logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Noda Itu Semakin Pekat

Pagi hari, Marsya terlihat terburu-buru berjalan di koridor kantor. Ia dengan cepat memakai kartu tanda pengenalnya, tangan Marsya memijit lift namun bersamaan dengan tangan seseorang. Seketika ia menatap ke arah kanan, tepatnya seorang pria yang saat ini tengah berdiri di sampingnya.
Marsya seketika menarik tangannya dengan cepat.
“Maaf, pak Renal.” Marsya menundukkan kepalanya.
Renal adalah teman Marsya ketika di sekolah menengah atas. Pria yang sangat menyukai Marsya saat itu, namun Marsya malah memilih Alif menjadi kekasihnya.
Marsya tidak tahu, jika CEO di tempat ia bekerja adalah Renal Raditya. Maka dengan penuh hati-hati, dirinya harus menjaga sikap dan seolah tidak pernah mengenal Renal.
“Kamu nggak masuk?” tanya Renal dengan wajah datarnya.
“E—eh, i—iya pak. Saya mau masuk.” Marsya pun masuk mengikuti Renal yang sudah berada di dalam lift.
Hening, tidak ada percakapan di antara mereka. Marsya yang berdiri di depan Renal, terlihat sangat canggung saat ini.
Sedangkan Renal, melangkahkan kakinya dan menyejajarkan tubuhnya dengan Marsya. Ia pun menatap gadis itu dari samping.
“Marsya, kamu masih menjalin hubungan dengan Alif?” tanya Renal tiba-tiba.
Marsya pun mengangguk pelan, ia tidak berani menatap Renal saat ini. Karena Marsya sering malu, mengingat masa lalu ketika ia menolak cinta Renal.
“Satu minggu yang lalu, ada reuni di sekolah. Kamu ... nggak datang?” tanya Renal lagi.
Marsya menggeleng cepat, “enggak Pak, saya ada urusan keluarga hari itu.”
“Oh, saya kira kamu datang. Karena saya juga nggak datang.”
Lift pun sampai di lantai enam, terlihat Marsya pamit pada Renal dan ke luar dari dalam lift. Ia berjalan terburu-buru, agar lebih cepat menjauh dari bosnya itu.
Sedangkan Renal, masih berada di dalam lift. Ruangan kerjanya berada di lantai sepuluh, itu tandanya masih ada empat lantai lagi yang harus ia lewati. Renal terlihat mengingat sesuatu, satu minggu yang lalu dirinya datang ke acar reuni yang sering diadakan setiap tahunnya. Renal baru sempat datang di tahun ini, karena kebetulan tidak ada jadwal yang harus ia kerjakan.
Saat itu, ia melihat Alif berada diacara reuni itu. Namun, ia tidak menemukan Marsya di sana.
Renal sengaja tidak menyinggung Marsya diacara itu, karena tidak ada yang menanyakan gadis itu pada Alif. Justru, dengan bangganya Alif memperkenalkan seorang gadis yang ia bawa bersamanya. Gadis itu, Alif kenalkan sebagai kekasihnya yang pernah satu sekolah dengannya pada saat sekolah menengah pertama.
Makanya, Renal begitu heran ketika Marsya masih mengakui Alif sebagai kekasihnya. Ada apa dengan hubungan mereka? Hal itu yang Renal ingin tanyakan pada Marsya, namun takut melukai gadis itu.
***
Di dalam ruang kerjanya, Marsya mulai menyalakan komputer dan siap memulai pekerjaannya hari ini.
“Eh-eh, gue baru pacaran sama cowok, CEO di salah satu perusahaan, ganteng banget tau,” ucap salah satu rekannya di samping Marsya.
Mendengar ucapan temannya itu, Marsya mengingat Alif yang juga berprofesi sebagai CEO di salah satu perusahaan, sekaligus ia mengingat Renal yang juga memimpin perusahaan yang ia tempati.
Keduanya pun sangat tampan, dan Marsya tidak bisa berbohong. Renal jauh lebih baik daripada Alif, namun hatinya tidak bisa ia buka untuk Renal.
“Namanya siapa? Iya deh ganteng banget.”
“Namanya ....”
Marsya mendengarkan ucapan kedua temannya itu, karena kejadian tadi malam. Marsya menjadi sangat takut, jika pria yang temannya maksud adalah Alif.
“Rahasia, he he.”
“Idih, kok rahasia sih?”
“Nanti deh kalau udah sebar undangan gue kasih tau.”
Marsya hanya membuang napas kasar, ia pun memukul kepalanya pelan. Karena sudah membuang waktu untuk mendengarkan pembahasan yang tak penting.
Sedangkan di ruang kerja Renal, pria itu berdiri mematung menatap ke arah luar. Langit yang begitu cerah, dengan awan yang menggantung membuat semua orang terasa tenang melihatnya. Namun, tidak dengan Renal yang saat ini tengah memikirkan hubungan antara Marsya dan Alif. Ia begitu resah, karena wanita sebaik Marsya sudah dikhianati oleh Alif. Renal sangat yakin, jika Marsya tidak tahu jika Alif sudah memperkenalkan wanita lain di depan teman-temannya.
Namun, apakah setega itu seorang Alif? Apakah ia tidak takut, jika akan ada yang mengadu pada Marsya tentang dirinya dan wanita yang ia bawa ke acara itu.
Renal meremas wajahnya, jujur saja semua tentang Marsya masih menjadi urusannya, karena pria itu masih mencintai Marsya. Ia tidak bisa melupakan Marsya begitu saja, walaupun ia tahu jika Marsya tidak pernah membalas perasaannya.
Renal memukul dinding tembok yang di hadapannya, jujur saja saat ini ia sangat ingin menghajar Alif. Namun, ia tidak mempunyai bukti kuat untuk meyakinkan Marsya.
Renal pun meraih ponselnya dan mencari kontak seseorang.
“Cari tau keberadaan dan kegiatan Alif,” ucap Renal pada seseorang di seberang sana.
“Baik," ucap seseorang itu.
Renal menutup sambungan teleponnya, kemudian membuang napas perlahan.
“Maaf, Sya. Aku mau lakuin ini hanya demi kamu, aku nggak mau kamu terluka,” ucap Renal pelan.
Renal harus ikut campur dengan hubungan antara Marsya dan Alif sebelum mereka memutuskan hubungan yang lebih serius, pria itu tidak rela jika wanita yang ia cintai tidak bahagia karena sudah terlanjur mencintai pria yang salah, walaupun disakiti sekalipun.
Jika Renal tidak bisa memiliki Marsya, setidaknya Marsya harus menjalin hubungan dengan pria baik dan jujur yang selalu menjadikan Marsya satu-satunya.
***
Lima belas menit yang lalu, Marsya berkali-kali menghubungi Alif. Namun, pria itu tidak mengangkat panggilan teleponnya, padahal hari ini dia ingin makan siang bersama Alif.
Marsya rasa, sudah satu minggu ia sibuk dengan pekerjaannya, dan sedikit tidak ada waktu untuk Alif. Namun, sepertinya kali ini Alif tengah sibuk.
“Gue mau makan siang sama pacar gue, jadi ... maaf ya nggak bisa makan bareng lo.”
Marsya kembali mendengar ucapan dari temannya yang baru saja mempunyai kekasih, rasanya ia iri karena hari ini seharusnya dirinya pun makan siang bersama Alif.
Namun, tampaknya ia benar-benar harus makan siang sendiri tanpa kekasihnya.
Marsya pun ke luar dari ruang kerjanya, menuju kantin perusahaan. Hari ini, Nayra—temannya tidak masuk kerja, dan terpaksa dirinya benar-benar harus makan sendirian.
Ponsel Marsya bergetar, menampilkan pesan WhatsApp dari Nayra. Ia pun segera membukanya.
Nayra
(Mengirimkan sebuah gambar)
Beb, kalau lo mau makan siang. Ini ada restoran yang baru buka, ada diskon ya ... lumayan buat isi perut lo.
Marsya pun tertawa kecil dan membalas pesan dari Nayra.
Marsya
Diskon nggak enak kalau nggak ada lo, Nay.
Nayra
Duh, sorry banget beb gue harus izin hari ini. Soalnya Ibu harus cek giginya, kasihan juga kalau makan sering kesakitan.
Marsya
Iya, bestie nggak apa-apa. Semoga Ibu lo cepet sembuh ya.
Marsya pun menyudahi percakapan mereka, dan berjalan untuk datang ke restoran yang baru dibuka hari ini, dengan diskon yang menggiurkan.
Tak lama, ia pun sampai di depan restoran itu. Tampaknya sudah banyak orang yang mengantre di sana, terlihat antrean yang luar biasa di luar restoran.
“Kalau antre gini, mana bisa sempat makan. Keburu masuk jam kerja,” Marsya mengeluh, ia pun sedikit kecewa karena tidak tahu antreannya akan sepanjang itu.
Marsya menatap ke dalam restoran yang benar-benar penuh, ia sedikit menyipitkan matanya menatap semua yang ada di dalam.
Namun, ada satu orang yang tak asing baginya. Seorang pria yang saat itu tengah berbincang bersama seorang wanita, ia tampak tertawa menatap wanita yang ada di hadapannya.
“Alif? Ucap Marsya yang percaya jika apa yang ia lihat adalah kekasihnya.
“Anna?” ia pun kembali tercengang, karena wanita yang ada di hadapannya adalah Anna, temannya yang baru saja memamerkan kekasihnya.
Marsya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak percaya jika pria yang Anna maksud adalah Alif. Tubuhnya tiba-tiba saja lemas, kakinya gemetar tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Bagaimana bisa, Alif membuat hatinya hancur kembali. Setelah tadi malam, Marsya dengan susah payah melupakan noda di dalam hubungannya.

Komentar Buku (32)

  • avatar
    StayhalalAbrar

    mantap

    14/07

      0
  • avatar
    Rizky saputraRaihan

    sangat bagus

    05/06

      0
  • avatar
    MardhiaMarsya

    iya lebih kurang begini lh hidupku nyatanya... pas bgt namanya juga sama marsya cowoknya aja lain namenya

    29/04

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru