logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Benar-benar Dungu

'Tch! Aku harus lebih mengecilkan perutku lagi!'
Barra melonggarkan ikat pinggangnya, kemudian ia merogoh saku celananya. Celana yang ia pakai terlalu ketat, sehingga susah baginya untuk bisa menemukan sesuatu yang ia cari.
'Bego aku!'
Tak lama Barra menepuk jidatnya sendiri, ia tersadar, dirinya tidak akan menemukan apa-apa di dalam saku celana. Ia tak pernah mengantongi apapun di saku celana kerja, dengan cepat Barra pun berjalan mendekat ke arah pintu tempat di mana Liana sedang berada.
"A-apa yang akan kau perbuat?! Jangan perko-"
Liana ketakutan melihat langkah cepatnya Barra. Mendengar Liana yang tiba-tiba berteriak, Barra segera menyergap dan membekap mulutnya rapat, membuat Liana yang panik itu mentok di daun pintu.
Dari awal kata nya, mungkin gadis dungu ini akan bicara hal ngelantur, jadi Barra langsung bertindak cepat. Liana tidak bisa berkutik, tubuhnya kini dihimpit Barra. Dengan posisi Barra yang sedekat ini, jantung Liana jadi memompa kencang, membuat udara di sekitar seakan terasa panas.
Barra yang memiliki tubuh atletis itu jadi terlihat sangat agresif di mata Liana. Ah tidak, tidak, dia suami orang! Dan di sini sedang ada anak-anaknya, mana mungkin ia akan melakukan hal itu.
Tangan kanan Barra terlihat bersusah payah merogoh saku jas yang digantung sebelah sana. Sekian lama merogoh, akhirnya Barra menampakkan senyum keberhasilan. Kemudian ia menunjukkan sesuatu tepat di depan mata Liana.
Ia menampakkan sebuah KTP dan berkata, "BE-LUM KA-WIN!" Ucapnya dengan penuh penekanan.
Mendengar kata-kata itu, Liana yang tadinya fokus menatap foto di KTP, beralih membaca detail identitasnya. Dan benar, status perkawinannya sama sekali belum kawin, ia lahir pada tahun 1990.
Hah? Satu sembilan sembilan puluh? Apa Liana tak salah lihat? Angka jadul itu ... Satu, dua ... Dua puluh ... Pria ini berusia 32 tahun?!
Barra melepas bekapannya setelah dirasa Liana sudah membacanya. Ia kembali mengantongi KTP nya ke dalam dompet, namun sebuah tangan langsung menyambar KTP itu.
"1990, apa ini tidak keliru?" Liana menilik-nilik lagi KTP itu, tahun kelahirannya masih sama seperti yang tadi ia lihat, tapi barangkali angkanya bisa berubah sewaktu-waktu kan? Jelas tidak! Dasar dungu!
"Mana mungkin aku membuat data pribadi yang keliru." Tegas Barra, melihat gadis yang tengah sibuk dengan KTP miliknya.
"Hmm ... Aku tidak percaya, kau terlihat 10 tahun lebih muda." Liana menyudahi penelitiannya, ia berkacak pinggang sambil menengadah, menatap wajah Barra secara cermat.
"H-hey, kau sedang beriklan atau apa? Sudah, kalau mau pulang akan kuantar." Barra yang merasa dipuji itu tersipu malu, malunya malu-malu kucing. Ia pun segera merebut kembali KTP miliknya itu.
Sebenarnya Barra mengizinkan ia ikut ke sini karena ia terlihat imut, tapi karena gadis ini ingin pulang ya sudah biarkan saja, lagipula ia gadis yang stres dan dungu.
"Tapi, apa kau tahu di mana tempat tinggalmu?" Barra merasa tak yakin, soalnya dia mungkin gegar otak.
"A-aku tidak mau pulang! Aku takut bertemu duda!"
Liana memekik dan membuat Barra menutup telinganya yang kedua kali. Ya ampun, suara gadis ini sangat melengking, lebih parah dari teriakan paus biru, sudah benar ia harus pulang saja!
Tapi tunggu, tunggu, dia menangis?
"Kenapa kau menangis? Sudah jelas aku bukan duda kan?" Barra sedikit khawatir, ia pikir Liana phobia duda.
"Aku tidak mau pulang, aku tidak ingin ke mana-mana, aku takut Ayah akan memaksaku menikah lagi. Hiks ... Hiks ..."
Liana berubah secara mendadak, kali ini ia terlihat sendu, tatapannya penuh dengan gundah gulana. Jelas ia sedang tidak bercanda, Barra pikir ia mungkin bukan stres, tapi memang memiliki sebuah masalah.
Barra merasa bersalah karena sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Ia pun merengkuh pundak Liana, membawanya untuk duduk bercerita di atas sofa.
"Aku tidak tahu harus pulang ke mana. Semalam aku kabur dari rumah dan dikejar anjing gila." Liana mulai menceritakan legendanya kepada Barra, dan dengan setia Barra mendengarkan ceritaannya.
Alkisah Liana si anak sulung, ia dipaksa menikah dengan seorang duda berharta banda. Awalnya ia kedatangan tamu dan keheranan karena tamu itu mencari dirinya. Tapi saat disimak, mereka, alias ibu ayahnya Liana, beserta duda itu membicarakan soal lamaran yang merujuk pada Liana.
Ayah Liana langsung berkata setuju tanpa konfirmasi dahulu. Rupanya ia sudah merancang semua ini karena yakin Liana akan menurut. Tapi Liana langsung membuat kekacauan dan duda itu berakhir pulang.
Liana pikir ia sudah bebas walau sempat beberapa konflik terjadi setelahnya. Namun malam tadi tiba-tiba juru make up datang ke rumahnya dan saat ditanya ada apa, ayah Liana bilang mereka akan menggelar acara tunangan Liana dengan Sang Duda.
"Tch! Bau tanah dan sudah beruban! Mau bergaya tunangan seperti anak muda!"
Liana terus bercerita dengan kepalanya yang menempel kaku di bidang kiri Barra. Sedari tadi Barra mengusap-ngusap pucuk kepala Liana, dan jujur membuat Liana yang tengah bercerita sambil menangis itu berdebar-debar.
Bagaimana tidak? Pria yang ada di sampingnya itu memiliki wajah yang tampan, wajar saja Liana yang baru bangun dari pingsan tadi langsung meminta dinikahi olehnya. Tapi Liana masih heran, kenapa paras seperti ini sudah berumur 32 dan belum juga menikah?
"Daddy, Melan ada jadwal volly besok!"
Suara teriakan membuyarkan suasana romantis itu. Liana melonjak menjauhkan tubuhnya dari Barra, ia panik karena sudah tertangkap basah, dirinya berani bermesraan saat terlihat tidak ada orang di rumah.
"Hm? Kalian sedang apa?" Tanya Melani yang kini sudah menghampiri keduanya. Ia melihat Liana yang sikapnya terlihat sangat menarik perhatian.

Komentar Buku (123)

  • avatar
    Yunitafr

    500

    19d

      0
  • avatar
    Samil edrosSamil edros

    aku suka ini

    12/08

      0
  • avatar
    ZulchiarNiro

    sangat senang

    06/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru