logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 5

Seseorang duduk di samping Lina yang sedang duduk di bangku samping rumahnya seraya menatap Curug itu, Curug itu terlihat jelas dari tempat Lina duduk, Curug itu memang tidak terlalu besar namun lumayan tinggi, dibawahnya terdapat sungai mengalir deras dari Curug itu, di pinggir sungai terdapat banyak sekali sawah yang saat ini sedang musim panen. Warga pemilik sawah yang sedang mengarit padi di sana terlihat biasa saja tidak terlihat punya rasa takut sama sekali. Kadang Lina berada pada dirinya sendiri, 'kenapa?, kenapa harus ayahnya yang hanya kesana sesekali untuk mencari rumput yang harus menjadi korban Curug itu?,'sanandiknya Lina. Lina terus bersanandik dalam hatinya tanpa menyadari ada seseorang yang sedang memerhatikannya duduk di samping Lina. Setetes kristal bening meluncur dari netra Lina.
Hati Lina membuncah memanas menyadari kenyataan itu, Kenapa bukan pemilik sawah di sana aja yang sering datang ke sana bahkan setiap hari datang untuk melihat padinya, mereka juga punya gubuk untuk mereka berteduh, terkadang juga menginap di tempat itu untuk menjaga padinya dari hama hutan, tapi mereka selalu baik-baik saja. Bukan Lina menginginkan mereka meninggal juga seperti ayahnya, tapi hati Lina benar-benar kecewa, kenapa harus ayahnya? Kenapa siluman itu harus mengambil nyawa manusia? yang bahkan tak bersalah sama sekali.
"ini benar-benar tidak adil."
Lina mengepalkan tangannya. Ia benar-benar di butakan dengan rasa dendam hingga lupa ajaran orang tuanya dulu untuk tidak menyimpan dendam pada orang, tapi yang ia benci sekarang bukan orang, jadi bagaimana? Apakah dendam yang ia rasakan sekarang kepada siluman Langir Brahma itu adalah sebuah dosa.
"Jangan pernah bersedih berkepanjangan, sebaiknya kamu tunjukkan kepada orang tuamu, kalau kamu adalah anak yang kuat, anak yang tidak pernah mengeluarkan air mata secara berlebihan. Berjuanglah, belajar lebih dalam agama dan bela diri siapa suatu saat keinginanmu untuk membalas dendam bisa terwujud. Tapi dengan cara yang rapih. Jangan bersembunyi seperti pengecut, yang hanya menangis dan menangis setiap saat sambil menatap tempat itu, keluarkan saja amarahmu," ucap laki-laki yang ada di samping Lina. Sedikit syok awalnya, Lina menatap laki-laki yang ada di sampingnya itu sekilas sebelum akhirnya ia kembali melihat percikan Ari dari Curug itu.
"Bagaimana aku bisa balas dendam? Bagaimana aku bisa mengeluarkan amarah? Apakah aku harus menghancurkan dan mengamuk di Curug itu seperti orang gila?,"
laki-laki itu tertawa mendengar ucapan bocah kelas 2 SD itu.
"Kenapa bapak tertawa?," Tanya lina.
"Kamu ini lucu," ucap laki-laki itu seraya tertawa.
Hati Lina yang sedang diliputi amarah dan tiba-tiba saja bapak-bapak itu malah menertawakannya, tentu saja hati Lina menjadi semakin kesal.
Lina memajukan bibirnya
"Jangan kesel gitu dong jelek,"ucap bapak-bapak itu.
"Gimana kalau kamu belajar bela diri aja sama bapak?," tawar tabib itu pada Lina.
"Maksudnya,"Lina tidak mengerti dengan apa yang di katakan tabib yang telah mengobati ayahnya dulu itu.
"Maksudnya kamu belajar bela diri sama bapak supaya suatu saat jika siluman itu muncul lagi dan meresahkan warga desa saat itulah kamu bisa membalas dendam dan memusnahkan siluman itu," ujar tabib itu dengan wajah datar.
Sekarang justru Lina yang tertawa terbahak-bahak. Rasa kesal dan marah Lina tiba-tiba hilang setelah mendengar ucapan bapak-bapak itu.
" kenapa kamu malah tertawa kan bapak?," Tabib bernama Arman itu heran dengan sikap Lina yang malah tertawa mendengar ucapan serusnya.
"Kenapa aku harus belajar bersama bapak? yang bahkan dulu bapak juga tidak sanggup mengalahkan siluman Langir Brahma itu. Padahal sudah jelas bapak yang melawan siluman itu dulu bukan? untuk menyembuhkan ayah, tapi bapak sekarang mengajak saya untuk berguru pada bapak!,"ujar Lina dengan wajah dinginnya.
Napas kasar Dirman hembuskan mendengar perkataan Lina. Tidak ia sangka bocah kelas 2 SD ini bisa menjawab perkataannya dengan lugas tentu saja mentalnya tersentil disini dulu bukan Ia tidak mampu melawan langit Brahma itu hanya saja dulu kekuatannya belum sanggup untuk melawan kekuatan hebat langit Brahma siluman itu terlalu kuat untuk dilawan seorang diri, tidak ada yang membantunya dulu, dan sekarang anak dari orang yang berusaha ia obatnya dulu malah menyentil hatinnya. "Ya sudah kalau kamu tidak mau belajar bela diri dengan bapak," ujar Dirman pura-pura merajuk. Sepertinya bicara dengan gadis kecil ini harus memiliki ekstra kesabaran dan cara-cara agar anak kecil ini nurut padanya. Lina menoleh pada Ki dirman dia tersenyum "Kenapa bapak ingin mengajari saya?,"tanya Lina.
"Karena siluman itu suatu saat akan kembali meresahkan warga di sini, Jadi bapak tidak mungkin bisa mengalahkan kan siluman itu sendiri, apalagi bapak yang sudah berumur. Dulunya saja waktu mengobati ayahmu, bapak harus berjuang sendiri dan kalah dari mereka, "ujar Dirman seraya menatap Lina.
"Bapak minta maaf bapak benar-benar tidak sanggup saat itu melawan kekuatan besar dari Langir Brahma, hingga ayahmu tak terselamatkan juga ibu dan adikmu yang malah jadi korban selanjutnya, "lanjut Dirman. Lina menunduk, malu ia tidak tahu perjuangan Dirman yang sebenarnya hampir meregang nyawa melawan siluman berbahaya itu.
Dirman harus menggantikan Ayah Lina Jika saja saat itu Dirman menyerahkan diri demi menyelamatkan Ayah Lina.
Namun Jerman masih punya me masih ingin hidup iya ya ingin menyelamatkan Ayah Lina dan ia juga masih ingin hidup akhirnya karena siluman itu ke dan Dirman tidak kuat untuk melawan siluman itu jadi Dirman harus merelakan salah satunya.
"Saya minta maaf Pak, "ujar Lina menunduk sedih.
"Hei tidak apa-apa jangan bersedih, bapak hanya bercanda,"ujar Dirman menghibur.
"jadi apa bapak masih mau mengajari saya bela diri. Saya ingin membalaskan dendam orang tua saya pada mereka," ujar Lina dengan penuh tekanan.
"Bukan orang tuamu, tapi itu dendam dari dirimu sendiri. Jangan pernah simpan dendam itu di hatimu, tapi simpan lah perasaan ingin menolong orang dihatimu yang suatu saat nanti jika siluman itu datang kembali dan ingin mengambil korban lagi jadilah kamu penolong untuk mereka. Ujar Dirman.
"Tapi aku ingin membalas perbuatan keji siluman tak berperasaan itu." Lina menatap Dirman. " Apa aku tidak boleh membalas perbuatan mereka, "lanjut Lina.
"Tentu saja, tentu saja kamu boleh membalaskan dendam membalas perbuatan keji mereka hanya saja kita menggunakan cara dengan cara kita sendiri, dengan cara yang rapi. "Dirman berkata seraya menatap mata Lina.
Lina menggangguk dan menyetujui apa yang di katakan Dirman. Ia akan mencoba untuk belajar beladiri apapun akan ia lakukan agar bisa memusnahkan atau paling tidak mengusir siluman biadab itu dari tempatnya, dari kampungnya. Agar tidak terjadi kejadian seperti yang dialami ayahnya.

Comentário do Livro (35)

  • avatar
    Nurshahirah Kay

    😊😊

    05/07

      0
  • avatar
    Kgsepong

    saya sudah membaca sampai bawah

    06/06

      0
  • avatar
    rrnzakya

    bagus

    24/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes