logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3 Rahasia

“Anak-anak, kalian Mama pesankan taksi onlen saja, ya! Soalnya Mama harus buru-buru bertemu Manajer,” ujarku berbohong.
“Ya, kayaknya kita akan sering terus diantar taksi onlen deh, mulai sekarang,” keluh Nadira.
“Ya tidak apa-apa, Dek. Demi kesuksesan Mama harus ada yang dikorbankan. Lagian memang kenapa kalau diantar taxi onlen? Yang penting sampai juga ke sekolah,” ucap Salma.
“Terima kasih, Sayang atas pengertiannya. Tapi nanti kalau Mama sibuk terus, Mama akan memperkerjakan seorang supir. Ya sudah, Mama berangkat sekarang,” pamitku setelah menciumi mereka.
Segera kutancap gas dan melaju menuju kantor tempat suami bekerja. Setelah sampai, kuminta security untuk memarkirkan mobil.
“Pak Yunus, tolong parkirkan!”
“Siap. Buru-buru sekali, Bu. Ada urusan mendesak sama bapak?" tanyanya yang sudah cukup mengenalku karena Andre sering membawaku ke acara kantor.
Aku hanya mengulas senyum singkat tidak menjawab. “Apa Bapak ada di ruangannya?”
"Kayaknya di lantai dua, Bu. Soalnya ada meeting pagi. Tapi coba cek saja dulu ke ruangannya.”
“Baik, terima kasih.”
Aku langsung menuju lantai dua. Alah, meeting pagi sampai jadi alasan untuk bermesum sama gundikmu. Dasar brengsek! umpatku. Aku benar-benar tidak kuat lagi. Akan aku rekam perbuatan menjijikan kalian dan akan kupermalukan di depan orang-orang kantor. Biar viral sekalian.
Kupelankan langkah agar bunyi sepatuku yang beradu dengan lantai tidak terdengar. Siapkan kamera dalam posisi on. Detik rekaman mulai berjalan maju. Jangan ditanya jantungku berirama seperti apa saat ini? Bukan sekedar irama zumba lagi, melainkan bak bom waktu yang akan segera meledak. Terdengar suara kasak kusuk dari dalam ruangan.
Klik, handle pintu kuputar. Sebelah tangan yang memegang ponsel bergetar hebat. Kukendalikan sebisanya agar aktifitas di dalam bisa tertangkap jelas. Sontak mataku terbuka selebar-lebarnya saat layar ponsel menunjukan sekumpulan orang yang sedang membolak-balik kertas.
Ponselku seketika terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang membuat orang di dalamnya menoleh. Pun dengan daun pintu yang terbuka lebih lebar.
“Sayag, kamu di sini?” tegur Andre.
“Eh anu Mas, a-aku ada perlu,” ucapku salah tingkah.
Tentu mukaku pasti merah padam. Kilatan amarah berubah jadi malu. Netraku mengedarkan pandangan untuk mencari sosok sekretaris baru Andre. Namun, diantara mereka tidak tampak ada orang baru, selain lelaki berjas hitam yang kukira itu seorang klien.
“Oh mohon tunggu sebentar, ya!” izin Andre.
“Iya, Pak silahkan,” ucap mereka kompak.
Andre pun keluar ruangan untuk mengobrol denganku. “Ada apa, Sayang? Mendesak sekali sampai ke kantor tidak bilang dulu?” tanyanya dengan gurat sedikit tegang.
“Iya. Tadi aku telpon Mas, tapi tidak tersambung. Jadi aku ke kantor untuk memastikan keadaan Mas. Takut kenapa-kenapa. Aku tadinya hanya mau memberitahukan kalau sepertinya hari ini tidak bisa jemput anak-anak. Jadi Mas yang jemput, ya!” tuturku.
“Ya ampun, kirain ada apa? Iya nanti pasti Mas sempatkan jemput anak-anak. Ponsel Mas tadi disilent biar meetingnya fokus. Tapi terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Kamu memang istri terbaik,” pujinya lalu memelukku.
“Kalau begitu Aku pamit. Maaf sudah mengganggu meetingnya,” sesalku lalu melepaskan diri dari pelukan.
“Tidak apa-apa, Sayang.”
Sepanjang jalan aku tidak habis pikir. Kenapa perkiraanku sampai bisa meleset. Apa aku sudah berlebihan mencurigai dia? Tidak! ponsel rahasia yang kutemukan dan isinya yang ternyata pengkhianatan sudah sangat jelas. Jadi tidak mungkin aku keliru.
Pikiranku yang larut tenggelam membuatku tidak sadar kalau ternyata sudah sampai di suatu gedung yang akan menjadi saksi bahwa seorang Dinda akan comeback ke dunia acting.
“Wah, wah … siapa yang datang?” sambut Manajerku dengan tepukan tangan.
“Maaf, terlambat ya?”
“Tidak masalah kesayanganku. Saya sungguh merasa mimpi kalau ratu film tanah air akhirnya comeback,” ujar salah satu kru.
“Ah, itu 'kan dulu. Sekarang aku hanya artis amatiran lagi,” balasku.
“Jangan merendah. Keahlianmu dalam berakting tidak mungkin hilang gitu saja, jadi ratuku ayo kita buat kontraknya,” ajak salah satu perwakilan rumah produksi.
“Aku harus baca dulu isinya dong,” pintaku.
“Oh, sampai lupa. Tentu saja. Ini silahkan, semuanya sudah tertera jelas di situ," terangnya.
Aku membacanya dengan teliti. Tidak ada satu pun yang terlewat. Isinya aku pikir sama-sama menguntungkan. Seperti yang dulu-dulu, aku sangat percaya dengan rumah produksi ini.
"Ok. Dimana saya harus tanda tangan?"
"Yes! Disini, di sini dan di sini!” tunjuknya.
Selesai mendatangani kontrak, aku mengetes terlebih dahulu kemampuan aktingku. Awal-awal aku merasa kaku dan canggung, mungkin karena sepuluh tahun telah meninggalkan dunia ini. Terlebih, pikiranku ambyar gara-gara ponsel rahasia Andre yang kutemukan.
"You lagi ada masalah cinta?" tanya manajerku, Ari. Cinta adalah sebutan akrabnya padaku sedari dulu.
Lelaki tulang lunak itu bukan hanya sekedar manajer, bagiku sudah seperti sahabat dan keluarga sendiri. Ia pun sudah hapal banget watakku, kebiasaanku juga pikiranku yang apabila sedang kalut.
"Masalah? Tidak ada," jawabku. "Ok, aku akan mencoba lagi perannya." Seorang Dinda tidak pernah menyerah.
Fokus, fokus dan fokus! Kukobarkan semangat di dadaku. Membayangkan segala kemungkinan terburuk dengan pernikahanku kelak. Jadi aku harus bisa dan siap. Setidaknya harus menghasilkan cuan kembali. Ini semua demi anak-anak, Salma dan Nadira.
Kujajal lagi kemampuanku. Berusaha memberikan akting yang terbaik.
"Wow, sudah lumayan. Sepertinya tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan bakatmu,” puji sang sutradara kawakan.
“Terima kasih. Masih ada yang harus aku perankan?”
“Ada satu lagi. Tapi kita cut dulu ya. lapar nih,” ujarnya.
“It’s ok!”
Selagi istirahat, kami berkumpul dengan kru-kru film yang pernah menjadi rekanku dulu. Kembalinya aku ke dunia ini disambut hangat dan dukungan luar biasa. Bahkan aku sudah disodorkan beberapa judul film untuk kubintangi. Tapi tentu aku bisa memilih dan memutuskan film mana yang akan kuambil. Dengan melihat harapan besar mereka, aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan mengecewakannya.
“Yakin tidak akan cerita tentang masalah you?” bisik Ari di sela-sela rehat.
"Masalah apa sih? Sudah dibilang tidak ada," tegasku.
"Jangan bohong! Meski kamu jago akting, tapi mata akika bisa menangkap jelas kalau you lagi punya masalah."
“Jadi, aku ketahuan nih, kayak dulu-dulu?”
“Ya iyalah, Cin. Akika selalu paham tentang yey,” ujarnya sambil menunjukku.
“Iya. Tapi sekarang belum waktunya untuk cerita. Lagi pula sekarang aku hanya ingin fokus pada awal karir yang kujajaki.”
"Baiklah kalau itu mau you. Tapi jangan pernah sungkan kalau mau cerita, ya!"
"Siap. Makasih, Ri."
"Sama-sama," balasnya sambil menepuk-nepuk bahuku.
Waktu istirahat habis. Aku kembali mencoba memerankan semua yang sudah ada di skrip.
“Sekarang coba perankan seorang istri yang sedang marah lantaran suaminya berselingkuh,” titah sutrada bak panah melesat tepat di hatiku.
“Baik,” jawabku professional.
“Satu, dua, action!” aba-abanya.
"Mas, jelaskan semua yang ada di ponsel rahasiamu! Kamu jahat, Mas! Jika ada yang kurang pada diriku, tolong katakan. Jangan kau hanya diam saja lalu mencari pelengkapnya pada jalang di luar. Katakan, Mas! Katakan!" cecarku penuh kilatan amarah saat memerankan.
“Good job! Meski pun naskahnya berbeda dengan yang ada di skrip. Tapi sungguh amazing! Ini yang kita tunggu-tunggu dari tadi. Sebuah totalitas akting yang sempurna. Benar-benar ngena ke hati. Keren, keren, luar biasa!” pujinya seraya mengacungkan dua jempol.
“Iya, Cinta. Caramu akting barusan seperti nyata terjadi. Marahmu seperti tidak dibuat-buat. Oh, ratu filmku sungguh luar biasa!” girang Ari.
“Apa rahasiamu sehingga bisa menguasai akting secepat itu?" tiba-tiba tanya produser. Ternyata ia tengah memerhatikanku.
“Rahasiaku?”
***

Comentário do Livro (144)

  • avatar
    RahayuSingku

    Ceritanya memberi kita pelajaran apa itu sebuah balas dendam? Sumpah ni novel keren banget. rugi klo gak baca. best author 👍👍👍

    07/05/2022

      0
  • avatar
    Arga Ahsanul Hakim

    Nice

    19d

      0
  • avatar
    Cepot Bouble

    sangat kerennya

    19d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes