logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Aturan Sengaja di Langgar

Aturan Pabrik tidak boleh merokok, karena banyak kardus dan kertas sebagai bahan baku yang menyebabkan api mudah membesar. Polisi melakukan penyelidikan secara intensif, analisanya adalah kenapa ada orang yang melanggar peraturan pabrik padahal peraturan sudah disepakati dalam perjanjian kerja sebelum karyawan di terima.
Jadi artinya dulu sebelum karyawan bekerja sudah ada penandatangan untuk mematuhi peraturan pabrik.
Nama yang jelas, kini terpampang didepan mata Gading, adalah staf gudang yang bekerja lebih lama daripada Gading sampai saat ini belum diberi jabatan apapun oleh perusahaan, tapi Gading yang baru 3 tahun sudah di beri kepercayaan sebagai kepala gudang, ini yang membuat iri sakit hati ketika melihat Gading, sehingga nekat merokok di area gudang dan sengaja membuang puntung rokok.
Sebenarnya pihak perusahaan mengangkat Gading menjadi kepala gudang karena kerajinan dan kejujurannya saat bekerja, dia tidak akan mengambil apapun yang bukan haknya. Gading masih punya iman, karena apapun yang dia kerjakan pasti akan di pertanggung jawabkan.
Percaya namun terjadi , nama Afriyanto kini menjadi tersangka, setelah diciduk kepolisian dan diinterogasi, jawabannya hanya iri ketika melihat kesuksesan Gading.
Tidak sedikit juga dari karyawan yang suka mencuri beberapa kardus dan kertas, demi keuntungan pribadi mereka.Walhasil dengan kejadian kebakaran tersebut, mau tidak mau, perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan Gading karena dianggapnya sebagai kelalaian, dan Afriyanto harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan masuk penjara.

****
Gading menyelesaikan sholat duhurnya, melipat sarung yang telah dipinjam dari musola, mukenapun ada kalau ada muslimah yang ingin menumpang sholat di terminal, segera Gading meletakkan sarung ke dalam almari.
“ Alhamdulillah”, otak Gading sedikit fresh, dada yang selalu bergemuruh menemukan kedamaian setelah menghadap Sang Ilahi. Tuhan yang telah banyak dia lupakan, kini dicari demi menyandarkan hidupnya, mungkin beginilah Allah mencintai hambanya, ketika diberikan banyak kenikmatan maka mata menjadi gelap, sehingga lupa menyapaNya. Gading tersenyum, biarlah kehidupan ini harus ia tetap lakoni.
“ Sudah sholat lu Ding” Suara bang Ahmad mengagetkan Gading.
“ Sudah bang, Bang Ahmad gimana sudah sholat atau masih akan sholat?”
“ Sudah, dari tadi aku perhatiin lu, sholatnya khusuk bener, syukur deh kalau lu dah kembali ke jalan yang bener.
“ Ya, begini lah bang, Allah telah menegur saya melalui kejadian, Aku banyak lalai bang dulu dulunya. Sholat bolong bolong.
“ Bersyukur lu punya istri solehah, udah sabar mau nemenin dalam suka dan duka, mau ngingetin lu, nah jangan sia siain deh istri kayak gitu. Banyak diluar sana yang mau sama enaknya doang, pas lagi bangkrut aja ditinggalin”.
“ Iya bang, istriku memang sangat baik”
Gading sangat bersyukur tatkala kondisi nol begini yang sehari bisa makan, besok belum tentu, masih mau mendampingi dia.
Khadijah gadis yang kupinang dari kampung , hanya tamatan Madrasah tsanawiyah ( sama dengan SMP), perempuan berkulit sawo matang, berlesung pipi, mata agak lebar kayak sri devi, berhidung mancung memang agak seperti wajah india sih itu kenapa Gading menyukai gadis itu, perilaku dia yang sangat santun dan solehah membuat Gading tergila gila.
Khadijah anak pak ustad kampung yang sangat disegani, mau menerima pinangan Gading karena pada waktu itu Gading juga lulusan pondok pesantren didaerahnya. Gading yang suka mengaji dan selalu melaksanakan sholat 5 waktu, dengan hati yang senang , Khadijah pun menerima pinangan Gading berharap bisa menjadi imam yang baik bagi keluarganya. Kalau sebelumnya Gading rajin beribadah , tapi tidak setelah bekerja di pabrik.
Hari dan tanggalpun di tentukan untuk melangsungkan akad nikah, keluarga Gading datang dengan wajah berseri seri melihat anak mereka sangat bahagia, tak kalah pak ustad dan keluarganya.
“ Saya terima nikah dan kawinnya Khadija nur Humaira binti Ibrahim Said dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang 200.000 rupiah dibayar tunai.” Ijab qobul Gading di lepaskan sekali tarikan nafas.
“ Bagaimana, saksi, Sah?
“Sah” jawab saksi.
“ Alhamdulillah”jawab semua yang hadir dalam akad Gading sangat bahagia.
Khadijah nur Humaira panggilannya Khadijah , mencium punggung tangan Gading baju putih khas pengantin berkerudung putih berhias bunga mawar mewakili hati Khadijah yang sedang berbunga bunga
Gading dan Khadijah tinggal di daerah sama tetapi desa yang berbeda. Sementara waktu setelah pernikahan Gading tinggal bersama mertua karena pada waktu menikah Gading bekerja di pabrik tahu dekat rumah Khadijah , itu kenapa kalau orang jawa bilang katresnan jalaran soko kulino ( cinta datang karena kebiasaan ).
Gading selalu melihat Khadijah setelah pulang bekerja, Khadijah membantu pak ustad di surau deket rumahnya.Awal Gading tertarik dengan Khadijah, karena selain pandai mengaji dia santun kepada orang tua, sehingga ia memutuskan meminang dia berpikir orang yang baik budinya pasti akan baik menjaga kehormatannya dan akan menjadi ibu yang baik pula bagi anak anaknya kelak.
Detik berganti menit, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, tak terasa satu tahun sudah Gading menikah, akan tetapi setahun juga dia kepikiran untuk keluar dari rumah abah karena dia malu sebagai laki laki seharusnya dia harus menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab demi masa depan keluarga kecilnya, meskipun abah mertuanya sangat baik dan tidak memepermasalahkan ketika menumpang.
“ Dek, bagaimana kalau kita punya rumah sendiri, meskipun ngontrak nggak apa apa deh , siapa tahu ntar mas punya uang bisa punya rumah sendiri dan beli.”Tanya Gading di sore hari ketika datang dari bekerja
“ Emangnya mas punya uang , mas berani kalau kita mandiri, bukannya gaji hanya cukup buat makan dan nggak lebih, terus uang darimana buat ngontrak rumah mas ? jawabnya istrinya setengah hati.
“ Sekarang sih belum cukup dek, ini mas punya temen katanya di tempat kerjanya ada lowongan bagian gudang , siapa tahu gaji lebih gede dek.” jawab Gading seraya menyeruput kopi yang di bikin istrinya.”
“ Mas yakin dengan pendapat mas, “Tanya Khadijah memastikan.
“ Ya mas berusaha yakin dek”, jawabnya lagi
“ Khadijah hanya mengangguk pelan, tak yakin dengan jawaban Gading suaminya, disatu sisi Khadijah takut karena tak pernah jauh dari desa dan orang tuanya. Tapi ia hanya bisa mengiyakan suatu hari nanti kalau suami mengajak ngontrak dan pindah, karena istri harus berbakti sama suami.
“ Kenapa dek, kamu keberatan kalau keluar dari rumah ini”? tanya Gading rupanya dia memperhatikan,
“ Entahlah Mas,”jawab Khadijah ragu.
“ Kenapa kamu ragu dek”Tanya Gading keheranan.
“ Bingung, nanti kalau kita pindah siapa yang membantu abah ngajar ngaji ?
“ Kita pikirkan”jawab gading dengan menatap tajam istrinya.
Gading merasa belum belum saja istrinya sudah bingung.

Comentário do Livro (57)

  • avatar
    WiradanaMaesa

    🅑🅐🅖🅤🅢

    9d

      0
  • avatar
    YantoHeri

    Masya Alloh mantafff

    06/08

      0
  • avatar
    Wong Opo Onone

    seru bgt cerita ini cobain deh gaiys

    29/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes