logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Scene 15

Chatting antara Cheryl dan Galvin semakin intens. Galvin merupakan lelaki yang begitu perhatian, dan sopan.
Banyak hal receh yang Galvin lakukan demi membuat Cheryl tertawa, minimal gadis itu tersenyum malu. Bahkan, gadis itu melupakan Juna. Walau, di dalam hatinya tetap tertanam nama Juna disana. Ia merasa, Tuhan tak adil. Kenapa, Tuhan tak mengirim Galvin duluan. Hingga ia tak perlu berjumpa dengan Juna yang mematahkan semua hati dan tulangnya.
Siang ini Galvin mengajak Cheryl berjumpa. Nongkrong seperti anak muda yang lain. Tapi, Galvin bilang akan ada Juna disana, jadi Cheryl harus mengajak Mawar.
Cheryl juga sudah berjanji, hingga pulang kuliah, mereka bisa pergi kesana. Cheryl ingin berdamai, dan menerima semuanya atau minimal Juna terpukau melihat sikapnya. Karena Cheryl yakin, lambat-laun, Juna akan melihat dirinya.
Cheryl ingin ia terlihat elegant di mata Juna sekarang. Walau ia pernah merendahkan dirinya hingga ke dasar. Tapi, Cheryl ingin memperbaiki semuanya dari sekarang. Bersikap kalem, seperti para lelaki inginkan wanita.
"Mawar mau kan, kita nongkrong."
"Tumben." Tanya Mawar curiga. Mesti ada apa-apa, jika Cheryl mendadak menggajak dirinya. Baiklah, Mawar akui Cheryl tak punya teman, baik di rumah maupun di kampus kecuali dirinya.
"Aelah, kayak bukan anak muda aja. Kita anak muda, harus senang-senang. Sekarang saatnya menghabiskam waktu. Waktu tak dapat diputar."
"Sehat Cher?" Mawar memeriksa kening Cheryl. Suhu tubuhnya masih normal. Takutnya, gadis itu jadi gila atau salah minum obat yang akan memberi efek jangka panjang.
"Sehat wal'afiat Mawarku. Aku hanya ingin senang. Kau tahu 'kan?" Ucap Cheryl sendu.
"Baik-baik lah. Aku senang, jika kau senang." Cheryl memeluk sahabatnya. Ia menyayangi Mawar. Bahkan, rasa sayang Cheryl pada Mawar melebihi, rasa sayang pada ibu kandungnya. Ya, Cheryl merasa ia tak salah. Mawar lebih mengerti dirinya, dibanding maminya. Ah, jika diingatkan wanita cantik itu, lagi-lagi Cheryl diingatkan pada sebuah luka. Dan luka itu makin besar sekarang, menganga, dan sampai bernanah. Dan tak ada obat untuk menyembuhkan. Luka Cheryl terlanjur menyebar, merasuk hinga jiwanya.
"Aku senang punya teman kayak Mawar. Jika aku dihidupkan lagi, di kehidupan selanjutnya, aku akan jadi seperti Mawar. Seorang gadis yang berhati sangat luas, walau mukanya nggak cantik."
"Sialan Cher! Ujungnya juga nyakitin." Celutuk Mawar kesal. Cheryl hanya tersenyum. Bagi dia, Mawar pemberian palinh berharga yang ia punya. Mawar segalanya, mawar seorang pahlawan, seorang malaikat, seorang ibu, seorang guru, seorang psikolog. Yang mengerti Cheryl luar dalam, bahkan dari diri Cheryl sendiri.
"Tapi seperti biasa. Traktir aku." Pinta Cheryl. Dia benar-benar lintah darat. Hanya bisa menyusahkan. Apa ini, alasan hingga mami Cheryl tak bisa menerima anaknya? Karena tahu, Cheryl akan menyusahkan? Tapi semua sikap Cheryl semata-mata karena ia tak pernah dapat perhatian.
Uang saku Mawar selalu dikasih lebih oleh ayahnya. Karena, ayahnha tahu, Cheryl selalu menumpang sama putrinya. Dan Jevi mengerti hal itu, ia tak marah tak pula melarang. Ia tahu, yang putrinya lakukan buat kebaikan, dan hati putrinya begitu luas.
Mawar sedang sibuk dengan ponselnya sekarang. Kadang cewek itu tersenyum sendiri, hinga cekikikan seperti seekor keledai bego.
Cheryl memeriksa ponselnya. Galvin sudah tak membalas lagi, mungkin cowok itu sedang ada mata kuliah. Cheryl juga ingin berkenalan dengan teman-teman Juna secara baik-baik. Bukan seperti kemarin. Cheryl akui, cara kemarin begitu kekanakan dan norak, dan sangat memalukan. Cher tobat. Ia ingin berkenalan baik-baik, siapa tahu, Juna luluh. Dirinya cantik, dan lelaki itu makhluk visual. Apalagi, menurut desas-desus yang beredar Juna juga tak memilik kekasih hati. Kesempatan itu terbuka lebar.
Tanpa sadar, Cheryl tersenyum. Ada saatnya, semuanya berbalik. Juna akan mengejarnya, dan ia akan bersikap jual mahal. Cheryl akan melihat, seberapa perjuangan Cheryl untuk dirinya. Karena sudah sampai detik ini, sudah banyak yang ia korbankana, terutama harga dirinya. Padahal dirinya cantik, ia bisa dengan mudah mengaet siapa saja yang Cheryl inginkan.
"Mau pergi sekarang?" Tawar Mawar.
"Eh?" Cheryl terkejut. Tadinya ia yang mengajak Mawar. Kenapa sekarang Mawar yang mengajak dirinya. Ada apa ini?
"Yaudah sih. Tapi, Galvin belum balas pesan aku." Cheryl memeriksa lagi ponselnya yang memang tak ada notif dari seorang Galvin Klain. Cheryl juga kadang heran, kenapa tidak dinamakan Calvin ketimbang Galvin. Ah, biarlah suka-suka emak author yang sok cantik.
"Ayo." Mawar menarik tangan Cheryl. Mereka masih berada di halaman kampus. Akhirnya Cheryl mengekori Mawar. Cheryl sedikit was-was bagaimana reaksi Juna melihat dirinya. Untuk sekarang, Juna pasti tak suka melihat dirinya. Tapi, Cheryl harus mencoba.
"Tapi, Galvin belum balas mereka dimana."
"Aku udah tahu." Jawab Mawar.
"Kok bisa?"
"Er... tadi, Sandra bilang. Dia kan tahu semuanya."
"Yaudin."

Komentar Buku (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru