logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Scene 20

Andai kebahagian bisa dibeli, Cheryl akan melakukan apa saja untuk bisa bahagia, seperti sekarang tepatnya.
Cheryl tersenyum sambil memeluk Juna dari belakang. Keduanya sedang naik motor. Cheryl menyandarkan kepalanya di belakang cowok itu sambil menghirup aroma parfum Juna, dan menghirup aroma air laut. Mereka sedang berada di sebuah jalanan lurus yang terasa sepi.
Disamping kiri, terdapat banyak pohon kepala yang menjulang tinggi berjejeran rapi, ditemani banyak semak belukar yang sudah mengering daunnya, karena musim panas. Di atas sana, terdapat sebuah bukit tinggi dengan hutan yang begitu lebat. Di samping kanan, terhampar lautan luas, dengan air laut yang berwarna biru, ombak yang bersahut-sahutan, memanggil siapa saja agar berenang disana.
Cheryl masih menutup matanya, membiarkan Juna akan menuntunnya kemana.
Cheryl membuka matanya, ketika Juna berhenti. Cowok itu memarkirkan motornya di sebuah bukit tepat di pinggir jalan. Cheryl turun dan masih berdiri, melihat Juna. Juna masuk ke dalam semak tersebut, ia berdiri tepat disebuah batu raksasa, dan tajam-tajam.
"Sini." Juna mengulurkan tangannya. Cheryl mendekati pujaan hati, dan memegang tangan itu. Nyaman. Itu yang pertama kali, Cheryl rasakan. Dengan pelan, Cheryl berhasil melewati bebatuan yang tajam-tajam tersebut. Cheryl masih mengenggam tangan Juna, ia takkan melepaskan tangan ini. Junanya, miliknya. Juna, sang pengeran berkuda poni, Juna masa depan, Juna ayah dari anak-anaknya.
Juna tersenyum hangat pada Cheryl. Gadis berisik itu menahan napasnya. Demi apa, seorang Juna tersenyum hangat padanya. Juna mengambil sejumput rambut Cheryl dan menyampirkan ke belakang. Cheryl menutup matanya. Cheryl bisa merasakan, tangan hangat Juna sudah mengelus-elus pipinya, Cheryl membuka matanya. Tepat mata Juna mentapnya, Cheryl meleleh. Kakinya tak kuat untuk berdiri sekarang, Cheryl ingin berubah jadi lilin sekarang. "Kamu cantik." Puji Juna. Cheryl ingin melebur sekarang, Ya Tuhan... Cheryl tak kuat.
Cheryl menahan tangan Juna yang masih di pipinya. Juna tersenyum lagi ke arah Cheryl.
"Coba lihat ke bawah." Unjuk Juna.
"Waoh, breathtaking." Dibawah sana, tepat dibawah sana. Hamparan lautan luas, dengan warna biru sejauh mata memadang, bahkan luat itu seakan berwarna hijau. Desiran angin, dan deburan ombak yang meliuk-liuk ditambah pasir putih yang Cheryl yakini sangat halus, ditambah ada orang yang ia cintai bersamanya. All fits perfectly.
"Bolehkah kita ke bawah?" Pinta Cheryl.
"Nanti ya." Sungguh, Cheryl ingin menyemplung sekarang. Ia ingin menari zumba bersama para lumba-lumba di dalam sana, karena keberhasilannya membawa Juna kesini, sebuah kebetulan yang hanya terjadi setahun sekali bahkan sekali seumur hidup.
Cheryl sudah membayangkan, ia dan Juna kejar-kejaran dipinggir pantai, saling melempar pasir, bahkan mengubur dalam pasir. Sangat sempurna.
"Jangan pernah tinggalkan aku." Cheryl berbalik dan memohon pada Juna. Ia takut, Juna akan berubah cuek padanya, rasanya menyakitkan. Cukup maminya yang bersikap dingin, Juna jangan, Cheryl tak sanggup mendapat penolakan setiap saat.
"Tidak." Ucap Juna meyakinkan.
"Terima kasih." Ucapan Cheryl terdengar begitu tulus. Seperti anak kecil, yang berhasil mendapatkan mainan favorit.
"Aku beneran ingin ke bawah sana, mau main air." Cheryl masih penasaran dan menunjuk ke arah laut.
"Nanti kita kesini lagi."
"Janji?" Cheryl memberi jari kelingkingnya, berharap Juna mengeluarkan jari kelingkingnya dan mereka bisa melakukan sebiah pinky promise. Tapi, Juna hanya mengangguk.
"Tapi aku beneran mau ke bawah sekarang."
"Mau ke bawah ya?" Tanya Juna. Dengan semangat Cheryl mengangguk. Tanpa sadar, Cheryl sudah terjun bebas ke bawah.
