logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

We Are Player

We Are Player

Galuh Fidyananda


Capítulo 1 Keluarga Bahagia

Suara dering alarm mengacaukan mimpi seorang gadis bersurai hitam panjang itu, dengan terpaksa dan ogah-ogahan dia menyibak selimut putih yang menggulung tubuhnya lalu bangun dan berjalan ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah yang sudah membalut tubuh rampingnya.
Gadis itu adalah Tifan. Lebih tepatnya Tifan Syazila Hasan, anak gadis dari pasangan Mira dan Hasan. Tifan sekarang sedang duduk di bangku kelas 12 SMA, dimana waktunya bukan lagi untuk main-main karena akan banyak serangkaian ujian yang harus dihadapi. Belum lagi mimpi yang harus dicapai. Tifan memiliki wajah yang manis dengan rambut yang panjang, tubuhnya juga ramping dan kulitnya putih.
Setelah dirinya siap, gadis itu segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni undakan tangga dengan hati yang gembira sambil sedikit menyanyikan lagu Shower - Becky G. Pada undakan terakhir, mata Tifan langsung disambut dengan seorang wanita paruh baya cantik yang sedang menyiapkan sarapan.
Secepat kilat Tifan menghampiri wanita itu lalu mencium pipinya "Selamat pagi bunda"
Mira -Bunda Tifan- tersenyum ke arah anak gadisnya lalu balas mencium kening Tifan seraya berkata "Selamat pagi anak bunda"
"Ayah sama Jeno kemana bun?" Tanya Tifan pada sang Bunda.
Jeno? Dia adalah kembaran Tifan. Meskipun mereka kembar tapi wajahnya sangatlah berbeda, tidak ada miripnya sama sekali. Mereka tak identik juga tak sama, hanya ditakdirkan lahir pada rahim yang sama, hari yang sama, jam yang sama dan menit yang membedakan. Karena wajahnya dengan Tifan berbeda, mereka sering di gosipkan pacaran. Fakta yang paling menyebalkan menurut Tifan adalah dia harus memanggil Jeno dengan sebutan abang padahal mereka hanya beda 3 menit.
"Nyari ayah sayang?" Sebuah suara berat mengalun dan setelah itu Tifan mendapat kecupan lagi di dahinya, pagi yang sangat indah bukan?
Tifan tersenyum lebar lalu menarik bangku yang dia duduki mendekat ke tempat duduk Hasan -Ayah Tifan- dan mencium pipinya "Selamat pagi ayah"
"Selamat pagi princess" Jawab Hasan sambil mengelus lembut rambut Tifan yang tergerai.
"Ayah..." Panggil Tifan.
"Kenapa sayang?" Sahut Hasan.
"Tifan mau bel-" Ucapan Tifan terpotong oleh teriakan Jeno.
"Morning Everyone!!" Setelah memotong ucapan Tifan dengan teriakannya, Jeno mengecup pipi Mira dan juga Hasan
"Morning beatiful twins" Sapa Jeno lalu ingin mencium pipi kembarannya, namun secepat kilat Tifan menghindar dan menarik jambul yang selalu Jeno banggakan itu.
"Argh! Sakit Tifan" Pekik Jeno.
Tifan melepaskan tangannya dari jambul kebanggaan Jeno itu dan tanpa rasa bersalah Tifan malah tersenyum manis ke arah Jeno yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan, mata Jeno menatap tajam kembarannya.
Tifan tertawa polos tanpa dosa "Morning my crazy twins"
"Jeno, Tifan! Cepat habiskan sarapan kalian lalu pergi sekolah" Perintah Mira
"Tifan yang bener dong bangkunya" Tambahnya lagi saat melihat posisi duduk anak gadisnya yang berantakan.
"Iya Bunda...." Jawab Tifan sambil menarik bangku yang dia duduki ke tempat semula membuat Hasan terkekeh geli menatap keluarga kecilnya yang bahagia ini.
"Oh iya! Tadi Tifan mau apa?" Tanya Hasan pada anak gadisnya.
"Tifan mau beli novel baru Ayah" Sahut Tifan dengan penuh antusias.
"Novel lagi novel terus novel mulu" Bukannya Hasan yang menyahut malah Jeno yang menjawab dengan nada mengejek.
Tifan menatap Jeno kesal, ingin sekali dia melempar roti yang sedang dia makan ke wajahnya yang sok ganteng itu "Bawel.."
"Suttt. Bisa gak sih kalian berdua tuh akur, Bunda cape liat kalian debat mulu, berantem terus..." Tegur Mira pada kedua anaknya.
"Jeno duluan bun"
"Tifan duluan"
"Jeno"
"Tifan"
"Jeno"
"Tifan"
"Astaga! Pengen deh Bunda masukin kalian kedalam rahim lagi" Kata Mira, membuat sepasang anak kembar yang sedang berdebat itu diam seketika.
"Udah bun. Gak apa-apa kok, lagian kalo mereka akur rumah kita sepi" Ucap Hasan sambil menyeruput kopinya.
"Ayah kok gitu sih?" Mira memandang suaminya kesal dan yang dipandang hanya terkekeh geli. Meskipun umurnya tak lagi muda, Bunda Mira itu adalah sosok yang manja jika sudah berhadapan dengan Hasan, suaminya.
"Jeno, Tifan. Udah selesai sarapan nya?" Tanya Hasan.
"Udah" Jawab mereka berdua secara bersamaan.
"Ayok! Tifan Ayah anter" Ajak Hasan, mengabaikan Mira yang sedang merajuk.
"Hehe. Ayok Ayah" Jawab Tifan sambil menggandeng tangan sang Ayah, Hasan.

"Ayah selingkuh sama Tifan dulu ya bun" Setelah mengatakan itu Hasan menarik anak gadisnya keluar sambil tertawa apalagi saat teriakkan Mira menggelegar membuat tawa mereka semakin pecah.
"Ayah! Tifan!"
"Kasian jomblo" Ledek Jeno sambil mencium pipi Mira lalu menyusul lari keluar.
"Jeno uang jajan kamu Bunda potong!"
***
Bel istirahat berkumandang merdu membuat para siswa dan siswi di manapun memekik kegirangan, sama halnya dengan kedua sahabat Tifan yang luar biasa hebohnya.
Rika Aleysa Harris. Cewek cantik, super heboh, centil, alay, berisik dan selalu update gosip sekolah. Dia yang paling mengerti dan paling peka diantara mereka bertiga, Rika suka fashion dan ingin menjadi designer terkenal yang mendunia.
Sin Yura Anestasya. Dia belasteran Korea-Indo, wajahnya korea asli mengikuti eommanya. Suka makan tapi gak gendut-gendut. Dance? Mereka bertiga suka dengan yang satu itu. Yura cenderung cuek dengan sekitar beda sekali dengan Tifan dan Rika.
"Akhirnya! Bebas juga dari macan yang satu itu, ke kantin yuk!" Ajak Rika sambil memasukan buku-buku yang ada di mejanya ke dalam tas.
"Kalian aja deh, gue nitip aja ya" Jawab Tifan sambil mengeluarkan sebuah novel dan mulai membacanya.
"Kebiasaan banget sih, Fan" Kata Yura yang duduk di sebelah Tifan.
"Tau! Sekali-kali kek lo keluar, ngerem aja di kelas tapi gak bertelur" Timpal Rika.

"Malas ah. Pasti rame banget deh di kantin"

Rika menarik novel yang ada ditangan Tifan "Ayok! Kita ke kantin. Gak ada bantahan Tifan Syazila Hasan"
"Rika..." Rengek Tifan.

Rika memberikan novelnya pada Yura "Simpan Raa, jangan dibalikin"
"Siap!" Yura memasukkan novel milik Tifan ke dalam tasnya.
Tifan memandang kedua sahabatnya dengan tatapan kesal "Jahat ih!"
"Cup cup anak Bunda jangan nangis" Yura merangkul Tifan lalu menariknya keluar kelas.
Rika juga ikut merangkul Tifan, jadilah dia di apit oleh dua manusia aneh yang sialnya mereka bersahabat. Tifan hanya bisa pasrah, sebenarnya alasan dia sangat malas ke kantin selain ramai adalah disana pasti ada tim heboh.
Kenapa Tifan menyebutnya dengan sebutan tim heboh? Karena saat cowok bernama Malvin Dirgantara dan gerombolannya datang suasana kantin akan semakin ramai dengan suara teriakkan dari tim heboh salah satunya adalah Rika.
Tifan duduk di depan Rika dan Yura. Apa Kalian ingin tau apa yang dilakukkan Rika saat pertama kali menginjakkan kakinya di kantin? 'mencari Malvin Cs' itu lah yang dia lakukan.
"Rika. Apa yang harus di banggain dari mereka sih? Dari pada lo nyari yang gak ada, lebih baik lo pesenin makanan gih" Ucap Tifan dengan santai sambil mengeluarkan ponselnya yang ada dikantong seragamnya.
Rika cemberut sambil menatap Tifan dengan tatapan kesalnya "Ih lo mah Fan, suka gitu"
"Gue mie ayam sama es teh ya rika syantik" Kata Yura tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Tifan baso sama es jeruk ya mba" Tambah Tifan.
Rika bediri dari duduknya lalu membungkuk sopan dan memasang fake smile di wajahnya "Ditunggu ya mba pesanannya"
Tifan dan Yura tertawa geli melihat kelakuan sahabatnya yang sedang berjalan meninggalkan mereka berdua sambil menghentak-hentakan kakinya dengan wajah kesal.
Setelah kepergia Rika, Yura fokus pada game yang ia mainkan di ponselnya. Sedangkan Tifan menghembuskan nafasnya lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin yang padat manusia. Tiba-tiba terdengar pekikkan keras dari tim heboh yang saling bersahutan satu sama lain membuat kepala Tifan pusing seketika, Dia menatap malas perempuan yang sedang gigit jari saat melihat objek yang menurutnya tampan bak dewa yunani itu.
"Kak Malvin ganteng banget."
"Iya, makin hari makin ganteng aja."
"Kok bisa ada manusia sesempurna Kak Malvin ya?"
Rika datang terburu-buru lalu menaruh pesanan mereka diatas meja dan memekik girang saat matanya menemukan objek yang dia cari sedari tadi "Akhhh Malvin ganteng banget sih, Pandu juga manis. Ya Allah nikmat mana lagi yang engkau dustakan"
"Raa. Itu cowok lo makan apa si? Ko bisa cakep gitu?" Rika menepuk bahu Yura yang duduk di sampingnya tanpa menoleh, matanya masih fokus dengan objek yang sama.
"Menurut lo? Cowok gue itu udah terlahir ganteng, Rika" Jawab Yura dengan santai dan disambut getokan maut dari Rika membuat Yura meringis sakit.
"Tifan liat deh! Ganteng kan? Makannya jangan di kelas mulu, gak perih apa mata lo? Mending disini aja sama gue, kita cuci mata"
"Apaan banget deh si Rika" Jawab Tifan dengan malas, lalu dia menyendokkan bakso ke dalam mulutnya dan menatap Yura yang sedang tersenyum menatap Pandu, pacarnya.
Rika menangkup wajah Tifan lalu mengarahkannya ke objek yang ia puja tadi "Nah cakep-cakep kan?"
"Ih Rika. Gue lagi makan nanti keselek" UcaP Tifan sambil terus menepuk tangan Rika yang masih menangkup wajahnya.
Yura terkekeh geli melihat aksi Rika "Rika liat tuh liat, si Tifan merem"
"Ih Tifan buka matanya!!" Teriak Rika sangking kesalnya.
"Gak mau!" Teriak Tifan tidak mau kalah.
"Tifan lo liat dulu!" Kata Rika tanpa menurukan nada suaranya.
"Lagian apa bagusnya dari mereka sih?"

"Mereka ganteng. Dan lo harus liat!"
Tifan mengalah. Dia membuka kedua mata dan tatapannya bertemu dengan iris mata tajam yang membuat siapa pun terpaku saat melihat mata itu, seakan sadar Tifan segera mengalihkan pandangannya ke sekitar kantin yang mendadak sunyi. Apakah suaranya dan suara Rika tadi sekeras itu? Tifan tidak perduli! Lalu dia kembali menetralkan raut wajahnya dan meminum es jeruk yang di atas meja. Akhhhh pipinya pasti sudah memerah menahan malu, dasar Rika kurang ajar, maki Tifan dalam hati.
"Gimana?" Tanya Rika sambil menaik turun kan alisnya.
Tifan tidak menjawab, dia hanya menatapnya dengan tajam dan kembali memakan bakso pesanannya.
Yura terkekeh geli menatap aksi kedua sahabatnya yang konyol itu "Fan. Diliatin tuh sama Malvin"
"Bodoamat" Jawab Tifan dengan cepat.
Yura tertawa lepas lalu mencubit kedua pipi Tifan "Ughhh! Lo lucu banget sih. Tapi serius dia lagi liatin lo"

Comentário do Livro (415)

  • avatar
    MozaMoza

    Salting gw

    09/08

      0
  • avatar
    GantengUlhaq

    mantap sekali

    04/08

      0
  • avatar
    MlStok

    Ceritanyaa bagus dan saya suka

    16/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes