logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Rebutan

Kania tertawa mentah. Tidak habis pikir. "Kamu tahu apa imbalan yang aku inginkan darimu?" tanya Kania.
Kenneth mengangguk polos. "Aku ingin kamu menjadi penggosok punggungku ketika mandi." ucap Kania.
"Baik Nona, akan saya lakukan sesuai perintah." ujar Kenneth, Kania jadi tertawa geli.
"Hahaha! Dasar Ken aneh! Kamu itu punya malu enggak sih? Atau kamu terlalu polos kayak kain kafan?" tanya Kania terpingkal hingga memegang perutnya.
"Aku rasa, sekalipun aku menyuruhmu untuk memakan tahi juga akan dituruti olehmu." tawa Kania.
"Tidak masalah. Saya bisa mencuci mulut saya setelah itu." ujar Kenneth. Kania makin tertawa.
"Hahahaha! Bener ya? Nanti aku beneran kasih tahi kebo loh! Hahaha dasar enggak waras!" tawa Kania.
Kenneth memandang intens gadis dihadapannya dengan sorot mata datarnya yang tidak pernah berubah. Ternyata dia benar-benar serius dengan hal itu.
Tiba-tiba seorang pria mendehem dan berdiri seraya melipat kedua tangan di dadanya.
"Ini kenapa masih belum pada tidur jam segini? Berduaan kayak orang pacaran di atas balkon." cecar Roni yang langsung mengejutkan Kania dan Kenneth saat itu juga, memaksanya untuk berdiri segera dihadapannya.
"E-eh Papah hehe, ini aku mau tidur kok Pah. Oh iya Pah, ada yang mau Kenny omongin tuh, Pah!" ucap Kania segera berbisik ke telinga Kenneth.
"Soal tadi. Cepet bilang." bisik Kania.
"T-tuan... saya.." ucap Kenneth gugup dan merasa tidak enak. Roni menatapnya heran.
"Apa saya boleh mengikuti ujian Paket C supaya saya bisa satu kelas dengan Kania?" tanya Kenneth takut, bahkan matanya sampai ditutup.
Mata Roni melebar sesaat. Ia tersenyum.
"Siapa bilang enggak boleh?" tanya Roni. Kania langsung antusias, bahkan Kenneth merasa tidak percaya dengan hal ini.
"Ini beneran, Pah? Kenny mau dimasukin ujian Paket C?!" pekik Kania senang. Kenneth ikut tersenyum dengan hal ini.
"Mulai besok, kamu akan menjalankan ujian Paket C itu. Kamu harus banyak belajar loh ya? Pokoknya kamu sama Kania jangan ketemu dulu deh dalam waktu dekat ini. Kamu juga Kania, jangan ganggu Kenny, dia harus belajar supaya lulus." ucap Roni langsung dicemberuti oleh Kania.
"Yah, aku pengen main sama Kenny." ucapnya lesu, tangannya menggandeng tangan Kenneth. Seakan tidak ingin melepas Kenneth begitu saja.
"Enggak bisa gitu lah, Kenny itu harus ngejar semua mata pelajaran selama tiga tahun loh supaya bisa lulus dan satu kelas sama kamu. Itu bukan perjuangan yang gampang." ucap Roni.
Kania terus melipat bibirnya, mengembungkan pipinya. "Udah jangan cemberut-cemberut gitu. Kayak Kenny pergi selamanya aja." ujar Roni lagi.
Esok paginya, ternyata benar apa yang dikatakan oleh Roni. Sekarang Kenneth sedang menempuh ujian Paket C nya di sekolah yang sama dengan Kania.
Kadang Kania mampir ke ruang kelas Kenneth melihat bagaimana lelaki itu mengerjakan atau melihat ke arah lembar soalnya dan ia isi di lembar jawaban.
Didalam kelas itu, Kenneth tidak sendiri, ia berlima dengan siswa dan siswi disamping kanan dan kirinya.
Kania menunggu lelaki itu keluar dari kelasnya, jam istirahat bahkan ia habiskan untuk menunggu Kenneth didepan kelasnya namun sayangnya lelaki itu dan kelima temannya masih belum juga keluar dari ruangan itu.
Kania pun pada akhirnya tidak bisa bertemu dengan Kenneth, karena banyaknya waktu yang lelaki itu buang hanya untuk belajar dan mengerjakan soal di kelas tersebut.
Kania pun masuk ke dalam ruang kelasnya lalu duduk di kursinya. Rini berdiri disamping Kania yang tampak menelungkupkan wajahnya ke meja.
"Kasihan yang ditinggal sama Kenny, pasti sampai makan pun enggak bisa tuh. Soalnya kan tiap hari suka minta disediain makanan dan minuman, persis raja!" tandasnya.
Gina yang saat itu berada disamping kiri Kania langsung berdiri, membela.
"Apaan sih lo! Kerjaannya nyari ribut terus! Belum pernah kelilipan sepatu ya lo? Mau tahu rasanya kelilipan sepatu gimana?!" tandas Gina.
Vega membela temannya dari upaya Gina yang coba ngegas. "Wis.. selow dong bro. Enggak usah pake gas. Cukup kompor aja yang pakai gas, lo jangan." ujar Vega melerai.
"Sori ya, gue enggak pake gas, tapi pake bensin!" semprotnya.
Kania tak memperdulikan mereka dan tetap murung, mempertontonkan pipi cabinya yang dibuat cemberut di atas meja, mirip bakpau.
Hari ke hari berlalu dari semenjak Kenneth belajar untuk menghadapi ujian Paket C, ia sering pulang telat dan membiarkan Kania pulang berduaan saja bersama sang sopir.
Kenneth lebih sering memilih pulang telat karena menyelesaikan tugas-tugasnya, dibanding harus membuat sang nona menunggunya sampai sore hanya untuk pulang bersama dengannya.
Hingga hari ketika acara pensi diadakan, Kenneth masih sibuk didalam kelasnya bersama lima temannya, berbeda jauh dengan Kania yang repot dengan lomba yang sedang ia ikuti.
Lomba itu adalah dance. Tiga hari ini dirinya latihan ekstra dengan Gina, Elsa dan Kayra untuk persiapan lomba tersebut.
Disela jam kosong yang biasanya ia gunakan untuk melihat Kenneth jadi ia gunakan bersama ketiga temannya berlatih dance.
Dan saat ini, di hari pentas itu diadakan. Kania dan ketiga temannya itu pun tampil didepan semua orang. Dengan pakaian yang serba pink dan biru, mereka melakukan dance dengan baik, gerakannya juga teratur dan kompak.
Disaat itu Kania terus melihat ke arah bangku penonton, ia sangat berharap Kenneth muncul disana, atau papanya juga, seperti yang mereka janjikan kemarin malam.
Namun sayangnya dua lelaki yang paling diharapkannya muncul itu tidak ada, bahkan selagi sibuk mengeluarkan gerakan-gerakan dan menyeimbangkan tubuhnya dengan gerakan temannya, Kania tidak fokus.
Matanya terus mengarah ke arah pintu luar gedung serba guna itu.
Kania mendung, ia merasa sangat sedih. Kenapa salah satu dari mereka tidak ada yang datang?!
Hingga sampai berakhirnya lantunan musik, Kania tersandung dan jatuh. Ending yang buruk. Tidak seharusnya ia mengakhiri tarian dengan cara konyol seperti ini.
Banyak anak lelaki yang menertawakan, bahkan suara Tono yang paling besar kala itu, disusul oleh beberapa siswi lainnya mengikuti.
Kania merasa sangat malu, Rini merasa puas melihat hal memalukan itu terjadi pada musuh bebuyutannya.
Para juri terlihat menyesalkan atas ending buruk ini, beberapa dari mereka cenderung kasihan juga, cemas.
Pada akhirnya pun Kania segera membetulkan posisinya dengan cepat dan mengikuti temannya lalu tarian berakhir.
Kania merasa sangat bodoh, ia kini terduduk di kursi bangku di taman sekolah. Ia cemberut seraya menopang dagu, menghela nafas.
Gina, Elsa maupun Kayra segera duduk dikanan dan kirinya seraya memakan somay serta menyelurup es teh manisnya.
"Lo kenapa sih, Kan? Lemes banget dari tadi?" tanya Gina
Kania tak membalasnya, malah ia cenderung menghela nafas.
"Lo kenapa sih? Ayam goreng lo dicolong kucing tadi pagi?" tanya Gina lagi.
"Dia marah karena lo enggak beliin somay kali?" tebak Kayra.
"Lagian barusan enggak mau ngikut, yaudah sini gue beliin sekarang. Mana duitnya?" ujar Gina seraya menagih uang. Kania terus memandang lesu ke arah depan, ia melamun. Tak menghiraukan perkataan Gina.
"Hey! Jangan bengong gitu sih, coba kalo didepan lo sekarang ada begal. Pasti lo kena bacok deh." ujar Gina.
Kania semakin menghiraukan Gina dan bergerak sedikit untuk menopang dagunya dengan tangan kanannya menyusul tangan kirinya yang sudah duluan.
Gina geregetan dan memegang kedua pipi Kania, menepuk-nepuknya.
"Kania sadar! Selama Jungkook masih pengen jomblo, lu harus tetep waras! Kecuali Jungkook menikah, lo boleh deh gila." ujar Gina mencoba menyadarkan Kania dengan cara absurd.
Gina coba membuka kedua mata Kania yang sipit dan layu. Ia paksa mata itu jadi melotot.
"Bangun-bangun! Udah mau imsak!" ujar Gina setelahnya ia lepas tangannya dari mata Kania, alhasil Kania pun kembali layu sorot matanya dan terlihat lesu lagi.
Gina menghela nafas, capek.
"El, lo pernah baca buku cara menangani orang galau akut gak? Tanpa harus diamputasi kalo bisa." ujar Gina pasrah. Elsa menyuap somaynya. "Amputasi? Konsultasi kali?" tanya Elsa heran.
"Nah iya itu maksudnya." ujar Gina. Kayra membalas. "Jauh amat, kayak ke jawa." ucapnya ikut memakan somaynya.
"Menurut gue sih, Kania harus diajak jalan-jalan ke kebun binatang aja deh. Dia kurang piknik itu." ucap Elsa.
Gina langsung tertawa geli.
"Kania mana bisa diajak jalan-jalan ke kebun binatang, nanti yang ada malah selfie sama kembarannya haha." tawa Gina langsung dipandang culas oleh Kania serta dasinya ditarik hingga ia tercekik.
Gina berontak. Elsa dan Kayra tertawa.
"Bukannya lu juga sama ya? Punya saudara kembaran disana?" tanya Kayra mengejek. Gina melirik judes Kayra.
"Sori ya, kembaran gue itu Lalisa Black Pink." ucap Gina bangga.

Komentar Buku (68)

  • avatar
    Yunitafr

    500

    17d

      0
  • avatar
    SeptyanRafif

    mantap bgt

    26d

      0
  • avatar
    Balz Epep

    Sangat menarik

    04/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru