha melepaskan tangannya yang masih Malvin genggam.
"Nyari lo"
"Hah? Nyari gue? Ada apa lagi?"
"Gue pinjem Tifan sebentar ya?" Malvin bertanya pada kedua sahabat Tifan yang dibalas dengan anggukan lalu setelah mendapat persetujuan mereka, Malvin segera menarik Tifan menajauh.
"Malvin! Lo apa-apaan si? Gue mau pulang" Rengek Tifan
"Pulang bareng gue"

Comentário do Livro (415)

  • avatar
    MozaMoza

    Salting gw

    09/08

      0
  • avatar
    GantengUlhaq

    mantap sekali

    04/08

      0
  • avatar
    MlStok

    Ceritanyaa bagus dan saya suka

    16/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes