logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 8 Mengurus Anak

Bab Delapan
"Gimana, lo suka kan keseruan tadi" Imran bertanya dan tersenyum, setelah pelayan pergi untuk mengambil pesanan kami.
Kami sudah menari selama setengah jam. Setelah itu cuma bermain basket dan menari sedikit lagi.
Karena kelelahan jadi kami memutuskan untuk istirahat sambil makan. Kami memilih sebuah restoran yang jaraknya hanya beberapa toko dari tempat permainan tadi.
Sebenarnya tubuhku memberitahu bahwa aku lelah, tetapi pikiranku seakan tak mau mengutarakannya karena mungkin merasa menikmati keseruan tadi.
Aku pun lupa pada semuanya, waktu, tempat, dan orang-orang yang menontonku tadi.
"Ck," katanya seraya mengerutkan kening. "Sebelumnya emang gue kalah, tapi akhirnya gue menang. Jadi lo harus menuruti apa yang gue mau sekarang!" katanya seraya tersenyum.
Aku pun ikut tersenyum malu. "Ih ... itu kan cuma bercanda. Kenapa lo serius!" kataku yang menba mengqbaikannya. Tidak terbayangkan apa yang akan kulakukan nanti jika harus menuruti semua maunya.
"Gue serius kok. Janji adalah janji," katanya cemberut.
Aku hendak membela diri ketika mendengar ponselnya berdering. Dia menatapku seolah meminta maaf sebelum dia mengangkat ponsel dan menjawab panggilan itu. Dia bahkan tidak bangun dari tempat duduknya sehingga aku bisa mendengar apa yang dia katakan kepada siapa pun yang menelepon.
"Halo Bu?" dia membalas. Ternyata Bibi Endah yang menelepon.
"Ya," katanya seraya menatapku. Alisnya yang tebal saling bertemu.
"Ah yang bener tuh, Bi? Pasti ingat kejadian masa lalu, ya. Oke, oke." katanya dan semakin mengernyit. Apa yang mereka bicarakan?
"Tentu saja." Dia tersenyum padaku sebelum bangkit dari tempat duduknya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan oamit untuk mencari sinyal di luar.
Aku tersenyum dan setuju. Dia tersenyum kembali lalu pergi.
"Biarkan dia. Beri dia telepon." Aku sempat mendengar dan sepertinya yang dia maksud adalah Pak Jeri.
Makanan yang kami oesan sudah tersaji tetapi Imran masih belum kembali. Sebenarnya seserius apa yang mereka bicarakan, apakah memang tentang bisnis?
"Maaf udah buat lo menunggu. Kita makan cepat-cepat lalu langusng pergi!" kata Imran saatkembali.
"Oke," bisikku sebelum mulai makan.
Setelah selesai makan, kami pun langsung oergi meninggalkan restoran itu.
"Kemana kita akan pergi?" Aku bertanya ketika menyadari bahwa kami tidak akan pergi ke rumah. Aku pikir kami akan pulang setelah makan malam, ternyata belum.
"Ingat apa yang kita sepakati sebelumnya? Gue sudah memikirkan apa yang harus lo lakukan." katanya sambil mengernyitkan keningku.
"What? Apa itu?"
"Ingat sepupu brengsekku Ruli? Dia minta bantuan sama gue, dia bilang gue harus menjaga putranya karena dia punya urusan yang penting untuk diurus dan anak itu tidak bisa dibawa.
Ya, aku ingat dia. Kakak dari Pak Jeri, tetapi Keluarga Pak Ruli jarang mengunjungi rumah Toha yang lebih muda tetapi kadang-kadang aku melihat Ruli karena membantu menangani perusahaan Toha.
Aku bertemu atau pernah bersama dalam satu Lift. Kami tidak begitu dekat jadi hanya menyapa atau menyapa satu sama lain setiap kali kami bertemu.
"Jadi lo mau gue yang jaga anak itu?" tanyaku.
"Ya." Dia menoleh ke arahku sambil tersenyum. "Adul baik kok, cuma sedikit nakal aja!" Dia pun tertawa.
"Hmm ... terus dimana mamanya?"
"Nah, begitulah. Orangtuanya mau bulan madu. Mereyakan hari jadian mereka." katanya sambil tersenyum.
"Jadi? Okelah. Gue pasti ga akan bisa nolak permintaan lo!"
Kami pun sampai di kediaman keluarga Ruli. Benar-benar rumah yang sangat besar dan hampir sebesar rumah Toha, tempat aku tinggal.
"Hai, Bro!" kata Ruli seraya menyalami Imran.
"Hai Zahra! Imran meminta bantuanmu, kan?" katanya sambil menatapku.
"Ya." jawabku singkat.
Dia menyeringai. "Ayo masuk ke dalam." katanya seraya masuk duluan. "Apa Imran udah ngasih tau lo kalo anak gue nakal? Kemungkinan kepala lo bakal sakit." Ruli bercanda sambil tersenyum.
"Ya. Berhenti tersenyum seperti anjing, Ruli!." Imran berbicara kasar sebelum menarikku untuk berjalan terlebih dahulu.
Aku mendengar Ruli tertawa dari belakang.
"Wah, kalian ada di sini! Hay, Imran. Apa kabar!" kata seorang wanita yang lebih mirip seperti bidadari menunggu di pintu rumah. Dia berjalan ke arah kami, mungkin dialah istri Ruli
"Hai! Lo pasti pacar Imran? Aku Lina, istri Ruli," dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan satu tangan.
Aku tersenyum, dan sedikit bingung, "Gue Zahra, Hafidzah Zahra. Eh ... Gue bukan pacar Imran kok." Aku menjabat tangannya.
Suatu hari mungkin dia menjadi pacarku, tapi tidak tahu kapan, batinku.
"Benar, kami bukan pacar kok" kata Imran. "Sekarang di mana anak nakal itu?" dia bertanya dan itu seperti sinyal ketika seorang anak laki-laki tiba-tiba muncul dari belakang Lina.
"Hai Om Imran!" katanya seraya membuat tinju dengan Imran.
"Hai! Apa kakak pacar dari Om saya?" tanya anak laki-laki itu sambil berbalik ke arahku.
Dia berkulit putih, tingginya sampai ke pinggangku. Sifat fisik keluarga Toha-nya terlihat jelas di mata dan rambutnya yang cokelat.
Kami pun tertawa, Imran mengacak-acak rambut Adul, kemudian berbalik melihat Ruli yang sekarang berada di sebelah istrinya.
"Lo udah sering membantu kami, Imran." katanya saat pipi Lina memerah.
"Baiklah, Bro Terima kasih." Ruli mengangguk seraya memeluk pinggang sang istri. "Ayo pergi?"
Lina menampar lengan suaminya sebelum berbalik ke arah kami. "Maaf atas ketidaknyamanannya ya? Jaga anak kita." katanya sebelum membungkuk dan mencium pipi Adul.
"Selamat tinggal ibu! Sampai jumpa ayah! Jangan lupa adik cowok ya, oke?" anak itu yakin bahwa ketiak orangtuanya kembali, mereka sudah membawakannya adik laki-laki untuknya.
"Astaga, Ruli! Apa yang lo ajarkan sama anak lo?" kata Imran, Ruli pun hanya membalasnya dengan tertawa
"Ilmu dasar, ya gak Adul?" kata Ruli ke anaknya. "Kamu harus sopan dan nurut sama tante Zahra, ya!

Komentar Buku (250)

  • avatar
    DurahmanTurina

    Ceritanya bagus tapi gantung ada kelanjutan ceritanya kah?

    22/10

      0
  • avatar
    greatkindness

    nice

    12/07/2023

      0
  • avatar
    Aditya

    seru ni🥰

    12/04/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru