logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Bamanthara Menabrak Becak

“ Haduh mas, hati hati kalau nyetir , hampir saja mati ketabrak” si tukang becak marah marah.
“Iya ..iya ..pak maaf saya lagi melamun jadi tidak fokus nyetir”.
“Maaf sih maaf tapi rasa kagetku ndak hilang hilang mas”. Jawabnya sewot
Tukang becak yang hampir ketabrak sudah marah marah, wajahnya merah padam bercampur jantung yang serasa mau lepas.
“Waduh sebentar saya pinggirkan mobil dulu, Thara masuk ke dalam mobil lagi menepikan mobilnya.
“Bapak namanya siapa saya antar ke rumahnya ya”,
“Lah terus bapak becaknya bagaimana? kalau ndak becak keluarga ndak makan mas” suara gemetar dan badan ikut gemetar juga.
“ Saya ganti ongkos pak ”
“Enak saja kalau bicara” jawab tukang becak masih dengan nada marah marah.
Bamanthara merasa kasihan, bagaimanapun dia merasa bersalah mengambil dompet dan menyelipkan 3 lembar uang merah.
“ Ini di terima ya pak”
“ Ndak usah mas” Matanya melotot tajam ke arah Thara.
“ Jangan sungkan di terima saja”
Akhirnya antara senang dan kaget dia menerima lembaran uang itu.
Bamanthara merasa bersalah andai saja tadi dia hilang akal, wah urusan jadi panjang. Segera dirinya beristigfar lain kali akan lebih berhati hati.
Thara kembali ke mobilnya, segera ia menyalakan mesinnya dan mulai bergerak kembali menuju rumahnya.
***
Allahuakbar…Allahuakbar….adzan subuh berkumandang, Khadijah terkaget mendengarnya, ternyata dia tidur sangat nyenyak sekali dan sehingga adzan subuh yang membangunkannya, dia melihat Gading tidur nyenyak karena kelelahan.
Khadijah segera mandi dan mengambil air wudhu, setelah itu dia membangunkan suaminya yang akan bersiap pergi bekerja
“ Mas, …Mas,…..ayo bangun sudah subuh ini, sholat subuh”
Gading menggeliat membuka matanya kemudian menutup lagi.
“ Lah..ayo bangun mas..hari ini nggak kerja ya? Khadijah bertanya.
Menggeliat lagi , kali ini Gading menggeliat dan membuka matanya lebar lebar,
“Jam berapa dek?”
“Sudah subuh, bangun terus sholat ya”ajaknya.
Terlihat wajah Gading yang kelelahan, Khadijah segera berlalu ke dapur untuk menyiapkan sarapan seperti biasa dan Gading bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi, membersihkan badannya dan kemudian sholat subuh, Salam penutup sebagai pertanda selesai, kemudian dia mendengar
“ Prang…..bruk”..terdengar suara terjatuh di dapur.
Gading dan abah terkaget mendengar suara begitu, segera berlari kedapur melihat apa yang terjadi”
“ Astagfirullah dek, kenapa bisa begini”
Piring piring yang Khadijah bawa terjatuh kelantai mengenai kakinya, hingga berdarah dan terjatuh karena terkaget.
“ Khadijah terpeleset mas, tadi nabrak air di timba, airnya tumpah”.
“ Lah ya opo to Khadijah ( bagaimana tho)”timpal abah, kamu ndak apa apa kan?
Khadijah meringis kesakitan, tubuhnya terhempas jatuh kelantai.
“Gading bantu isitrimu berdiri dan bersihkan darah dikakinya biar abah yang membersihkan pecahan piringnya” perintah abah.
“ Nggeh ( iya) bah” Gading membantu istrinya bangun , membopongnya ketempat tidur, serta mengambil obat pembersih luka biar tidak ada yang infeksi.
Di dapur abah membersihkan pecahan piring, disapunya dan kemudian dipel biar tidak ada sisa pecahannya.
“Ono opo tho pak ( ada apa ya pak)? bu Ira istri abah mengahampiri tergopoh gopoh masih dengan mukenanya.
“ Khadijah jatuh bu katanya tadi terpeleset, kakinya nendang air yang ada di timba”
“Nah saiki ngendi wonge ( sekarang ada dimana orangnya)”
“Ya sudah di bawa suaminya kekamar, di bersihkan lukanya “
“ Oalah Khadijah “seru bu ira.
Tanpa banyak ngomong bu ira berlalu dari suaminya untuk pergi ke kamar Khadijah, melihat kondisinya. Bu Ira masuk kedalam kamar melihat putrinya yang kesakitan.
“Kamu kenapa Khadijah?”tanya bu Ira.
“ Ndak apa apa buk, cuman tadi kepelset bu, kaki ndak sengaja nendang timba, airnya tumpah jadi kepeleset.
“ Kakimu ndak apa apa ya”
“Ndak apa apa bu, cuman lecet tergores pecahan piring”
“ Mungkin perlu pijet, biar ndak sakit badanmu, nanti ibu panggilan bu hindun , tukang pijet itu lho”
“ndak usah bu, Khadijah istirahat saja”
Bu ira melihat Gading dengan telaten mengobati kaki istrinya, dalam hati ia bersyukur karena Gading tidak pernah kasar terhadap putrinya.
“ Ya wes kalau ada apa apa panggil ibu di dapur ya”
“ ya bu”
Bu Ira berlalu menuju dapur menyiapkan sarapan pagi buat anak mantu dan suaminya, biasanya aktivitas ini di lakukan berdua dengan Khadijah, karena tadi Khadijah jatuh maka rutinitas ini ia kerjakan sendiri.
“ Khadijah ndak apa apa tho bu”tanya abah
“ Ndak apa apa katanya pak, cuman pingin istirahat”
Bu ira mengambil bahan masakan di kulkas, menyiapkan apa apa yang akan di masak.
***
Sementara itu
“ Kamu sakit sekali ya dek, perlu mas temenin dan ndak usah kerja hari ini?”
“Ndak usah mas, kamu kerja aja,aku ndak apa apa”
“Lah kalau kamu sakit begini, ndak enak sama abah sama ibu nanti takut disangka suami ndak perhatian”
“Lah ko ya kuatir hal yang tidak terjadi, itu artinya meminta”
“Yah barangkali saja dek, ya wes mas kerja apa ndak ini ?”
“ Iya kerja saja nanti gajimu di potong kalau ndak kerja, biasanya kan begitu”
“ Perempuan itu yak kalau urusan uang saja langsung domble” sungut Gading.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 06.30, walah bisa telat ini masuk jam 07.00, segera Gading mengganti bajunya dengan tergesa gesa.
“ Gading, sarapan dulu sebelum berangkat kerja” panggil bu Ira
Gading selesai mengganti baju dan berlalu menuju dapur yang plus ruang makan, kalau di tempat lain mungkin dapur sendiri dan ruang makan ya sendiri, tapi rumah abah memang tidak begitu besar, alhasil dapur tempat makan juga.
“ Iki piringe ( ini Piringnya) “
“ Nggeh bu ( ya), sekalian nanti saya titip Khadijah ya bu, saya ndak boleh libur sama Khadijah”
“ Walah kok yo main titip titipan, sudah barang tentu ibu jagain lah wong Khadijah anak ibu “
Gading tersenyum mendengar ucapan ibu, biarpun ibu mertua sama rasa seperti ibu kandung tak ada beda, cuman beda siapa yang melahirkan saja tidak ada julid seperti dicerita novel ibu mertua galak, anak menantu seraya babu, oh no naudzubillah, Alhamdulillah ibu mertua baik .
Menyendok sarapan pagi buatan ibu mertua hari ini terasa beda, memang kalau sudah ibu mertua yang masak anak kalah saing. Selesai sarapan,
“ Bu saya tak berangkat dulu” Pamit Gading
“ lho sudah selesai tho”?
“Saya buru buru berangkat biar ndak terlambat, kalau terlambat juragan Kusno bisa ngamuk nanti.
Juragan Kusno si pemilik pabrik tahu, dia terkenal sangar dan pemarah ,entah kenapa bisa punya watak yang begitu , jangan Tanya bagaimana kalau ada

Comentário do Livro (57)

  • avatar
    WiradanaMaesa

    🅑🅐🅖🅤🅢

    9d

      0
  • avatar
    YantoHeri

    Masya Alloh mantafff

    06/08

      0
  • avatar
    Wong Opo Onone

    seru bgt cerita ini cobain deh gaiys

    29/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes