logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Apakah Ini Mimpi?

Bangunkanlah aku! jika ini mimpi. Karena ku berharap, semua kesakitan ini akan berakhir
ketika ku membuka mata.
“Adnan Husein”
Arie menepuk pundak Adnan dan berkata, “Hilda cantik banget bro, apalagi kini, dia tampil dengan balutan gaun pengantin dan jilbab yang dikenakannya. She is perfect.”
Adnan menyadarkan dirinya dengan cara memukul kepalanya, Adnan bergumam
“Dia pengkhianat Adnan, jangan sampai lo terlena apalagi terpesona dengan semua kepalsuan yang dia tampilkan.”
“Lo bilang, dia cantik dengan semua kepalsuan yang dia perlihatkan, buka mata lo. Dia hanya wanita sampah yang pernah gue temui.”
“Jangan suudzon dulu Nan, mungkin saja sekarang Hilda sudah berubah dan memulai hidupnya dengan hal yang baru dan lebih positif.”
“Lo bilang Hilda berubah dengan secepat itu? Itu gak mungkin Ri, gak mungkin.”
“Apa yang gak mungkin Nan? Jika Tuhan memang menghendakinya, tidak ada yang tidak mungkin ketika Tuhan berkata, “Jadilah!” semua itu mungkin bagi Tuhan, Tuhan mungkin membalikan hati Hilda dan membuat Hilda berubah.”
“Lo tau? 3 hari yang lalu, gue ketemu sama Hilda di cafe yang biasa dia datengin, dia nggak berubah Ri, dia masih Hilda yang dulu, Hilda yang sombong, glamour dan berpenampilan seksi.” Ucap Adnan dengan marah “dan gue yakin bahwa ini hanyalah trik Hilda untuk meyakinkan bopak gue bahwa dia sudah berubah padahal dia hanya ingin kembali menghancurkan keluarga gue.”
Adnan memalingkan wajahnya dan berjalan keluar dari pelaminan, Adnan muak melihat wajah sok polos Hilda dan senyuman yang seakan mengiris-ngiris hatinya.
Adnan berjalan tanpa menghiraukan Arie yang berkali-kali memanggilnya. Hilda yang melihat Adnan keluar, sedih. senyuman yang terukir di wajahnya luntur begitu saja. Hilda duduk di kursi pelaminan sendiri dan berupaya untuk tetap tersenyum dan tidak memperlihatkan kerapuhan dirinya. Hilda terus melihat punggung Adnan yang semakin lama semakin menghilang di telan belokan rumah.
Adnan terus berjalan keluar dan ketika Adnan sampai di bibir pintu. Adnan melihat Stefani yang ingin menaiki mobilnya. Adnan berlari dan menutup pintu mobil Stefani dengan kakinya, Adnan menarik tangan Stefani.
“Stef? Kamu kok ada disini? Papah bilang kamu gak akan datang, kamu jangan salah paham Stef, aku nggak menginginkan pernikahan ini, sumpah. ini papah yang maksa aku. Kalau kamu mau, aku bisa kok ceraiin Hilda sekarang juga,” Seru Adnan yang merasa bersalah pada Stefani. Adnan tidak tahu bahwa yang mengatur semua ini adalah Stefani. Adnan mengira bahwa Stefani datang untuk menikah dengannya dan marah ketika melihat Adnan menikahi wanita lain.
“Stefani kamu harus percaya, aku benar-benar tidak mengkhianati kamu. Kamu jangan marah.” Adnan terus meyakinkan Stefani, namun Stefani hanya terdiam mendengarkan semua perkataan Adnan.
“Kamu ngomong dong! kamu marah sama aku, aku minta maaf, jangan diam seperti ini.”
“Iya aku marah sama kamu, aku marah karena dengan mudahnya kamu bilang bahwa kamu akan menceraikan kak Hilda, padahal beberapa menit yang lalu kamu menjadikannya isteri. Kamu pikir pernikahan itu hal yang main-main, pernikahan itu hal yang sakral.”
“Tapi kan Stef . . .”
“Tidak ada tapi-tapian Nan, sudahlah lupakan semuanya. Aku ingin kau menjalani kehidupanmu yang baru dengan sebaik-baiknya, jaga kak Hilda dengan baik jangan sampai kau menyakitinya.”
“Kok kamu tau bahwa orang yang menikah denganku Hilda, kamu tau darimana nama pengantin wanita pengganti itu?”
“Karena aku yang menyuruh kak Hilda untuk menggantikanku, aku yang maksa kak Hilda untuk bisa menikah denganmu Adnan, jika tidak ada kak Hilda maka keluargamu akan menanggung malu karena untuk kesekian kalinya kau gagal untuk menikah. Jadi jangan sampai kau menyakitinya, dia telah membantumu. Kau harusnya berterima kasih.”
“APAA, kamu nyuruh seorang pengkhianat untuk jadi isteriku, apa sih yang sebenarnya ada dipikiranmu Stef? Aku gak nyangka ya kamu tega melakukan semua ini.”
“Sudahlah Adnan, jangan sok dramatis seperti ini,” Ucap Stefani dan berlalu pergi menuju mobilnya. Namun lagi-lagi Adnan menarik tangannya dan kini memeluk Stefani erat.
“Lepaskan aku Adnan!” Ucap Stefani marah. Stefani mencoba melepaskan tangan Adnan yang melingkar di tubuhnya, namun tidak bisa, karena Adnan memeluk Stefani dengan sangat erat.
Mata Stefani panas karena menahan air mata yang sudah dari tadi Stefani tahan. Stefani menengadahkan wajahnya ke atas, Stefani mencoba untuk kuat menghadapi Adnan yang kini memeluknya. Tanpa sengaja, Stefani melihat Hilda di ujung pintu yang sedang melihat Adnan memeluk dirinya. Stefani merasa bersalah dan dengan sekuat tenaga melepaskan pelukan Adnan.
“Gue bilang lepasin gue! Lo harus tau Adnan bahwa gue gak pernah benar-benar cinta sama lo, gue hanya manfaatin lo agar kehidupan gue jauh lebih baik, gue tau lo orang kaya dan gue pacaran sama lo agar gue bisa dapetin harta lo. Dan sekarang, gue udah dapet semua apa yang gue inginkan. Dan satu lagi gue mau lo tau gue udah punya pengganti lo.”
Adnan diam terpaku mendengar kata-kata Stefani, Adnan tidak percaya dengan semua yang Stefani katakan. Dia tau bahwa Stefani sangat mencintainya dan tidak mungkin melakukan hal itu.
“Aku tidak akan percaya semua yang kamu katakan Stef, aku tau kamu sangat mencintaiku dan tidak mungkin melakukan hal itu. Mau bagaimanapun kau beralasan untuk meninggalkanku aku tidak akan percaya.”
Stefani memperlihatkan sebuah cek yang bertuliskan 3M
“Ini buktinya, bokap lo tau bahwa gue ngedeketin lo hanya karena harta lo. Jadi, dia berinisiatif untuk memberikan gue uang dengan jumlah yang besar, asal gue janji ninggalin lo dan berhenti memeras lo. Ya, gue jawab dong dengan senang hati, buat apa coba gue susah-susah ngedeketin lo cuman buat nguras harta lo sedangkan dengan mudahnya bokap lo ngeluarin uang segitu banyak untuk gue. Jadi buat apa lagi gue harus pacaran sama lo, buang-buang waktu.”
“Gue gak nyangka ya, lo bisa sejahat itu sama gue, gue kira lo adalah orang yang bisa gue percaya dan orang yang bisa gue andalkan. Namun nyatanya lo sama jahatnya dengan Hilda, gue muak liat wajah lo.”
Adnan melepaskan tangan Stefani dan meninggalkan Stefani yang terpaku melihat kepergian Adnan. Stefani melihat semakin lama punggung Adnan semakin menghilang bersamaan mobilnya yang dikendarai dengan kecepatan tinggi.
Stefani tidak mampu lagi menahan air matanya, Stefani menangis. Stefani menutup mulutnya agar isakan itu tidak terdengar oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Hilda yang melihat Stefani dari kejauhan, berlari menghampiri Stefani dan memeluknya erat. Stefani menangis di pelukan Hilda, Hilda yang tau bagaimana perasaan Stefani mencoba untuk menguatkan Stefani. Kesakitan yang di alami Stefani seakan merambat ke tubuh Hilda. Hilda tau bahwa Stefani sangat sakit melihat Adnan sesakit ini dan Hilda juga tau bahwa Stefani terpaksa membohongi Adnan.
“Semuanya akan baik-baik saja,” Ucap Hilda pada Stefani.
Stefani menganggukan kepalanya yang ada di pelukan Hilda, Stefani masih menangis dan semakin erat memeluk Hilda. Hilda mencoba menenangkan Stefani meski pada kenyataannya Hilda juga sakit melihat Adnan tersakiti dan terpukul seperti sekarang.
Tanpa sepengetahuan Stefani dan Hilda, Arie mengamati mereka dan bertanya-tanya, “Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang Arie tidak tau? Mengapa Hilda dan Stefani seperti orang yang sudah lama saling mengenal. Dan mengapa ayah Adnan berkata bahwa Stefani tidak datang sedangkan pada kenyataannya Stefani ada disini dan mengatur semuanya, sebenarnya ada apa?”
Arie mengacak rambutnya dan kembali ke dalam untuk melayani tamu.
---
Waktu sudah sore, acara sudah selesai namun Adnan tak kunjung pulang. Hilda khawatir dengan keadaan Adnan, Hilda takut terjadi apa-apa pada Adnan.
Stefani mondar mandir di rumahnya, Stefani kepikiran akan Adnan yang pergi dengan keadaan marah, Stefani takut Adnan kenapa-napa. Stefani menelepon semua teman-teman Adnan, namun tidak ada yang tau keberadaan Adnan. Stefani ragu untuk menelepon Arie, Stefani takut Arie marah. Namun, rasa khawatir Stefani lebih kuat dibanding dengan rasa takutnya akan dimarahi Arie. Akhirnya, Stefani memutuskan untuk menanyakan Adnan pada Arie.
“Ada apa lo telepon gue?” Tanya Arie to the point.
“Eum.. aku mau nanyain kak Adnan, kak Arie tau kak Adnan dimana?”
“Buat apa lo nanyain Adnan? Bukannya lo yang buat dia pergi? Dan bukannya lo yang nyuruh dia pergi dari kehidupan lo, lalu sekarang lo nyariin Adnan, lo waras atau lo salah minum obat?” Tawa Arie terdengar mengejek di ujung telepon.
“Stefani serius kak, kakak tau tidak kak Adnan dimana? Stefani khawatir.”
“Jangan sok khawatir lo sama sahabat gue, kalau lo mau dia pergi, biarkan dia pergi dan lo jangan pernah cari dia lagi.”
“Itu tidak mungkin kak, aku akan selalu ada untuk kak Adnan, dan aku tidak akan pernah bisa ninggalin kak Adnan. Kakak tidak tau bagaimana kebenarannya dan jika kakak tau aku yakin kakak juga akan mendukung keputusanku.”
Stefani memutuskan telepon dan menghembuskan napasnya kasar. Stefani bingung harus kemana dia mencari Adnan dan harus pada siapa dia menanyakan keberadaan dan keadaan Adnan.
Di tempat lain, Adnan termenung dan menyandarkan kepalanya pada dinding kayu. Adnan memejamkan matanya dan berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi, hingga ketika Adnan membuka mata semua mimpi buruknya berakhir.
“AKKKKHHH...”
“Mengapa Tuhan? mengapa harus aku? Mengapa lagi dan lagi kau menyakitiku? Apa salahku Tuhan? Mengapa kau tidak bosan membuat hidupku terlihat sangat menyedihkan.”
Adnan tertawa samar, rasa sakitnya begitu membuat Adnan gila. Adnan memejamkan matanya dan menikmati hembusan angin yang berhembus melalui celah-celah kosong pada rumah pohon itu. Adnan mengatur napasnya dan mencoba menenangkan hatinya, Adnan mencoba melupakan kejadian hari ini untuk sesaat dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dengan semua drama yang terjadi. Adnan tidur dengan keadaan wajahnya menghadap sang rembulan dan bintang, yang kebetulan suasana malam itu terlihat sangat cerah.

Komentar Buku (288)

  • avatar
    SuhaeniEni

    cerita nya bagus

    11d

      0
  • avatar
    SalsasabilahSalsa

    seruu bngettt 😭

    23/06

      0
  • avatar
    CmsTuser77

    sangat menarik

    06/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru