logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Epilog

Musim liburan belum tiba, Bandara Soekarno-Hatta jadi tidak seramai biasanya, hanya beberapa turis asing yang berdatangan dan orang-orang ber jas rapi berkeliaran untuk urusan bisnis mereka.
Semua tampak biasa saja di mata gadis penuh semangat yang berdiri sambil memandang serius tiket jadwal keberangkatannya. Ia menghela nafas gugup, sebentar lagi ia akan pergi ke London dan memutuskan menikah di sana. Ya, langsung menikah tanpa pertunangan. Sudah cukup pengorbanan yang mereka lakukan untuk menunjukkan isi hati kedua belah pihak. Sudah cukup baginya untuk semua kejutan dalam hidup, saatnya menikmati akhir bahagia.
Sayup-sayup terdengar informasi penerbangan. Gadis itu mendongak, memperlihatkan wajah cantiknya pada semua orang. Kacamata Rayban yang bertengger di hidungnya ia lepas, olesan make-up tipis dan lipgloss semakin mempertegas kecantikannya. Ia meniup poni rambutnya yang kini tertata rapi, sebal karena harus menunggu. Ia pun duduk di tempat antrian sambil menghempaskan rambut sebahunya ke belakang.
“Sudah lebih dari satu jam…aku tidak tahan lagi, lebih baik melarikan diri saja lagi.” Gadis itu melirik jam tangan rolex-nya gusar, lalu berdiri mengambil koper dan berjalan tergesa-gesa keluar pintu bandara. Persis seperti tiga tahun silam…
“Kamu mau kemana, Ara?” Charisma muncul dari balik sudut tembok, membuat langkahnya kemudian terhenti. Charisma tampak semakin tampan dengan pakaian formal dan aura terang yang menyelimuti.
Ia menatap Ara tajam.
“Namaku Sarah, sekarang.” Ralat Sarah, dengan gerakan canggung.
“Ya, Sarah. Apa mau melarikan diri lagi?” Titan muncul dari sudut tembok
yang lain, bersama Liona dan kedua orangtuanya.
“Sebenarnya… mungkin saja. Well, apa yang kalian lakukan? Tingkah kalian sangat…aneh.” Merasakan insting bertahan, Sarah mundur beberapa langkah.
Ibunya, Ibu Miah berjalan mendekat. “Ibu ingin mengucapkan selamat, nak.” Sarah segera mencium punggung tangan Ibu Miah dengan khidmat dan memeluknya sebentar.
“Untuk apa, bu? Hari ini bukan ulang tahunku.”
“Karena kau akan segera menikah.” Mama ikut bergabung, memeluk anak kesayangannya dengan penuh perasaan. Sarah masih memandangi mereka, heran.
“Aku menikah di London, ma. Bersama pria yang katanya sudah tiba di sana sepekan yang lalu.” Sambil melirik Charisma dan terus berucap. “Ada apa ini? apa aku masih mendapat kejutan lain?”
“Ya, pernikahan kalian di London dibatalkan.” Liona bersuara, tanpa nada kecewa.
“Kena…pa?”
“Karena si calon mempelai pria takut terjadi apa-apa pada calon mempelai wanita saat perjalanan di pesawat.” Ucap Titan, mendekati Charisma yang tersenyum tipis.

“Oh…great.” Gumam Sarah, tidak suka dengan kejutan yang ia terima.
“Namun, Kak Charis malah mengubah rencana pernikahan kalian menjadi hari ini. kami jadi pontang-panting menyiapkan berbagai hal.”
“Hari ini!?” Sarah spontan melepas genggaman mama, dan menatap lurus ke depan dengan kilatan api.
Charisma berjalan, mendekat sambil membuka kotak kecil beludru, memperlihatkan cincin kertas dengan noda darah di pinggirnya.
“Will you merry me, Ara, Sarah Amalia? Today… ?”
***
Aku menangis terharu menjalani hari ini. Tanpa sepengetahuanku mereka semua bekerja sama membuat pesta pernikahan untukku dan Charisma. Aku merasa sangat, sangat, sangat bersyukur telah diciptakan di tengah keluarga kompleks seperti ini.
“Ara!!! Akhirnya kamu jadi perempuan juga!”
“Iya, ya, padahal aku kira masa depannya nanti Ara memutuskan untuk operasi plastik menjadi laki-laki, loh”
Suara-suara teman kampus yang terdengar lega melihatku berjalan perlahan memakai gaun pengantin membuatku mendelik tajam ke arah mereka, awas saja di kampus nanti! Aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang.
“Jadi, Ara itu kakak kamu?” Vivi pengikut setia Liona bertanya dengan raut tak yakin.
“That’s right.” Liona menjawab sambil matanya sibuk mengawasi jalannya acara.
“Terus, Titan juga kakak kamu? Kok bisa?”
Liona menoleh, merasa Vivi terlalu ingin tahu. “Ceritanya panjang.”
Aku juga bersyukur melihat Ayah yang semakin manusiawi kepada keluarganya, semakin perhatian pada kesehatan mama dan kebahagiaan kami. Walau sempat kudengar pertanyaan polos Mama yang hampir membuatku meledakkan tawa.
“Titan ini siapa, pa? kok dia juga memanggilmu papa?” mama memprotes, memergoki ayah yang sedang berbincang akrab dengan Titan.
“Ehm…Titan ini…dia, sudah seperti anak papa sendiri, ma. Mama tahu kan dia yang sekarang meneruskan perusahaan kita. Beruntung kita memilih pemuda sejenius dirinya.”
Ayah menepuk pundak Titan, bangga. Sedangkan mama memperhatikan Titan dengan seksama. “Kalau begitu, jodohkan saja pemuda ini dengan anak kedua kita Liona, pa.” usulan mama refleks membuat ayah pucat pasi dan Titan yang berjalan menjauhi mereka dengan raut wajah tak peduli.

“Selamat ya!” Titan ber high five dengan Charisma yang kali ini meneguk gelas ke sepuluhnya. Entah apa yang ia alami, tapi Charisma tampak sangat gugup menjalani pernikahan kami sedangkan aku hampir tidak ada perasaan gugup sama sekali.
Sungguh aneh…
“Yup, thanks ya Tan, untuk semuanya.”
Titan melirikku, dan tersenyum. “Hei bocah kecil, jaga sahabat baruku ini ya. Kurasa ia berada di tingkat kegugupan tertinggi.”
“Aku tidak gugup.” Charisma mengelak, Titan mengusap dahinya sendiri berusaha menggoda. “Hapus tuh, keringatmu.”
“Diam kau..” Charisma mendesis kesal, lalu melirikku dan kembali gugup.
Aku tertawa melihat tingkahnya.
“Ara!!” dari kejauhan Bily berlari dengan penuh semangat dan langsung memeluk tubuhku yang belum siap dipeluknya.
“Ara! Kenapa kau tega meninggalkanku dan menikah dengan bosku?! Padahal aku sudah merasa jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Kenapa kau tidak memberiku kesempatan?!”
“Hei, lepaskan istriku Billy! Atau aku akan memecatmu pada hitungan ketiga.”
Aku merasa dadaku sesak. Aku tidak bisa…bernafas!
“BRUK!”
Dengan kekuatan penuh aku lepaskan diriku dari pelukan Bily, dan mendorongnya hingga jatuh dari panggung pelaminan. Seketika musik yang mengalun berhenti dan semua mata para tamu tertuju padaku yang berdiri dengan sikap jagoan dan si korban yang tergeletak tak berdaya.
Aku harap Bily tidak mati di hari pernikahanku.
“Ups! Sorry…”
*** Tamat ***

Komentar Buku (75)

  • avatar
    BotOrang

    bagus

    29d

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus endingnya👍

    21/03

      0
  • avatar
    NoepRoslin

    Kalau dah jodoh tak kan ke mana. Walaupun terpisah pasti akan berdatu kembali..🥰🥰

    22/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Selesai

Rekomendasi untuk Anda