logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Tuyul Apartemen

Melihat tuyul yang berkeliaran di area dapur, Liana langsung saja mengerti, Pajero hitam yang ia tumpangi tadi ternyata adalah berkat hasil jerih payah tuyul peliharaan di apartemen ini.
Barra sama sekali tidak melihat tuyul di mana-mana. Siang bolong begini, mana mungkin ada tuyul atau dedemit yang sejenisnya kan? Gadis ini stres, Barra langsung memutar tubuh.
"Tidak ad-"
Barra yang hendak bicara menghadap Liana, tidak melihat wujud Liana sama sekali. Bukan hilang mendadak ajaib bin misterius, tapi Liana terus memposisisikan dirinya di belakang punggung Barra sehingga Barra tidak dapat melihat wujud aslinya.
Barra mencoba berputar ke kiri dan juga kanan, tapi Liana tetap mengikuti pergerakannya. Walau berputar 360 derajat, Liana tetap menjaga posisi berada tepat di belakang Barra.
"Awas, di belakangmu!" Barra menakut-nakuti dan langsung membuat Liana melonjak seketika. Ia beralih bersembunyi di depan perut Barra, meremas erat kemeja putih yang dikenakannya.
"Haa Tuan, saya takut, tolong usir dulu tuyul itu dari sini Tuan!" Liana tetap di posisinya.
Barra yang mendapati sikap aneh gadis itu merasa jengah, dengan terpaksa ia mengikuti skenario dan memanggil tuyul itu untuk segera keluar dari tempat persembunyiannya.
"Tuyul, keluar kamu! Kalau tidak, aku akan mencekikmu!"
Walau merasa konyol, tetapi Barra berteriak memanggil tuyul di ruangannya. Lagipula ini adalah tempat tinggalnya, tidak akan ada orang yang menertawakannya bukan?
Dan perlahan keluarlah sosok berkepala botak dari balik meja dapur. Tingginya sekitar 1 meter lebih, wajahnya dipenuhi bedak putih yang tidak beraturan. Ia hanya mengenakan pampers, dan kini tengah memegang sebotol susu.
Melihat kemunculan tuyul itu, Barra mengusap wajah secara kasar sambil menggeleng pelan.
"Kenn! Apa yang kau lakukan di sana sendirian? Kemana Melani? Bukankah dia sudah kutugaskan untuk menjagamu?!"
Barra bertanya kepada tuyul itu, padahal ia tahu sendiri bahwa tuyul itu tidak akan menjawab pertanyaannya. Ia belum paham dan mengerti, dirinya masih berusia 2 tahun.
Barra segera melepaskan Liana dari perutnya, ia berjalan menghampiri tuyul itu kemudian menggendong dan membawanya duduk di atas sofa. Liana hanya bisa berjongkok dan menyaksikan, ia tidak berani mendekat karena amat sangat ketakutan.
'Baru kali ini aku melihat wujud tuyul sungguhan.' batin Liana dalam diamnya.
"Tuan, apakah tuyulnya jinak? Dia tidak gigit kan?" Liana tetap diam di tempat, melihat keduanya dari kejauhan.
"Tidak, dia anak yang baik, hanya saja aku heran, kemana perginya Melani? Bisa-bisanya dia membiarkan anak kecil seperti ini sendirian di rumah." Gerutu Barra dengan tuyul di pangkuannya.
"Tuan, usir dulu tuyulnya, aku ingin berbicara sebentar denganmu. Biarkan dia pergi mencari uang." Liana masih berpikir bahwa Ken adalah tuyul. Namun, Ken bukanlah tuyul, dia adalah anak manusia. Asli.
"Hah? Apa maksudmu? Dia itu anakku, jangan berkata hal sembarangan!" Barra merasa sangat tersinggung. Kata tuyul masih bisa ia terima, tapi Liana menyuruh Barra mengusir anaknya sendiri.
"Hah?! Jadi Tuan sudah punya anak?! Dan Me- Melani ... Apakah dia istrinya Tuan?"
Liana langsung terkejut, ia tidak percaya, dirinya merasa dibodohi. Eh tepatnya dia yang memang bodoh, meminta dinikahi kepada sembarang orang. Dan kini ia baru mengetahui bahwa orang yang ia ikuti ternyata sudah berkeluarga.
"Ngaco kamu, sudah, lebih baik kamu istirahat sekarang, mungkin otak kamu bergeser setelah kecelakaan tadi. Em ya, itu juga salahku sih tapi setidaknya aku sudah bertanggung jawab."
Barra pikir gadis itu masih belum pulih, tapi sebenarnya Liana sehat-sehat saja dan dia sama sekali tidak mengalami gegar otak. Dirinya masih hafal nama, alamat, dan tempat tinggal secara lengkap.
"Siapa dia, Dad?"
Seorang gadis muda tiba-tiba muncul dari balik dapur. Ia keheranan, melihat orang asing berjongkok dalam rumahnya.
"Ada ternyata, kau habis dari mana? Kenapa membiarkan Ken tinggal di dapur sendirian? Itu bahaya Melan!" Bukannya menjawab, Barra lebih dahulu mengomeli gadis yang tengah berdiri di ambang penghubung dapur dan ruang mesin cuci itu.
"Aku habis boker Daddy, masa harus ditahan sih? Lagipula Ken tidak apa kan? Mana mungkin juga Ken menyalakan kompor gas sendirian." Melani membela diri dan berhasil membuat Barra mendengus kesal.
Mendengar percakapan antara keduanya, perlahan Liana mengerti, bahwa Melani yang tadi Barra sebut-sebut bukanlah istri melainkan anak. Pria ini sudah memiliki 2 buah anak, Liana semakin yakin, ia ingin kabur saja.
"Maaf Pak, saya pergi. Saya tidak ingin merusak hubungan rumah tangga orang." Liana langsung bangkit, ia berjalan cepat menuju ke arah pintu. Namun, saat sampai di depan pintu, pintunya terkunci dan tidak bisa dibuka.
"Pak, tolong buka pintunya, saya tidak ingin istri anda marah karena mengetahui keberadaan saya." Liana kembali menampakkan wujud dirinya.
Barra dan Melani malah terlihat saling pandang keheranan. Kemudian Barra menyuruh Melani untuk pergi, memakaikan pakaian kepada Ken yang memang masih telanjang.
"Kamu ini bicara apa?" Tanya Barra setelah kepergian anak-anaknya.
"Saya tidak mau mengganggu lelaki yang sudah beristri. Dan maaf, saya ke sini karena hanya menginginkan lelaki perjaka!" Ucap Liana berterus terang, ia merasa amat sangat kesal.
"Kau pikir aku bukan perjaka?!"
Mendengar perkataan gadis itu, Barra langsung bangkit dari duduknya, ia tidak terima dirinya dikata-katai seperti itu. Perlahan, Barra melonggarkan ikat pinggangnya.
"K-kau mau apa?!"
Liana langsung terkejut panik, ia sedikit melangkah mundur, dirinya melihat ke arah sekitar, memastikan keberadaan orang di dalam sana.

Komentar Buku (123)

  • avatar
    Yunitafr

    500

    19d

      0
  • avatar
    Samil edrosSamil edros

    aku suka ini

    12/08

      0
  • avatar
    ZulchiarNiro

    sangat senang

    06/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru