logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Back Together

Back Together

Azeela Danastri


Bab 1 Seolah Paling Tahu

Gio sedang merapikan dokumen di atas meja kerja yang hendak dibawa pulang, saat pintu ruang kerja terbuka dan muncul lah Tasia, sang sekretaris.
“Jangan lupa, kamu harus segera bilang pada Linda untuk menceraikan dia jika anaknya perempuan. Aku yang akan memberikan anak laki-laki padamu. Ikhlaskan saja uang yang diberikan kakekmu padanya. Lagi pula, kamu punya lebih dari cukup. Sudah hampir lima tahun aku menunggumu, Gio,” ujar Tasia yang kemudian duduk di sofa.
Gio mendengkus seraya berkacak pinggang. Sebetulnya suasana hatinya saat ini sedang tidak baik. Ia sudah capek bersandiwara di depan wanita ini. Gio tidak ingin menipu perasaannya.
Siapa pun akan dengan mudah jatuh cinta dengan Tasia. Semua juga didukung dengan kemolekan tubuh dan cara kerjanya yang kompeten. Hanya saja, wanita ini terlalu misterius dan Gio ingin membuka kedoknya. Namun, sudah empat tahun berlalu semuanya belum berhasil.
Aneh, setiap ia ingin mendapatkan proyek di pulau seberang selalu tidak berhasil. Sekalinya berhasil, itu hanyalah sebagian kecil dan pencapaian terbesarnya tidak ada sangkut paut dengan keinginannya mendapatkan tanah idaman sang kakek yang berasal dari tanah lelang. Gio tak ingin menduga-duga, tetapi wanita yang telah ia pacari cukup lama ini juga merupakan wanita yang penuh rahasia. Terlebih, adanya surat ancaman yang selalu ditujukan kepadanya untuk tidak melepaskan Tasia.
Gio bukanlah orang bodoh, surat-surat berupa kertas fisik dan surel telah diperiksa kepolisian, tetapi selalu menemui jalan buntu. Gio belum bisa melepaskannya semua karena bahaya yang mengintai sang istri. Ia hanya perlu bertahan sebentar lagi, seperti yang dijanjikan orang-orang yang telah disewanya. Padahal jika mau, dirinya bisa turun tangan sendiri. Akan tetapi, jelas ia tidak bisa gegabah saat ini, Belinda sedang hamil dan ia tak ingin mengambil resiko tersebut.
“Aku sudah mendengarnya ribuan kali, dan masih sangat mengingatnya. Sabarlah sebentar lagi. Kontrak kami sampai tahun kelima dan itu tinggal menghitung bulan.”
“Kamu akan pulang?”
“Tentu.”
“Kalau begitu aku ikut denganmu.”
Ucapan Tasia membuat Gio menghentikan kegiatannya dan menatap tidak percaya pada wanita itu. “Aku harus di rumah sekarang. Kita bisa bertemu besok saat pergi ke luar kota.”
Gio rindu memeluk istrinya tersebut. Istri yang selama ini orang-orang tahu tidak pernah dipedulikan. Awalnya memang semuanya tanpa cinta, tetapi kesetiaan Belinda dan kepatuhan terhadap semua yang Gio lakukan membuat pria itu luluh dan sangat mencintainya. Hanya saja, ancaman demi ancaman ini harus ia bereskan dulu sebelum benar-benar bisa menunjukkan perasaannya kepada sang istri.
Tasia menggeleng manja. “Tidak. Aku tidak mau kamu hanya berdua dengannya. Lihat, sejak kamu mengembalikan para pembantu ke rumah orang tuamu dan kalian tinggal berdua, sekarang dia hamil anakmu.”
“Jangan konyol dan apa kamu pikir aku meniduri dia saat kami hanya berdua? Kami ini suami istri Tasia. Kalau-kalau kamu lupa.”
Tasia menggebrak meja di depannya dengan tatapan tajam. Dia membalas sorot mata Gio dengan alis memicing. Darahnya mendidih mendengar perkataan Gio yang frontal dan tidak memperdulikan perasaannya itu. Tasia tahu, ia menjalin hubungan dengan pria beristri.
Akan tetapi, ia lebih dulu menjalin kasih dengan Gio sebelum wanita miskin itu masuk dan merebut perhatian keluarga besar Zaron serta Handari. Wanita licik, menjerat Gio dengan mendekati keluarganya terlebih dulu, hal itu juga membuat rencana yang telah disusun Tasia hancur berantakan. Apa ia ingin memulai dari nol kembali? Jelas tidak, Tasia sudah hampir kehabisan waktu, ia tak ingin hidup dalam kemelaratan.
“Aku kekasihmu, kalau kau lupa. Jangan main-main denganku, Gio! Dan, bisa-bisanya kamu mengataiku konyol lantas bercerita tentang kegiatan bercinta kalian! Kamu tidak peduli dengan perasaanku?!”
“Tentu saja tidak, Sayang. Jangan emosi, ingat dengan kesehatanmu,” rayu Gio.
Namun, jelas ia tidak akan meminta maaf dengan apa yang di katakan barusan. Peduli setan jika Tasia merasakan sesuatu yang tidak beres. Namun, rasanya tidak mungkin. Tasia terlalu mencintainya dan pasti akan memaafkan lidahnya yang tajam seperti halnya Belinda-nya. Sungguh, ia ingin mengenyahkan kekhawatiran sesekali.
“Aku bisa saja mati saat ini. Jantungku lemah dan itu semua karena kamu. Kamu harus ingat dengan pesan Hasan untuk selalu menjagaku, bukan?”
“Tentu saja aku ingat. Dia teman baik dan karenaku dia pergi.”
Gio bingung, sampai detik ini ia tidak bisa menemukan keberadaan Hasan yang dulu mengalami kecelakaan bersamanya. Jasadnya juga tidak ditemukan, hanya pesannya sebelum kecelakaan itu terjadi adalah jangan pernah meninggalkan Tasia apapun yang terjadi.
“Aku akan ikut ke rumahmu. Menginap di sana,” ucap Tasia dengan mengusap punggung Gio dan mengecup pipi kanannya.
“Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang,” ajak Gio yang pasrah dengan keinginan kekasihnya.

Belinda sedang menikmati coklat hangat dan sebuah donat ukuran jumbo dengan taburan kacang almond cincang di atasnya, saat di depannya berdiri menjulang pria tampan yang sudah menghilang lebih dari empat tahun lamanya. Pria itu tersenyum ramah dan kemudian duduk di depannya tanpa permisi.
“Kamu semakin cantik saja.”
“Hasan, lama tidak bertemu. Ke mana saja?” tanya Belinda dengan tatapan terkejut yang tak bisa ditutupi.
Hasan terkekeh sambil merapikan jaket kulitnya. “Aku baik. Kamu sepertinya keheranan bertemu kembali denganku?”
“Kamu menghilang begitu saja sejak kecelakaan itu, jadi aku sangat terkejut,” ucap Belinda jujur. Ia sendiri bingung dengan apa yang harus dikatakan kepada pria ini.
“Dan, melewatkan pernikahanku dan Gio.”
Wajah Hasan berubah serius. Kini, dengan tatapan intens ia berkata, “Seharusnya kamu tidak menikah dengan Gio, Linda. Itu merupakan kesalahan besar. Lagi pula, itu bukanlah kecelakaan pertamaku dan bukan sekali ini aku menghilang dari hadapanmu.”
“Kenapa begitu?” tanya Belinda dengan suara tercekat. Detak jantungnya bergemuruh. Ia sampai takut, jika Hasan bisa mendengar suara degup jantungnya. Seperti dirinya yang bisa mendengarnya, sampai ke gendang telinga.
“Dengar, suamimu tidak akan pernah bisa berpaling dari Tasia karena keberadaanmu sedari awal adalah sebuah kesalahan. Kamu itu hanya menjadi batu sandungan dalam kehidupan percintaan mereka. Apa kamu tidak merasa heran atau memang tidak peduli? Bertahan dalam ketidakpastian hanya hanya akan menyakiti dirimu sendiri.
Pergilah, tinggalkan Gio! Gapai bahagiamu dan jika kamu perlu pertolongan, aku bisa membantumu,” ucap Hasan yang kini mencondongkan tubuh merapat kepada Belinda, tetapi wanita itu beringsut menjauh.
“Kamu seolah-olah tahu tentang kehidupan pernikahanku,” ujar Belinda seraya tersenyum masam.
Belinda tidak habis pikir, pria ini baru saja muncul setelah bertahun-tahun menghilang dan sekarang berbicara seolah selama ini ia ada dan terlibat dalam hidup Belinda. Namun, dirinya tak ingin mengakui dengan begitu mudah terlebih kepada orang yang sudah lama tidak ia melihat batang hidungnya.
“Kamu tampaknya sedang tidak baik-baik saja.” Perkataan Hasan jelas sekali terlihat sebagai pernyataan bukan pertanyaan yang diucapkan dengan penuh percaya diri.
“Bukan urusanmu. Aku rasa sungguh tidak sopan kamu berkata seperti itu. Dia temanmu dulu, sahabatmu. Bagaimana bisa kamu berbuat seperti ini?” balas Belinda yang mulai merasa tidak nyaman dengan keberadaan pria ini.
tbc

Komentar Buku (44)

  • avatar
    KullbetWahyu

    baguss bgett

    20d

      0
  • avatar
    Raihan Tsaqif

    good

    16/08

      0
  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    05/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru