logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Chapter 2

Clara mengerjap-ngerjapkan mata, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya matahari yang menerpa iris matanya. Dia menatap sekeliling dan mendapati dirinya tengah berada di sebuah ruangan yang asing baginya. Dia bergegas bangkit berdiri.
“Uukkhh ...,” rintihnya spontan ketika dia merasakan sakit dan perih tepat pada area sekitar pangkal pahanya.
“Aw, apa yang terjadi padaku? Kenapa sakit sekali?” Gumamnya yang tentu saja hanya bisa didengar olehnya karena tak ada siapa pun di ruangan itu. Dengan perlahan dia mencoba berjalan, namun atensinya teralihkan ketika dia melihat sebuah bunga berwarna ungu tergeletak tidak jauh dari pintu. Melihat tanaman itu, dia pun mengingat kejadian yang dialaminya ketika dia berniat mencari tanaman itu di hutan. Tapi anehnya dia tidak mengingat apa pun setelah itu, dia bahkan tidak ingat kenapa dia berada di dalam ruangan yang tampak asing baginya itu.
Dengan wajah berbinar Clara mengambil tanaman itu, dan melangkah dengan gontai meninggalkan ruangan. Setelah berada di luar, akhirnya Clara menyadari bahwa tadi dia tertidur di sebuah gubuk yang letaknya tidak terlalu jauh dari hutan terlarang. Dia berpikir mungkin dia diserang hewan liar di hutan dan seseorang telah menyelamatkan hidupnya. Dia hanya mencoba berpikir positif dengan peristiwa janggal yang dialaminya ini.
Langkah demi langkah dia arungi, hingga tibalah dia di depan rumahnya. Dia berlari memasuki rumahnya mengabaikan rasa sakit yang dirasakannya.
Namun, langkahnya terhenti ketika dilihatnya banyak orang yang berkumpul di dalam rumahnya. Orang-orang berpakaian hitam dengan wajah mereka terlihat dipenuhi duka dan kesedihan.
“Clara, ke mana saja kau, Nak? Sudah tiga hari ini kau menghilang, kami sangat mengkhawatirkanmu.” Seorang wanita paruh baya yang terlihat jelita, yang mengatakannya begitu melihat sosok Clara. Sosok wanita yang tidak lain adalah ibu kandung Clara.
“Tiga hari aku menghilang,” gumam Clara tampak tak percaya.
“Ya, ke mana saja kau selama tiga hari ini?” Clara tak mengatakan apa pun, tatapannya masih kosong. Lalu dia mengangkat tangan kanannya yang memegang tanaman obat legendaris, melihatnya membuat sang ibu terhenyak kaget. Dia tahu tanaman apa yang sedang dipegang putrinya itu karena dulu ibunya yang tidak lain adalah Cleo Huston, pernah menceritakan tentang tanaman obat ajaib itu.
“Kau ... apa kau pergi ke hutan terlarang untuk mencari tanaman ini?!” Tanya ibunya sedikit membentak. Clara hanya mengangguk.
“Ini untuk Nenek,” jawabnya pilu, tampak menyadari apa yang tengah terjadi di dalam rumahnya setelah dia melihat foto neneknya dalam ukuran besar diletakkan di sebuah meja dengan karangan bunga yang melingkarinya. Clara pun tak mampu lagi menahan lelehan air matanya.
“Nenek sudah beristirahat dengan tenang sekarang. Dia tidak akan merasa kesakitan lagi.” Tanaman obat yang sejak tadi digenggamnya kini terkulai di lantai, ibunya memungutnya menyadari tanaman itu sangat berharga.
“Kapan Nenek meninggal?”
“Tadi pagi. Pemakamannya baru saja selesai,” jelas ibunya yang sukses membuat tubuh Clara terkulai lemas. Perjuangannya sia-sia, dia sudah terlambat untuk menyelamatkan neneknya.
***
Satu bulan berlalu semenjak kejadian di hutan. Clara selalu memikirkan apa yang telah terjadi padanya, tapi melihat tidak ada yang aneh pada tubuhnya, dia pun memutuskan untuk berhenti memikirkannya.
Dia pun memutuskan untuk berhenti menangisi kepergian neneknya, setelah hampir satu bulan ini dia sering menghabiskan waktunya di dalam kamar neneknya karena belum bisa menerima kenyataan bahwa neneknya sudah pergi untuk selamanya. Dia sadar sudah saatnya untuk bangkit dari kedukaannya, terutama mengingat tinggal satu bulan lagi dia akan melangsungkan pernikahan.
“Clara! Maxy sudah menunggumu. Cepatlah keluar, apa kau masih berdandan di dalam?” Suara ibunya membuat Clara tersadar bahwa dia sedang merias diri di kamarnya. Hari ini dia memang sudah berjanji akan pergi berkencan dengan tunangannya. Beberapa hari ini Clara merasa wajahnya sangat pucat, karena itu dia memutuskan untuk sedikit merias wajah untuk menutupinya. Padahal biasanya dia tidak suka berdandan.
Setelah merasa penampilannya sempurna, dia pun beranjak keluar dari kamar untuk menemui pria tercintanya.
Seulas senyum tersungging di bibir Clara ketika tatapannya bertemu dengan tatapan prianya.
“Hari ini kau terlihat luar biasa,” ucap Maxy yang tentu saja membuat semburat merah menghiasi wajah ayu Clara.
“Sudah siap untuk menciptakan kenangan indah hari ini?” Clara hanya mengangguk, lalu mereka pun melenggang pergi sambil berpegangan tangan. Membuat kedua orang tua Clara yang melihatnya tersipu malu sekaligus lega mengetahui hubungan mereka berdua tampak baik-baik saja dan semakin romantis. Walau bagaimanapun bagi ayah Clara, pernikahan putrinya ini merupakan sesuatu yang penting. Maxy berasal dari keluarga terpandang di desa Tussand, meski sebenarnya keluarga Clara pun cukup terpandang tapi menurutnya jika kedua keluarga terpandang bersatu, maka mereka akan menjadi keluarga besar yang dihormati semua penduduk desa.
Clara dan Maxy memutuskan untuk pergi ke tempat favorit mereka, tidak lain merupakan sebuah taman yang keindahannya selalu berhasil menghipnotis mereka. Sesaat lagi mereka akan tiba di taman, namun sesuatu yang janggal terjadi.
Dalam genggaman tangannya, Maxy merasakan tangan Clara sangat dingin dan tiba-tiba saja tubuhnya oleng. Dengan sigap Maxy menahannya dan tindakannya tepat melihat Clara nyaris tumbang jika Maxy tidak menangkapnya tepat waktu.
Make up yang menghiasi wajah Clara tak mampu menutupi wajahnya yang semakin pucat, sontak membuat Maxy cemas melihatnya.
“Kau kenapa? Jika sedang sakit seharusnya kau menolak ajakan kencan dariku,” ucap Maxy tampak kesal tapi tersirat kecemasan yang amat besar. Menyadari tubuh Clara semakin lemas dan wajahnya yang semakin pucat, Maxy memutuskan untuk menggendongnya dan membawanya berobat ke tempat salah seorang tabib yang paling tersohor di desa itu.
Tabib itu memeriksa dengan seksama keadaan Clara ketika sepasang kekasih itu sudah tiba di kliniknya.
“Bagaimana keadaannya?” Tanya Maxy dengan raut wajah yang mulai panik. Dia tampak heran melihat wajah tabib yang mengerutkan alis tanpa mengatakan apa pun ketika memeriksa denyut nadi dan detak jantung Clara. Kekhawatiran Maxy semakin memuncak ketika melihat raut terkejut di wajah tabib itu ketika dia memeriksa perut Clara.
“Ada apa? Dia baik-baik saja, kan?” Tanya Maxy lagi dengan nada khawatir yang kini berubah menjadi nada penuh ketakutan.
“Kalian berdua sudah menikah?” Bukan memberi jawaban, tabib itu justru mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Maxy tercengang untuk sesaat.
“Belum, pernikahan kami baru akan dilangsungkan bulan depan.” Maxy menjawab dengan sejujur-jujurnya.
“Cepatlah langsungkan pernikahan sebelum perutnya membesar, akan menjadi masalah besar jika penduduk desa mengetahui calon istrimu telah hamil di luar nikah.” Bagai tersambar petir, itulah gambaran dari perasaan Maxy saat ini. Menurutnya perkataan tabib itu sangat mustahil. Bagaimana mungkin Clara bisa hamil, mengingat mereka belum pernah melakukan hubungan intim meski satu kali pun.
“Cepatlah bawa dia dari sini, dan segera langsungkan pernikahan kalian. Aku akan mencoba membantu kalian dengan merahasiakan kehamilannya,” ucap tabib itu dengan tatapan tajamnya pada Maxy. Memang di desa Tussand, adab dan tradisi kuno masih sangat dijunjung tinggi para penduduknya. Wanita yang hamil di luar nikah akan dianggap sebagai sumber bencana dan akan mendapatkan hukuman yang cukup berat. Jika pria yang menghamilinya tidak bertanggungjawab, maka wanita itu tidak akan pernah menikah seumur hidupnya dan akan dikucilkan oleh seluruh penduduk desa.
“Setidaknya biarkan kami di sini sampai dia siuman, aku mohon pada anda,” pinta Maxy dengan wajah sendu, membuat tabib itu akhirnya menghela napas panjang lalu mengangguk terpaksa.
10 menit kemudian ... Clara akhirnya kembali membuka mata. Dia mendapati berada di sebuah ruangan yang sangat asing baginya sontak membuatnya bangkit dari posisi berbaring. Dia menatap sekeliling dan kelegaan tidak terkira dia rasakan ketika melihat sosok tunangannya sedang duduk tak jauh darinya.
“Max, kita ada di mana?” Tanyanya bingung, tapi pria itu hanya menatapnya tajam tanpa bersuara sedikitpun. Merasa heran dengan sikap tunangannya, Clara pun berjalan mendekatinya.
“Max, apa terjadi sesuatu?” Tanyanya lagi menyadari tunangannya itu memang bersikap sangat aneh. Selama ini Maxy tak pernah mengabaikannya seperti ini.
“Siapa?” Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Maxy, membuat Clara mengernyit tak mengerti.
“Apa maksudmu? Aku ti ...”
“Siapa pria yang telah menghamilimu?” Kedua mata Clara membulat sempurna mendengarnya.
“A-Apa maksudmu?”
“Jangan berpura-pura tak tahu apa-apa. Kau sedang hamil dan aku bertanya siapa ayah dari janin yang kau kandung itu?!!” Maxy tak sanggup lagi menahan emosinya. Air mata meluncur indah membasahi wajah Clara mendengar Maxy untuk pertama kali membentaknya.
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Aku mohon jangan menakutiku seperti ini.” Air matanya semakin mengalir deras, terutama ketika dia melihat wajah Maxy memerah karena amarahnya yang tengah memuncak.
“Aku pikir kau mencintaiku. Aku pikir kau wanita baik-baik yang bisa menjaga dengan baik kepercayaan yang kuberikan padamu. Aku tak menyangka kau tega mengkhianatiku seperti ini. Aku sangat kecewa padamu.” Maxy melenggang pergi begitu saja, mengabaikan Clara yang semakin terisak.
***
Hari itu ... rumah keluarga Huston cukup ramai. Semua orang sedang bersiap untuk menyambut kedatangan keluarga Walter yang memberi kabar akan berkunjung hari ini. Tidak ada yang tahu alasan keluarga itu tiba-tiba mengajukan pertemuan keluarga karena mereka tidak mengatakan apa pun. Lain halnya dengan Clara, dia merasakan sebuah firasat buruk. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi dalam pertemuan antar dua keluarga itu.
Saat-saat yang dinantikan pun akhirnya tiba. Rombongan keluarga Walter tiba di kediaman keluarga Huston. Sosok Maxy pun terlihat datang, membuat Clara semakin cemas terutama ketika dia melihat tatapan tajam pria itu padanya.
“Sebuah kehormatan mendapatkan kunjungan dari kalian. Sungguh kami sangat senang.” Kata-kata pertama yang terlontar dari mulut Harry Huston yang tidak lain merupakan kepala keluarga Huston, ketika kedua keluarga itu sudah berada dalam satu ruangan.
“Kedatangan kami kemari untuk meminta penjelasan dari putrimu,” timpal Bram Walter yang merupakan kepala keluarga Walter sekaligus ayah Maxy. Tersirat emosi dalam suaranya, dia bahkan tak mempedulikan sopan santun lagi.
“Penjelasan dari putriku, aku tidak mengerti maksud anda.” Harry menatap ke arah Bram, lalu beralih menatap ke arah Clara, sama sekali tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. Clara hanya menundukan kepala sambil meremas tangannya sendiri, sebenarnya dia sangat ketakutan saat ini.
“Sepertinya Clara belum menceritakan tentang kehamilannya padamu.” Bukan hanya Harry, bahkan semua anggota keluarga Huston terbelalak mendengarnya. Semua pasang mata kini tertuju pada Clara yang sudah terisak dengan tubuh yang gemetaran.
“Apa maksudnya kau sedang hamil?!” Geram Harry dengan tatapan penuh amarah pada putrinya itu. Clara semakin meremas tangannya kuat dan isakan tangisnya semakin memperjelas bahwa dia sedang sangat ketakutan. Merasa pertanyaannya diabaikan, Harry berjalan mendekati putrinya yang masih menundukan wajah. Dia cengkeram kuat tubuh putrinya.
“Jawab Clara, apa maksudnya kau sedang hamil? Apa kau benar-benar sedang hamil?” Clara tak berani menatap wajah ayahnya yang tentunya sangat menyeramkan karena kemurkaannya. Clara tertegun hingga kemudian dia menganggukan kepala pelan. Semua orang terperanjat melihat reaksi Clara. Ibunya bahkan menutup mulut tak percaya dengan air mata yang sudah menganak sungai di wajahnya.
Harry melepaskan cengkeraman tangannya pada Clara dan berbalik menatap penuh amarah pada Maxy. “Kau ... harus segera mempertanggungjawabkan perbuatanmu,” ujarnya mantap pada Maxy, tetapi hanya ditanggapi senyuman sinis oleh Maxy.
“Maaf. Seharusnya anda tanyakan dulu pada putri anda siapa yang telah menghamilinya karena jujur saja saya tak pernah sekali pun menyentuhnya,” timpal Maxy enteng dan penuh percaya diri. Amarah semakin memuncak di dalam diri Harry. Dia kembali mencengkeram tubuh Clara kuat, membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Siapa yang sudah menghamilimu? Benarkah dia bukan Maxy?!!” Dia kembali membentak Clara, membuat Clara semakin gemetaran.
“JAWAB CLARA!!” Teriaknya yang sukses membuat Clara terhenyak. Akhirnya Clara memberanikan diri untuk menatap wajah ayahnya. Dia semakin gemetaran ketika melihat wajah sang ayah yang memerah, kentara sekali dia sedang begitu murka.
“B-Bukan Maxy. A-Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, aku heran kenapa tiba-tiba aku hamil,” jawab Clara dengan suara serak karena isakan tangisnya yang belum reda. Harry merasa jawaban putrinya itu telah menghancurkan harga diri dan kehormatan keluarganya yang selama ini susah payah dia jaga.
“Kami sangat kecewa dengan putri anda. Kami merasa semuanya sudah jelas dan maksud kedatangan kami kemari adalah untuk membatalkan pertunangan dan rencana pernikahan putra-putri kita.” Harry mendengarnya, sangat jelas terdengar di telinganya. Namun, dia berpura-pura tuli dan tak bergeming dari tempatnya berdiri. Bibirnya pun seolah enggan melontarkan kata-kata untuk membalas ucapan Bram.
“Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kami mohon undur diri,” kata terakhir yang diucapkan Bram sebelum dia dan keluarganya beranjak bangun dari posisi duduk. Mereka pun melangkah pergi.
Clara terhenyak ketika sebuah cincin tiba-tiba jatuh ke atas pangkuannya. Dia mendongak dan mendapati tatapan jijik dari kedua mata Maxy, padahal kedua mata itu dulu selalu memancarkan cinta dan kasih sayang untuknya.
“Aku tidak sudi memakai cincin itu lagi. Dengan ini semua ikatan di antara kita berakhir sepenuhnya. Selamat tinggal.” Pria itu pun melenggang pergi, meninggalkan Clara dengan sejuta luka di hatinya dan sebuah kehancuran bagi keluarga Huston.

Comentário do Livro (22)

  • avatar
    Tony Clabert

    sangat membantu..

    15/08

      0
  • avatar
    Riana

    bagus

    17/06

      0
  • avatar
    LestariDewi putri

    🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

    01/05

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes