Cheryl menyobek kertas tulisan Mawar. Gadis itu menyimpan kertas itu di dalam branya, karena di bajunya tak ada saku. Cheryl melipat kecil dan memasukan ke dalam.
Cheryl tentu shock, selama ini Mawar berpura-pura mengejek dirinya dan Juna, padahal ia menyukai Juna. Sudah sedalam apa, Mawar menyukai Juna?
Gadis itu terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak tahu, harus berbuat apa. Cheryl tidak bisa membenci Mawar, Mawar segalanya. Tapi kenapa harus Juna? Apa tak ada lelaki lain di dunia ini? Bahkan, Mawar bisa suka Aldo, Galvin, Esam, dan cowok lain di kelas mereka. Kenapa harus Juna? Why?
Perasaan Mawar pada Juna merupakan sebuah bencana, ia tak mungkin membenci Mawar. Hanya Mawar yang ia punya di dunia ini, orang yang selalu mengerti dirinya. Cheryl menunduk dan meremas rambutnya, tak mengerti dengan takdir hidupnya tak berkesudahan. Gadis itu terisak, ia tak mungkin melupakan perasaannya pada Juna, lelaki itu cinta pertama, sekaligus impian Cheryl di masa depan. Tapi apa bisa?
Air mata jatuh membasahi pakaian Cheryl. Gadis itu melihat air matanya yang mengalir begitu deras, dadanya terasa begitu sesak. Andai, ia dan Mawar menyukai lelaki yang berbeda, Cheryl dengan senang hati mendukung Mawar, tapi sekarang? Dan kenapa, Mawar pandai sekali menyimpan perasaannya selama ini?
Cheryl mendengar bunyi pintu terbuka. Gadis itu menyeka air matanya, masih dengan menunduk.
"Aku mau pulang." Cheryl masih menunduk, tak ingin melihat wajah Mawar. Ia tak sanggup melihat Mawar, jika melihat Mawar, bisa dipastikan, ia akan membenci sahabatnya dan Cheryl tak ingin keduanya bermusuhan.
"Yaudah." Cheryl melihat Mawar menganti bajunya dengan memakai sweater. Cheryl mengambil kunci. Cheryl menghapus sisa-sisa air matanya. Dan menarik napas panjang. Cheryl keluar duluan, dan menyalami Ibu Mawar, dan tak lagi menjumpai Jasmine.
Cheryl langsung menunggu di dalam mobil. Cheryl melihat Mawar menutup pintu rumahnya. Cheryl menahan dirinya, jangan sampai ia dan Mawar jambak-jambakkan disini, karena merebut satu lelaki yang entah kemana hatinya berlabuh. Cheryl takut, jika ia dan Mawar jadi bermusuhan, dan ujungnya Juna mempunyai kekasih lain. Memikirkan saja, terasa menyesakkan dada. Juna tampan, Juna pangeran berkuda poni, Juna masa depan, Juna sialan!
Mawar masuk ke dalam, dan keluar dari pekarangan rumahnya. Cheryl pura-pura tidur, ia malas berbicara dengan Mawar, akan semakin menyakitkan.
"Oi, Cher." Cheryl diam. Ia mengepalkan tangannya, jangan sampai mereka war di dalam mobil.
"Eh, kau belum makan 'kan? Beli makanan dulu nggak?" Cheryl semakin mengepalkan tangannya. Kenapa Mawar harus seperti ini? Perhatian, Tapi diluar ia seperti menusuk Cheryl. Kenapa Mawar tak bisa menahan perasaannya? Lelaki di dunia ini milyaran, dan kenapa harus Juna? Katakanlah, Juna tampan, tapi ia yang menyukai Juna duluan, kenapa Mawar tak berusaha suka Aldo atau Galvin? Kenapa harus pangeran berkuda poni miliknya?
"Woi!" Cheryl tak menghiraukan Mawar.
"Aneh." Cibir Mawar.
Ketika sampai di rumah, tak ada pelukan perpisahan seperti biasa. Cheryl langsung turun dan menghambur ke dalam rumahnya. Dan mengeluarkan keluh kesahnya di atas sofa.
"Woi, Cher." Cheryl sempat mendengar teriakan Mawar, ia terlanjur sakit hati, ia terlanjur kecewa. Kenapa Mawar harus berpura-pura? Tidak bisakah, Mawar mengalah agar ia mendapat sedikit kebahagiaan. Hidup Mawar sudah sempurna, kenapa harus Juna? Kenapa harus lelaki itu?
"Loe kenapa sih? Lapar? Kan aku bilang beli makanan, mimpi buruk? Bisa cerita ke aku?"
"Aku mau tidur. Mawar boleh pulang." Cheryl menyeka air matanya, masih menyembunyikan kepalanya di sofa. Tak ingin melihat Mawar.
"Cerita dulu. Lo kenapa sih? Tadi baik-baik aja, pas bangun tidur jadi aneh!"
"Nggak papa."
"Yaudah. Kalau ada apa-apa bilang sama aku." Mawar pulang, dan Cheryl melanjutkan ritual menangis.