"Ah...." Cheryl berteriak kencang. Ia berusaha menggapai apa saja yang bisa ia pegang, tapi sekarang ia tak punya pegangan. Juna mendorongnya, benar-benar mendorongnya.
"Ah... tolong..." pekikan Cheryl makin kencang. Pemandagan yang indah, dengan lautan luas tidak ada disana. Dibawah, hanya terdapat batu-batuan yang tajam, suasanayan pengap, lembap dan gelap. Bahkan, terdapat banyak ular.
"Ah.. tolong... mami..."
"Mami tolong... tolong..." tiba-tiba Cheryl merasakan pipinya panas dan sakit.
"Cher... bangun Cher." Mawar menguncang sahabatnya. Gadis itu gelisah, keringat membasahi tubuhnya, padal sudah pendingin ruangan menyala terus. Cheryl bergerak-gerak gelisah sambil mengigau kata tolong.
"Cher sadar. Cheryl bangun." Mawar menguncang lebih kuat tubuh Mawar dan menampar sahabatnya. Cheryl membuka matanya.
"Mimpi apa?" Cheryl duduk, berusaha mengumpulkan nyawanya. Kepalanya terasa pening. Benar-benar mimpi buruk yang aneh. Bahkan, dalam mimpi saja, Juna begitu kejam padanya.
Tanpa sadar, sebutir air mata lolos. "Aku ambil air minum ya." Mawar keluar. Cheryl memeluk dirinya, sambil memikirkan mimpi tadi, pertanda apakah itu? Apa artinya, Juna juga memikirkan dirinya? Atau sebaliknya? Cheryl berusaha mengenyahkan semua pikiran buruk, nyatanya tak berhasil. Ia masih merasakan ketakutan seperti mimpi tadi. Juna jahat, Juna kejam.
Cheryl menutup matanya, mimpi yang benar-benar aneh. Cheryl mengeleng, pikiran apapun yang menyusup ia tepis.
"Nih aku bawa minum." Mawar masuk lagi ke dalam dengan membawa air putih dan jus jeruk di tas nampan. Mawar meletakan di atas nakas dan keluar kamar.
Cheryl turun dari ranjang dan minum air putih. Saat jus jeruk melewati tenggorokannya pikiran gadis itu terasa segar. Cheryl akhirnya bernapas lega, sambil menghabiskan jus jeruk tersebut. Cheryl memperhatikan kamar sahabtanya, kamar yanh luas, dengan penataan yang begitu rapi, kamar Mawar ia ubah jadi kamar yang estetik, jadi siapa saja akan merasa nyaman ketika beraada di dalam. Kebalikan dengan dirinya. Mawar rajin, Mawar pintar, Mawar kreatif. Terkadang Cheryl iri dengan kehidupan Mawar. Ia ingin seperti Mawar yang mendapatkan kesempurnaan, apalagi hati Mawar, luar biasa luas.
Mata kucing Cheryl menjelajahi seluruh ruangan Mawar. Mstanya terhenti di rak buku milik Mawar. Mawar punya banyak koleksi buku, dari buku pengetahuan, filsafata, novel hingga komik. Cheryl mendekati rak buku tersebut, dan melihat ke rak novel. Ada satu buku bersampul pink menarik perhatiannya, Cheryl membuka halaman pertama, tapi ia hentikan. Pikiran gadis itu sedang tidak fokus. Akhirnya Cheryl menutup novel tersebut dan meletakan ke tempat semula. Tanpa sengaja, manik Cheryl menangkap sebuah buku tulis yang lumayan tebal. Cheryl menarik buku itu, itu buku diary milik Mawar. Buku diary tersebut begitu estetik, karena sudah Mawar hiasi begitu cantik. Cheryl melihat kearah pintu aman.
Dengan rasa penasaran dan takut, Cheryl membuka buku diary tersebut. Mawar benar-benar kreatif, banyak tulisan kaligrafi di dalam dan doodle art yang mengemaskan semuanya. Cheryl membuka diary tersebut acak.
Cheryl menahan napas ketika membaca bagian tersebut.
I saw that you were perfect, and that I loved you.
I saw that you were not perfect, and that I loved you.
Every love story is beatiful, but ours is my favorite.
Your name was imprinted in my soul, long before we met, even there any alphabet.
-Akankshs Gulia-
I smile like an idiot, when I'm thinking about you.
(Arjuna Raftali)
Kepala Cheryl rasanya mau pecah. Ini maksudnya apa? Arjuna? Juna? Pangeran berkuda poni? Hati Cheryl seperti dihantam ribuan paku.
Cheryl tak sanggup meneruskan membaca hal menyakitkan. Katakan ia lancang, tapi.... kenapa? Kenapa dunia begitu kejam padanya? Kenapa Mawar harus berpura-pura?
Tuhan... Cheryl ingin mati saja!

Komentar Buku (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru