logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Firasat

“Aku kira itu hanyalah bunga tidur, namun ternyata itu adalah firasatku tentangmu.”
Hilda sudah sembuh dan sudah mulai beraktifitas kembali, Hilda menanyakan Adnan pada Stefani karena waktu Hilda sakit, Stefani berkata bahwa Adnan sudah pulang dan ingin bertemu dengan Hilda asal Hilda sembuh. Stefani bingung harus berbicara apa pada Hilda bahwa kini suaminya masih terbaring di rumah sakit dan kondisinya semakin parah. Adnan koma. Sudah 2 minggu ini, Adnan belum sadarkan diri. Orangtua Adnan tidak pernah pulang ke Jakarta, mereka terus menemani Adnan di rumah sakit. Stefani dan Ariepun bolak-balik antara Jakarta dan Bandung. Stefani mencoba untuk mengalihkan pembicaraan namun Hilda bukanlah anak kecil yang dengan gampangnya percaya akan ucapan Stefani. Hilda terus mendesak Stefani agar memberitahunya dimana Adnan? Dan bagaimana kondisi Adnan. Stefani bungkam dan setetes air matanya jatuh, stefani memeluk Hilda erat dan berbisik tepat di telinga Hilda
“Bang Adnan ada di Bandung kak, dia ada bisnis di luar kota.” Untuk kesekian kalinya Stefani berbohong pada Hilda. Stefani masih takut kakak iparnya kembali sakit karena tahu bahwa suaminya terbaring di rumah sakit. Bagaimanapun Stefani tahu bahwa kini kondisi kakak iparnya itu mudah sekali sakit.
“Beneran? Terus kamu kenapa nangis? Dan memeluk kakak erat kayak tadi?”
Stefani tertawa “Kan aku mau prank kakak?”
“Ihhh Stefani kamu jail, kakak kan jadi khawatir, takut terjadi apa-apa pada Masmu.”
Stefani hanya diam mendengar ucapan kakak iparnya.
“Tapi Stef semenjak kakak sadar, kakak merasa selalu tidak enak hati dan beberapa hari ini kakak selalu mimpi buruk tentang Adnan. Kakak sangat khawatir dengan kondisi Masmu itu. Apakah benar dia baik-baik saja?”
Dalam benaknya Stefani bergumam “Mungkin ini kali ya, ikatan cinta yang kuat? Tapi bukankah bang Adnan sekarang sangat membenci kak Hilda? Lalu kenapa kak Hilda masih sangat mencintai bang Adnan? Padahal kan banyak yang mengejar-ngejar kak Hilda apalagi semenjak kak Hilda berhijrah. Apakah kak Hilda menikah bersama bang Adnan hanya karena rasa bersalahnya? Tapi kan semua kesalahpahaman itu karena aku dan nggak semestinya kak Hilda mengorbankan kehidupannya hanya untuk menemani orang yang kini membencinya.”
“Kamu kenapa Stef, kok ngelamun? Kamu nggak enak badan?”
“Nggak kok kak, aku baik-baik aja, aku pergi dulu ya kak, ada janji dengan kak Arie.”
Hilda tersenyum mendengar Stefani ada janji dengan Arie. Hilda berharap Stefani sudah bisa move on dari abangnya dan memurnikan cintanya hanya sebagai adik kepada abangnya saja. Hilda tau bahwa Stefani adalah adik kandungnya Adnan namun bagaimanapun Hilda wanita biasa yang akan merasakan cemburu ketika tau bahwa adik iparnya masih mencintai suaminya.
***
“Jadi gimana kak?”
“Kalau menurut gue, mending kita kasih tau aja ke Hilda apa yang sebenarnya terjadi.”
“Tapi kak, gue takut kak Hilda drop lagi, gue takut kak Hilda seperti kemarin.”
“Lama kelamaan juga Hilda pasti tau Stef, karena sampai saat ini kita belum tahu kapan Adnan akan bangun.”
Stefani diam dan akhirnya menyetujui apa yang disarankan oleh Arie. Stefani mengajak Arie untuk kembali ke Bandung dan melihat kondisi abangnya, namun Arie tidak merespon apa yang Stefani katakan. Karena Arie terlalu terpesona akan kecantikan yang dimiliki Stefani, Arie tidak tau semenjak kapan rasa itu ada. Rasa yang membuatnya ingin selalu bertemu dengan Stefani, bersama Stefani dan ingin menghabiskan waktunya hanya dengan Stefani. Stefani yang geram dengan tingkah Arie, melempar Arie dengan tissu yang digulung-gulung. Arie tersentak dan kaget atas apa yang dilakukan Stefani.
“Lo sih kak, gue ajak ngomong malah bengong. Lo liatin apa sih kak? Lo naksir sama gue?”
“Gue naksir sama cewe kayak lo, pecicilan, sombong dan sok cantik jangan ngarep lo.” Arie berkata tidak sesuai dengan fakta karena pada kenyataannya Arie benar-benar sudah jatuh hati pada gadis di depannya ini. Gadis menyebalkan namun mampu membuatnya nyaman.
“Jangan gitu lo kak, nanti lo bener-bener naksir sama gue.”
“Ogaah gue naksir lo, masih banyak kali cewe cantik dan waras di luar sana.”
“APAA lo bilang kak? Jadi secara tidak langsung lo bilang gue gila? Lo tuh yang gila bengong lalu senyum-senyum sendiri.” Pukul Stefani pada lengan Arie. Stefani beranjak meninggalkan Arie yang membuatnya kesal. Arie mengaduh kesakitan lalu tersenyum melihat tingkah Stefani. Entah mengapa Arie sangat senang melihat Stefani marah dan kesal seperti itu. Arie menyusul Stefani dan pulang ke rumah Husein bersama. Saat Stefani sampai di kediaman Husein, Stefani melihat Hilda yang tidur di sofa ruang tamu. Stefani mengambil bantal dan selimut lalu menyelimuti Hilda. Stefani melihat ada raut kekhawatiran dan ketakutan dalam muka Hilda, Stefani sedih melihatnya. Stefani tersenyum dan menyentuh wajah Hilda
“Lo gadis yang kuat kak, lo pasti bisa menghadapi semua ini. Lo juga yang selalu bilang sama gue bahwa “Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya.” “gue sayang banget sama lo kak, gue harap lo selalu baik-baik aja.”
Hilda yang merasa ada tangan yang sedang menyentuh wajahnya, bangun dan melihat Stefani dengan mata yang berkaca-kaca. Stefani memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya yang sketika jatuh.
“Kamu udah pulang Stef, Arie mana? Dia ikut kesini?”
Stefani hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Hilda. Hubungan Hilda dan Arie kian membaik karena kini Arie sudah tau mengapa dulu Hilda mengkhianati Adnan dan mengapa kini Hilda hadir kembali ke kehidupan Adnan. Disaat Hilda dan Stefani asik berbincang, Arie datang dengan dua koper yang membuat Hilda mengernyitkan wajahnya. Dan bertanya pada hatinya.“Mau kemana Arie dan Stefani sampai harus membawa dua koper?”
Karena tau akan kebingungan kakak iparnya, Stefani berkata, “Kita ke Bandung ya kak susul bang Adnan. Aku tau kakak pasti rindu banget kan sama bang Adnan.”
Hilda tersenyum dan terlihat dari wajahnya bahwa Hilda sangat senang karena akan segera bertemu dengan Adnan. Stefani yang melihat kebahagiaan di mata Hilda, bukannya senang malah sedih dan terlihat murung. Arie yang tau mengapa Stefani seperti itu langsung menggenggam tangan Stefani dan menguatkan Stefani. Stefani melirik ke arah Arie yang tersenyum kearahnya, Stefani mengerti akan arti tatapan dan senyuman Arie, Stefani tau bahwa Arie mencoba menguatkannya dan berharap bahwa Stefani tidak membuat Hilda curiga.
“Kamu mau ajak kakak ke Bandung buat nyusul bang Adnan? Kamu serius Stef?” Stefani mengangguk dan mencoba tersenyum agar Hilda tidak curiga. Arie berjalan lebih dulu membawa dua koper yang berisi pakaian Hilda dan Stefani. Stefani dan Hilda menyusul dari belakang.
Sesampainya di Bandung, Stefani mengajak Hilda untuk beristirahat terlebih dulu di Vila, Stefani berkata bahwa besok Stefani akan mengajak Hilda untuk bertemu Adnan. Hilda yang tidak sabar ingin segera bertemu dengan Adnan, tidak bisa tidur. Hilda terus berpikir “Bagaimana besok Hilda akan bertemu dengan Adnan? Apakah akan canggung ataukah akan memeluk Adnan dengan erat?” Hilda memukul kepalanya dan kembali teringat bahwa Hilda tidak mungkin bisa memeluk Adnan apalagi Hilda tau bahwa kini Adnan sangat membencinya. Hilda sedih atas kenyataan ini. Stefani yang melihat Hilda, hanya diam. Stefani tau apa yang dipikirkan kakak iparnya, Stefani tau pasti Hilda berpikir bagaimana ketika nanti dia bertemu dengan abangnya. Karena melihat Hilda yang tak kunjung tidur, Stefani mengahmpiri Hilda yang sedang melamun “Kakak jangan mikirin hal yang macem-macem. Bang Adnan gak bakal bikin kakak canggung kok, percaya deh.” Hilda berbalik dan menatap Stefani
“Kamu yakin? Kamu juga tau kan bahwa masmu kini membenci kakak.” Ucap Hilda dengan raut wajah sedih
“Aku yakin kak, lebih baik kakak sekarang tidur dan istirahat biar besok kakak lebih fress.” Ucap Stefani
Stefani tau betul bahwa abangnya tidak akan membuat Hilda canggung. Karena kini abangnya sedang terbaring koma di rumah sakit. Stefani meninggalkan Hilda dan berlari ke luar untuk menelepon orangtuanya dan menanyakan keadaan Adnan, Stefani berharap sudah ada perkrmbangan pada kondisi Adnan. Namun setelah mendapat kabar dari kedua orangtuanya Stefani semakin sedih karena kondisi Adnan semakin parah. Stefani berniat untuk pergi namun Arie mencegahnya. Arie yang penasaran saat Stefani keluar langsung mengikuti Stefani.
“Lo nggak boleh ke rumah sakit sekarang!”
“Tapi kak, kondisi bang Adnan sekarang semakin parah.” Cemas Stefani
“Gue tahu tapi lo juga harus bisa jaga Hilda, bagaimana kalau Hilda tau lo nggak ada. Hilda pasti cari lo sedangkan Hilda sudah kelelahan hari ini. Lo mau Hilda kembali ke rumah sakit karena kelelahan di tambah syok mengetahui Adnan terbaring koma di rumah sakit.” Stefani menangis, Arie dengan refleks menarik tangan Stefani dan memeluknya. Stefani ingin melepaskannya namun Stefani merasa bahwa dia nyaman berada dalam pelukan Arie. Arie tidak tau mengapa akhir-akhir ini Arie tidak sanggup melihat kesedihan yang seringkali merundung Stefani. Arie selalu berusaha untuk selalu ada untuk Stefani dan mencoba menghilangkan kesedihan Stefani walaupun dengan cara yang membuat Stefani marah. Karena bagi Arie, Arie lebih baik dimarahi Stefani daripada harus melihat Stefani sedih dan menangis.
___
Waktu telah pagi dan Hilda sudah bangun lalu menyiapkan sarapan untuk Stefani dan Arie. Hilda sudah siap dan dandan dengan sangat cantik. Senyum manis terukir di wajahnya, Hilda begitu bahagia hari ini.
Setelah sarapan, Stefani dan Arie membawa Hilda untuk bertemu Adnan. Hilda yang heran mengapa Stefani mengajaknya ke rumah sakit langsung bertanya, “Kok ke rumah sakit? Bukannya kita akan bertemu Adnan?”
“Bang Adnan ada disini kak.” Hilda masih mencoba berpikir positif. Hilda berpikir bahwa mungkin saja Adnan sedang ada urusan disini, menjenguk kolega meetingnya atau rapat dengan pimpinan rumah sakit. Hilda masih mempertahankan senyumnya meski kini pikirannya sudah berkeliaran kemana-mana. Hilda tidak mampu membohongi dirinya sendiri bahwa kini Hilda merasa sangat khawatir. Hilda semakin tidak mampu menahan rasa ingin tahunya ketika tiba-tiba saja Stefani dan Arie berhenti di depan sebuah ruangan vip.
“Kok berhenti? Adnan baik-baik saja kan Ri?” Hilda tidak bertanya pada Stefani karena Stefani pura-pura ijin ke toilet, karena tidak sanggup membayangkan akan seperti apa reaksi Hilda ketika melihat suaminya terbarik tidak berdaya.
“Lo masuk aja setelah masuk, lo akan tau apa yang sebenarnya terjadi.”
Tanpa pikir panjang, Hilda melangkahkan kakiknya ke arah ruangan yang ada di depannya. Hilda membuka pintu dan melihat bahwa ada seseorang yang sedang terbaring dengan semua selang yang berada pada tubuhnya. Hilda tidak lekas berpikir negatif, karena tidak jelas siapa orangnya, Hilda berpikir bahwa itu adalah kolega bisnin Adnan dan Adnan sedang menjenguknya.
Hilda semakin masuk ke dalam dan mencoba melihat siapa sebenarnya yang terbaring di ranjang rumah sakit itu.
“Ad..nan,,”
Seketika Hilda pingsan.

Komentar Buku (288)

  • avatar
    SuhaeniEni

    cerita nya bagus

    10d

      0
  • avatar
    SalsasabilahSalsa

    seruu bngettt 😭

    23/06

      0
  • avatar
    CmsTuser77

    sangat menarik

    06/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru